01.

1.5K 48 2
                                    

Namaku Asya.saat ku kenang kembali masa saat menjadi siswa SMA setelah bertahun-tahun, tidak terlalu banyak yang masih aku ingat.

Bagai daftar perjalanan dengan banyak hal-hal sepele, yang susah di selamatkan.

Tentang bagaimana aku menghargai arti dari sebuah keluarga, sahabat, penantian dan Banyak sekali pengorbanan.

Hinga seseorang datang membawa pengaruh besar akan hidupku.

Aku ingat dirimu, aku ingat masa 3 tahun itu, kemanapun aku pergi selalu ada dirimu di sampingku.

Inilah kisaku, kisah yang kupikir telah usai namun ternyata itu adalah awal dari semua hal dan sebuah akhir, akhir dari jeda.

-Asya Aiyla Azahra

{🌼}

Hari ini Asya begitu bersemangat, senyum cerah tercetak begitu jelas diwajahnya. Di lapangan, murid-murid Sma Darwata sudah nampak memenuhi lapangan tersebut. Mengingat fakta bahwa sedang diadakan Pensi sekolah.

"Sya bibir lo ga cape senyum mulu? Liatin siapa sih? Heran gue biasanya juga datar tuh muka" Kesal Harun yang sedari tadi melihat asya.

Asya berdecak kesal mendengar perkataan Harun.

Fyi Harun itu Kaka sepupu Asya dari pihak mamahnya. Hal yang masih Asya sesali sampai sekarang yaitu satu sekolah dengan harun.

Jujur dengan kehadiran Harun Asya jadi tidak bebas, selalu ada yang mengawasinya tanpa henti.

Tidak banyak orang yang mengetahui jika Asya dan Harun saudara, karena mereka sangat berbeda. Secara fisik Harun memiliki kulit yang sedikit hitam, mata yang sipit, sedangkan Asya memiliki kulit putih, iris mata coklat dan hidung mancung.

Tapi meskipun begitu Harun termasuk cowok hist di SMA Darwata.banyak cewek yang tergila-gila dengan Harun. pakaiannya yang selalu kece,dan asya akui harun memiliki senyum yang manis, mungkin itu alasannya. 

Bahkan sekarang pun Ada anak kelas 10 yang terang-terangan meminta fotbar dengan Harun. Tapi Harun menolaknya,tidak tahu diri memang.

" Lo suka sama cowok ini?" Tanya Asya blak-blakan.

Cewek yang ditanya Asya pun mengangguk tersipu malu.

"Lo..picek" celetuk Asya lalu pergi meninggalkan Harun yang sudah meneriaki namanya

Begitulah seorang Asya Aiyla Azahra dengan mulut pedasnya

Kini Asya duduk di barisan paling depan, dia menoleh ke kiri mendapati Sevda dan Suci yang sudah bergabung dengannya.

"Wah, akhirnya giliran anak kelas 12 yang tampil." Suci yang pertama kali bersuara, di saat sela-sela sedang memvideokan salah satu senior.

"hmm" balas Asya seadanya

Setelah penampilan band dari kelas 11 ips 6 selesai, Tak lama orang yang tak familiar di mata Asya dan siswi lainnya naik ke atas.

"Siang semua, gua mahen dari kelas 12 ipa 1 bakal jadi penampil terakhir di pensi ini." sapa mahen basa-basi mulai tersenyum lebar, membuat adik kelas berseru heboh melihatnya. Terkecuali Asya. Dan tak lupa dia memberikan lambayan tangan ke arah teman-temannya.

"Teddy" Batin Asya. Asya bukan tipikal orang yang heboh jika melihat orang yang dia suka. Asya justru masang wajah yang sangat datar seolah ia tidak tertarik sama sekali.

mahen Navindra Kaka kelas yang hampir menabrak Asya di hari pertama ia memakai seragam putih Abu.

Jika dipikir lagi memang tidak masuk Akal bagaimana bisa langsung menyukai orang begitu saja,masih untung yang menabraknya modelan mahen,coba kalo bukan.

Jangan salahkan Asya, salahkan saja matanya yang terlalu gampangan langsung terpana saat melihat mahen.

Tapi sudahlah toh Asya tidak mau menyia-nyiakan otaknya yang terlalu berharga ini hanya untuk berfikir soal tabrak menabrak yang akhirnya berujung suka.

Jika Asya menyukai mahen memang masalah? Bukanya itu menunjukkan jika memang ia normal.

Asya mengambil ponsel di sakunya dan buru-buru memvidiokan mahen.

Entah kenapa beberapa orang mentap Asya yang baru saja memvidiokan mahen. Padahal menurutnya yang melakukan itu bukan hanya dia saja tapi.

"bego.itu flash lo nyala" Tegur Suci

"Mampus gue di liatin semua orang" Ucap Asya

"Hahaha makanya jangan buru buru toh ka mahen juga ga bakal ke mana mana "

Sorot mata Asya berubah tajam. Melirik Suci seperti Macan yang sudah siap menerkam mangsanya. Membuat nyali Suci seketika menciut.

"iya sya iya gue diem"

"AIYLA WOY AIYLA YG DUDUK DI BARISAN DEPAN YANG LAGI MEGANG HP!!" Teriak seseorang dari samping panggung

"HEH LO SURUH KE RUANGAN PAK EZA REMIDI MATEMATIKA"

seketika perhatian semua orang teralihkan kepada sosok cowok yg berteriak itu

"Heh yg namanya Aiyla buru ngaku suruh remidi tuh" kata cewe berkacamata di barisan ke dua

"Lah itu si Dante ngapain " tanya Suci yang duduk di samping asya.

"Hah? Ngomong apa Lo ci" Asya kembali fokus ke panggung.

"Sya, dia bilang namanya Aiyla duduk di barisan paling depan dan apa tadi remidi matematika? Aiyla itu bukanya nama Lo?"

Asya diam seketika. Benar Cowok itu berteriak nama Aiyla dan remidi matematika.

Mampus.

Dia sedang meneriakan nama asya di depan banyak orang

dante kamvret

"bener itu si Dante?" Tanya Asya menggebu-gebu

"Iya Dante. Ketua kelasnya sevda sama Nisa"

Asya kembali menatap cowok bernama Dante itu, dengan santai nya Dante tersenyum kepada Asya sambil mengibaskan kertas ulangan milik Asya.

"Awas lu Danti!!" Teriak Asya karena sudah tak sanggup lagi.

Suci Manarik baju Asya." Btw Sya namanya Dante bukan Danti"

"BODO AMAT SUCI!!"

JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang