09

636 30 2
                                    

Alvin menatap nanar dua orang di sebrang sana. Payung yang sedari tadi ia pegangi kini telah ia lempar ke sembarang arah.

Alvin mengeraskan rahangnya. Pemuda itu menghela nafas keras, ia mencoba untuk menenangkan diri.

°°•••°°

Nabila : (sent a pict)

Nabila : akhirnya setelah sekian abad ^_^

Ucup: WAH WAH PANTES TUH ANAK GA BALIK-BALIK KE KELAS TAUNYA LAGI MAIN HUJAN-HUJANAN KAYA DI FILM INDIA.

Caca: jantung aman sya??

Rossi: Asya bahagia banget kayanya berasa menang lotre ya :)

Farid: sialan. Gue ketar-ketir taunya...

Suci: cie Asyaa

Ucup: SYA LO MAU JADI GOPI ATAU ANANDHI??

Nabila: India Mulu heran =_=

Caca: lama-lama gue santet Lo ya cup!!

Ucup: SALAH GUE APA HAH!???

Nabila: Asya keluar Lo

Caca: Asya keluar Lo(2)

Rossi: Asya keluar Lo (3)

Jesika: pake pelet apa lu sya? Sampai Kaka kelas ganteng gitu kepincut sama Lo?

Caca: dihh cabe

Jesika: dihh Mak lampir

Ucup: sesama cabe dan Mak lampir bisa kali akur

Caca: BAYAR TUNGGAKAN KAS LO UCUP!!

Nabila: mampus

Asya out

Ucup: LAH ANJER KOK KELUAR

Rossi: elo sih Jes

Jesika: yang tadi nyuruh Asya keluar siapa? Mak lampir kan.

Caca: pup Emang lo

Alvin: brsk.

Alvin add Asya to the grup

Asya menggosokkan kedua tangannya lalu meniupnya. Malam ini ia memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar kompleks perumahan, sejujurnya rasa sakit di kepalanya belum hilang. Tapi ia merasa bosan sendirian di rumah.

Asya masih memikirkan tentang kejadian di sekolahan tadi. Entahlah Asya tidak mengerti dengan perasaannya sekarang, senang? Mungkin harusnya ia merasakan senang tapi seperti masih ada yang mengganjal.

Ia senang dengan perlakuan mahen, tapi ia juga sedikit merasa tidak nyaman.

Sungguh lucu.

Ah..dan Asya juga bertanya-tanya tentang siapa yang membawanya ke UKS apakah mahen, jika memang ia haruskah ia mengirimkan pesan dan mengucapkan terimakasih. Tapi...

"Hmmm" Langkah Asya terhenti di lapangan basket. Ia melihat lihat sekitar ternyata ada beberapa anak yang sedang main basket, berjalan ke pinggir lapangan sambil memasukan tangan ke dalam saku Hoodie.

Asya hanya diam melamun, ia tak mempedulikan dengan yang sedang bermain basket. Handphone yang Asya pegang terus-menerus bergetar.

Asya dengan sebal melihat layar dan memeriksa apakah pesan yang masuk cukup pantas untuk di balas atau tidak, dan ternyata tidak.

JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang