08

627 30 1
                                    

°°•••°°

Banyak sekali notifikasi yang masuk ke handphone Asya. Entah sudah berapa kali Handphone nya bergetar.

Asya menuruni anak tangga, benar saja sudah tidak ada orang di rumah nya. Ia terlalu berharap. Hari ini hari ulang tahun Asya yang ke tujuh belas, orang bilang ulang tahun ke tujuh belas ini sangat bermakna. Apakah karena di tahun itu ia bisa memiliki KTP?

Sudahlah. Setiap Asya ulang tahun memang tidak ada perayaan. Ia tak pernah merayakannya, tapi setelah bertemu dengan Sevda dan Nisa ia merayakan ulang tahunnya untuk yang pertama kali.

Asya mencari lilin di lemari yang biasa mamahnya simpan. Namun ternyata tidak ada, haruskah ia meniup api di kompor gas langsung. Ide bagus tapi mungkin kapan-kapan saja, sekarang ia harus segera bergegas berangkat karena sudah siang.

Saat memeriksa jika semuanya sudah beres Asya menutup pintu dan menguncinya.

Tin tin tin


Terdengar suara telakson mobil

"Cewek ikut Abang yuk" ucap Harun dengan genit.

"Lama bener Lo cepet keburu gerbangnya di tutup si pepy" Farid muncul dari kursi belakang.

Asya tersenyum, Ia tau mereka ingin mengatakan 'selamat ulang tahun' tapi mereka terlalu gengsi untuk mengucapkannya.

"Selamat pagi para rakyat jelata"

"Selamat pagi tuan putri buruk rupa" Ucap Harun dan Farid.

"Bolos yuk" Ajak Asya.

Entah setan mana yang merasukinya pagi ini

"Berdosa sekali anda wahai--"

"Berisik Lo kaya ga pernah bolos aja"

Asya segera melerai pertengkaran, akan sangat panjang jika diteruskan dan entah kapan mereka akan sampai di tempat tujuan.

Dan akhirnya setelah drama yang sangat panjang, mobil yang di kendarai Harun mulai melaju. Hari ini keduanya memperlakukan Asya dengan baik. Meskipun sedikit boborok minta di tabok, tetap saja bahkan sepanjang perjalanan Harun menyalakan musik yang sangat asya sukai dari. lagu Justin Bieber,Exo, hingga nct dan masih banyak lagi.lagu yang sering mereka cecar karena sering membuat gendang telinga keduanya sakit karena Asya menyetelnya dengan volume Paing keras. 

Tapi untuk kali ini mereka mendengarkannya bahkan ikut bersenandung bersama.

Sebentar lagi mereka tiba di SMA Darwata, Asya buru-buru meminta Harun menghentikan Mobilnya. Ia ingin turun di tengah jalan, Asya tak pernah mau orang-orang melihatnya turun dari mobil Harun.

Ada sebagian orang yang tau jika Asya dan Harun bersaudara, tapi ada juga yang tidak tau. Bagi mereka yang tidak mengetahui Tak jarang mereka selalu melihat Asya seolah meremehkan. Asya sadar bahwa Harun memang sangat populer di Sekolahan. Karena memang tampangnya yang yah bisa di bilang lumayan, terlebih lagi ia sering memakai pakaian branded. Tentu saja bagaimana tidak, ayahnya dan ibunya Harun memiliki butik yang cukup terkenal.

Jadi itu sudah cukup memberikan perbedaan diantara mereka.

Karena sifat keras kepalanya Asya, Harun pun menyerah untuk membujuknya.

JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang