LOOK

1.2K 123 0
                                    

Kini Sehun sudah berada di lobi kantor milik Jisoo, dirinya berencana untuk menaklukkan hati Jisoo kembali.
"Selamat pagi tuan, ada yang bisa saya bantu?" Daehyun selaku sekretaris Jisoo menyapa Sehun.
"Apakah nona Kim Jisoo ada?" Tanya Sehun.
"Nona Jisoo sedang makan siang dengan tuan Chanyeol." Ucap Daehyun.
Senyum di bibir Sehun pudar, kenapa dirinya selalu kalah dengan Chanyeol untuk mendapatkan hati Jisoo.
"Baiklah, terimakasih."
Sehun pergi meninggalkan kantor Jisoo dengan perasaan sakit.
.

.

.

.
Jisoo, tersenyum manis pada Chanyeol yang sedang menemaninya check up ke rumah sakit dengan dalih makan siang.
"Kau yakin menyembunyikan penyakit ini dari teman-temanmu termasuk, Sehun?"
Chanyeol khawatir dengan penyakit Jisoo.
Jisoo tersenyum manis pada Chanyeol untuk menutupi rasa sedihnya.
"Mereka tidak perlu tahu, termasuk Sehun. Sekarang aku hanya butuh dukunganmu sebagai kekasihku." Ucap Jisoo tersenyum.
Walaupun tersenyum, namun air mata tetap turun dari kedua matanya.
"Gomawo, kau bersedia menerima diriku yang sedang tidak sehat ini." Jisoo tersenyum bahagia, dia bersyukur setidaknya semua orang menyayanginya.
"Seharusnya aku yang berterimakasih, karena kau memberiku kesempatan untuk mencintaimu." Chanyeol mengusap lembut rambut Jisoo.
Jisoo tersipu, kini dirinya tidak akan mengecewakan Chanyeol lagi.
Kini Jisoo dan Chanyeol sedang menunggu rujukan untuk jadwal operasi Jisoo.
"Nona Kim, anda bisa melakukan operasi lusa." Ucap dokter Lee yang menangani Jisoo.
"Ne, semoga tumor ini bisa hilang." Jisoo tersenyum senang setelah mendengar kabar baik itu.
"Gomawo, dokter Lee." Ucap Chanyeol.

******

Jisoo kini dapat bernafas lega setelah mendengar kabar bahwa tumor dalam tubuhnya bisa dihilangkan.
Tumor dalam tubuh Jisoo baru diketahui setelah Jisoo merasa tubuhnya sedikit terganggu, dan ternyata itu tumor.
"Jisoo, apa kau tidak keberatan jika saat operasi aku tidak berada disampingmu?"
Jisoo memandang wajah Chanyeol sebentar sebelum berbicara.
"Kenapa tidak, ayolah aku tidak akan egois dengan menyuruhmu tetap disampingku." Jisoo tersenyum.
Chanyeol bersyukur setidaknya Jisoo tidak seperti mantan kekasihnya yang selalu bersikap egois, dia merasa beruntung memiliki Jisoo.

******
2 hari kemudian

Kini Jisoo sudah berada di ruang operasi. Degup jantungnya berdetak kencang, dirinya takut meninggalkan dunia ini dalam keadaan masih memiliki sebuah pengakuan yang belum dapat dia beritahu.
"Jisoo, are you ready?" Dokter Lee membuyarkan lamunan Jisoo.
"Ne." Jawab Jisoo singkat.
"Baiklah, ayo kita mulai!"
Dokter Lee menyuntikkan obat bius pada Jisoo.
Sebelum mata Jisoo tertutup, dirinya dapat melihat siluet Sehun yang tersenyum menatapnya dari balik pintu operasi.
.
.
.
.
Dalam alam bawah sadarnya, Jisoo berada di sebuah taman yang indah.
Dirinya begitu mengagumi keindahan taman itu.
"Keranjang bayi?"
Netra Jisoo melihat sebuah keranjang bayi yang berada di tengah taman.
"Kyeopta." Ucap Jisoo gemas.
Jisoo tergerak untuk menggendong bayi itu, dan betapa gemasnya Jisoo dengan bayi kecil dalam gendongannya.
"Jisoo!" Teriakan seorang wanita membuat Jisoo menoleh.
"Eomma?" Jisoo terkejut dengan apa yang dia lihat.
"Jisoo, wah kau menggendong bayimu." Ucap Sandara yang tak lain adalah ibu Jisoo.
"Maksud eomma? Aku saja mengalami keguguran dan aku sudah bercerai, mana mungkin aku memiliki anak." Jisoo tersenyum pada Sandara.
Sandara tersenyum manis pada putrinya.
"Itu adalah bayi yang belum sempat kau lahirkan."
Jisoo tertawa kecil, ibunya selalu berbicara yang tidak-tidak.
"Lihatlah matanya, wajahnya! Dia begitu mirip denganmu dan Sehun, nak" Ucap Sandara.
Air mata Jisoo turun, kini dirinya sadar, bayi itu memang anaknya.
"Anak eomma." Ucap Jisoo tersenyum lembut.
"Kembalilah nak, seseorang menunggumu." Sandara mengelus rambut Jisoo halus.
Jisoo menggeleng, dirinya ingin disini bersama anaknya dan eommanya. Dirinya bahagia bersama mereka.
(PS: yang tulisannya italic, itu berarti keadaan diruang operasi)

Kini proses operasi sudah selesai, namun tiba-tiba.
"Dokter! Detak jantung pasien melemah!" Ucap perawat khawatir.
Dokter Lee buru-buru menangani Jisoo.
"200 joule"
"Clear"
Tubuh Jisoo terangkat dan jatuh, begitu seterusnya.
Sedangkan seorang namja yang sedari tadi memperhatikan proses operasi Jisoo, terus berdoa tiada henti untuk keselamatan Jisoo.
"300 joule"
"Clear"
Namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak pada Jisoo, monitor yang menunjukkan detak jantung Jisoo menunjukkan garis lurus.
"Kita kehilangan dia." Ucap dokter Lee menyesal.

"Ani, eomma. Jangan bawa anakku!." Ucap Jisoo mengejar Sandara.
"Kembalilah, Jisoo! Kau belum saatnya disini."
Sandara berjalan lagi dengan tenang.
"Eomma!!!" Teriak Jisoo.
Namun Sandara tidak menghiraukan teriakan Jisoo. Sedangkan Jisoo terduduk lemas dan memejamkan matanya untuk mencoba tidak menangis.
Tiba-tiba seberkas cahaya yang menyilaukan mengenai mata Jisoo, Jisoo yang tidak kuat dengan cahaya yang sangat terang memejamkan matanya.
.
.
.
.
"Dokter Lee, nona Kim kembali!" Teriak salah satu perawat yang hendak mencabut alat bantu pada Jisoo.
Dokter Lee yang baru saja akan melepas masker langsung memeriksa kondisi Jisoo.
"Dia kembali." Ucap dokter Lee tersenyum.

TBC

i'am hurt Mr. Oh{Osh×kjs}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang