Berbeda dengan Naufal yang bolos, hari ini, Ghana masuk sekolah. Sebenarnya, Ghana bisa saja izin tidak masuk sekolah, sebab luka yang dialaminya cukup serius dan ia tidak tidur semalaman, tetapi ia tidak melakukan hal itu. Ia tahu bahwa ia akan menerima konsekuensi atas apa yang ia lakukan kemarin, dan untuk itulah ia masuk sekolah hari ini.
Karena mau bagaimanapun, ia harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat, meskipun hukuman yang ia terima cukup berat.
Yah ... setidaknya, itulah yang diajarkan oleh ibunya kepadanya.
Oleh sebab itu, dengan luka memar di sana-sini dan mata yang sembab, Ghana datang ke sekolah seperti biasa, yaitu dengan seragam yang dikeluarkan dan tas yang disampirkan di pundak kanannya. Dan ketika Ghana baru saja memasuki gerbang sekolah, puluhan pasang mata menatapnya. Ghana berani bertaruh kalau mereka semua pasti sudah mendengar berita mengenai kejadian kemarin. Karena bahkan ketika Ghana lewat, mereka semua membuka jalan untuk Ghana sambil berbisik kepada satu dengan yang lainnya.
Teman-teman sekelasnya juga sama saja. Bedanya adalah, mereka langsung mengerumuni Ghana dengan berbagai macam pertanyaan. Ghana, sih, tidak ingin ambil pusing dan langsung duduk di tempatnya. Otak dan hatinya masih terlalu lelah untuk menjawab mereka semua.
Dan dengan jiwa yang setengah terkumpul, Ghana memejamkan matanya, lalu jatuh terlelap di atas mejanya.
***
Segala sesuatu yang terjadi di dalam dunia ini pasti memiliki penyebabnya masing-masing. Misalnya saja, kamu menangis karena terjatuh dari sepeda. Atau, kamu marah karena temanmu menghilangkan buku komik favoritmu. Di dalam fisika, kita mengenalnya dengan hukum aksi-reaksi. Suatu reaksi tidak akan terjadi tanpa adanya aksi. Begitu pula dengan konsekuensi. Ia tidak akan muncul tanpa ada kejadian yang memicunya. Dan di dalam kasus Ghana, dikeluarkan dari tim lomba cerdas cermat serta mendapat skors tiga hari merupakan konsekuensi dari apa yang ia lakukan kemarin sore.
Ghana baru mendapat konsekuensi itu siang ini, ketika ia dan teman-temannya dipanggil ke ruang kepala sekolah. Dan setelah keluar dari ruangan itu, mereka langsung mengambil tas masing-masing dan pulang dari sekolah. Mungkin bagi sebagian orang, hal ini adalah hal yang memalukan, tetapi bagi mereka ... tidak. Ya karena ... sudah biasa, mungkin? Bahkan, bagi Ghana, hal ini cukup menguntungkan, karena ia sangat memerlukan istirahat sekarang ini, dan skors tiga hari sangat membantunya untuk memulihkan kondisi tubuhnya.
Jadi, setelah mengeluarkan motornya dari parkiran sekolah, Ghana langsung saja menancap gasnya, dan melesat menuju rumahnya.
***
Satu dari sekian banyak hal yang tidak Ghana duga akan terjadi hari ini adalah bahwa ayahnya telah menunggunya di rumah. Bukan dengan seragam kerja yang lengkap, bukan dengan tas kerja di atas meja, tetapi dengan baju santai dan dengan celana selutut sambil meminum kopi dan membaca koran di meja makan. Di tangan sebelah kirinya itu juga sudah melingkar jam tangan favoritnya, dan kacamata yang ia pakai sedikit turun dari batang hidungnya. Ghana yang baru saja masuk ke dalam rumah lantas terdiam di tempat. Rumah yang selama ini terasa dingin dan hampa itu mendadak jadi terasa sedikit lebih hangat. Rumah yang selama ini terasa sangat gelap itu kini perlahan-lahan menemukan cahayanya kembali.
Ghana tersenyum, kemudian melepas sepatunya dan menghampiri ayahnya itu.
"Tumben Ayah udah di rumah jam segini," ucap Ghana, yang sebenarnya lebih mengarah ke pertanyaan. Tapi ia tidak mengucapkannya dengan nada yang dingin dan ketus lagi, tetapi dengan nada seorang anak yang sedang bertanya kepada orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
G : GONE (Sekuel G & G)
Teen FictionTidak ada orang yang menyukai kehilangan. Tidak ada juga orang yang mencintai perpisahan. Tapi jika takdirlah yang memutuskan, apakah kita masih bisa melawan? [Lanjutan dari novel G & G. Untuk lebih mengerti alur cerita, silakan baca novel pertama t...