prologue

3.4K 214 28
                                    

Ketika siang punya matahari, maka malam punya bulan dan bintang. Tak adil memang, matahari sendiri sedang bulan ditemani bintang - bintang. Tapi bagi matahari, cahayanya saja sudah cukup untuk menyinari bumi sejak pagi menjelang hingga matahari merangsek masuk kembali ke haribaan nya. Malam hadir pertanda waktunya makhluk hidup normal untuk kembali ke peristirahatan dan merebahkan tubuh di tempat peristirahatan, kecuali makhluk hidup nocturnal dan agaknya kita harus khususkan untuk manusia yang satu ini. Malam bukan pertanda untuknya beristirahat, namun waktunya dia untuk berburu kesenangan. Pemuda bermarga Wei itu bahkan semakin semangat sambil melompat ke dahan yang satu ke dahan pohon lainnya. Hal itu membuat pemuda dibelakangnya agak kewalahan. Jiang Cheng atau Jiang Wanyin, si bungsu di keluarga Jiang itu adalah pemuda yang ikut berlari dan melompat dibelakang pemuda bermarga Wei itu.

"yaaa, sudah hampir gelap, kembalilah kerumah anak nakal" teriak Jiang Cheng kepada pemuda di depan nya.

"ini masih sore shimei, kau jangan seperti anak gadis begitu" jawab pemuda itu.

"kembali atau kubiarkan ibu memberikan hukuman untukmu Wuxian!" ancam Jiang Cheng. Tak lama pemuda bernama Wuxian itupun berhenti, bukan berati dia takut pada ancaman Jiang Cheng, hanya saja jika Nyonya Yu -ibunya Jiang Cheng- sudah mengangkat zidian yang itu, maka ia tak akan bisa berjalan selama seharian penuh, tentu saja dia bergidik ngeri.

"baiklah kali ini aku menurut, lain kali tidak akan kuajak kau berburu hantu air dan burung pegar, shimei" dengusnya.

"sudah kukatakan untuk berhenti memanggilku shimei, aku ini laki - laki dan aku...."

"cantik" putus Wei Wuxian yang dibalas dengan pukulan bertubi tubi dari Jiang Cheng.

"sudahlah, ayo kembali" ajak Wuxian akhirnya.

Hari memang sudah larut, sangat malah. Namun begitulah Wei Wuxian, tak bisa jika tidak kembali selepas tengah malam. Jiang Cheng pun sangat hapal kebiasaan kakak seperguruan nya itu, Wuxian tidak akan pernah kembali ke ranjangnya saat waktu menunjukkan hampir pagi, tapi itu hanya untuk Wuxian, bagi Jiang Cheng waktu tidurnya tidak boleh lebih dari pukul 10 malam. Lewat dari waktu tidurnya itu maka Wuxian akan pergi sendiri menyelinap keluar dan mencari hiburannya sendiri.

Bicara tentang Wei Wuxian dan Jiang Cheng, mengapa marga mereka berbeda? Takdir. Tidak, bukan itu, Jiang Cheng merupaka putra bungsu dari keluarga Jiang, yakni Jiang Fengmian dan Nyonya Yu Ziyuan, ia memiliki seorang kakak cantik jelita bernama Jiang Yanli, jika di deskripsikan, gadis bertubuh semampai, dengan kulit putih mendekati gading, memiliki warna bola mata hitam dengan wajah oriental, cantik, sungguh. Sedang Wei Wuxian, hanya seorang putra dari pasangan kultivator yang ayahnya merupakan tangan kanan dan kepercayaan Jiang Fengmian, Wei Cangze. Ibunya Wei Wuxian hanyalah seorang kulivator biasa, pengelana dan agaknya terkenal, selain karna ia murid seorang petapa agung(?), ia juga dikenal dengan kultivasi bebasnya, Changse Sanren murid Baoshan Sanren. Kemana kedua orang tua Wei Wuxian, mengapa tinggal dikediaman Jiang? Wei Wuxian sudah tinggal sendiri sejak usia 4 tahun, karna orang tuanya meninggal, dan bertemu dengan Jiang Fengmian di usia 6 tahun, 2 tahun Wuxian harus menjadi anak yang tidak terurus, harus bertengkar dengan para anjing liar di desanya (digigit), hanya demi mendapatkan sepotong roti agar tetap bisa hidup.

.

.

"berulah apalagi kau Weiying?" sarkas Nyonya Yu.

"aku tidak melakukan apa apa nyonya, hanya bermain mengejar layang- layang, lalu tidak sadar jika didepan ada bukit yang dibawah nya ada jurang terjal, jadi aku jatuh disana. Sungguh aku tidak melakukan apapun yang mencelakai orang lain" jawab Wuxian cepat.

"A-Xian, lain kali hati hati, lihat kamu jadi terluka kan untung saja tidak ada yang parah, kalau sampai tangan atau kakimu yang patah bagaimana?" tanya Jiang Yanli sambil menasehati, hanya di jawab cengiran seolah tidak bersalah.

"bagus jika tangan atau kakinya yang patah, kenapa tidak lehernya saja yang patah?" ketus Jiang Cheng.

"A-Cheng" tegur Jiang Fengmian.

"tidak apa paman, nyonya, kakak Li, aku sungguh tidak apa. Besok juga sudah bisa berlari lagi" seloroh Wuxian.

"sadarlah dengan keadaanmu anak nakal" sambut Nyonya Yu sambil memukul pelan kepala Wuxian yang tidak sakit.

"ahhaha baiklah aku akan beristirahat jika terpaksa" jawab Wuxian.

"bukan terpaksa" sanggah Jiang Fengmian.

"ah iya ehehe" final Wuxian, dan semua kembali ke kamar masing masing. Wuxian terjatuh di jurang tepian dekat danau teratai di utara Yunmeng, seperti yang dikatakan Wuxian, dia mengejar layang layang saat dia sedang bersantai di salah satu dahan pohon, keasikan berlari dia tidak melihat keadaan sekita dan "Brukk" jatuhlah ia ke jurang, dan hanya luka ringan dengan lengan yang terkilir, itu saja. Anak ajaib.

.

.

2 bulan setelah Wuxian jatuh ke jurang, Jiang Fengmian mengumpulkan seluruh keluarganya di ruang keluarga. Ada hal yang harus dibahas dengan seluruh anggota keluarga Jiang tak terkecuali Wei Wuxian.

"ada apa A-Die?" tanya Jiang Yanli setelah semua anggota keluarga hadir.

"Ayah hanya akan menyampaikan sesuatu untuk anak anak ayah termasuk A-Xian" Jiang Fengmian bersuara, semua mendadak hening, dan menatap Wuxian, yang ada difikiran mereka ulah apalagi yang dibuat Wuxian kali ini.

"apa hal itu sangat penting Fengmian?" tanya Nyonya Yu.

"iya, menurutku, maka dari itu aku mengumpulkan kalian semua disini, 2 hari yang lalu tetua Lan mengirimkan surat berisi undangan pengajaran dan pelatihan dimana itu dilakukan setiap 3 tahun sekali, dan murid yang akan diajarkan disana akan tinggal disana selama satu tahun masa pembelajaran, pelajaran yang akan diajarkan juga banyak dan berbagai macam, maka dari itu aku ingin mebahasnya disini" jelas Jiang Fengmian.

"apa maksud A-Die itu hendak mengirim A-Cheng dan kakak Li kesana?" tanya Jiang Cheng.

"kenapa harus A-Lie? Jika Yunmeng punya Jiang Cheng dan Wuxian?" tanya Nyonya Yu.

"ah iya, lagipula kakak kan tidak mungkin ikut berlatih" balas Jiang Yanli akhirnya sambil mengupaskan biji teratai untuk Wuxian.

"bagaimana A-Xian?" tanya Jiang Fengmian dan Nyonya Yu.

"aku akan pergi jika paman dan Nyonya Yu menghendaki" jawab Wuxian sambil tersenyum lebar.

"baiklah, kapan kita berangkat A-Die?" tanya Jiang Cheng.

"besok pagi"

"APAAAAA" Jiang Cheng dan Wuxian terkejut bersama.



TBC


Tar lagi
Besok
Capek

gak sedih kan, oiya disini Nyonya Yu gak galak ke Wuxian, maksudnya adil gitu, gak kaya di Donghua, sedih kalo yang di Donghua mah sama di Novel, ini kan fanfic ehehe

ini tidak sejalan dengan novel atau donghua aslinya
karna namanya juga hayalan...


I Still Love You, even you didn't ( ISLY)Where stories live. Discover now