bukan modus belaka.

365 25 0
                                    

Baiklah. Akan kuceritakan kepada kalian bagaimana kisah ini bisa bermula dan berakhir seperti ini. Bagiku semuanya dimulai dengan sangat sederhana.

Aku bertemu dengan Felisha secara tidak sengaja di salah satu restoran Jepang. Saat itu aku ingin sekali makan Spicy Head Nabe a.k.a Sup Kepala Ikan Salmon. Felisha duduk sendiri sambil menikmati teh ocha yang dipesannya.
"Felisha ya?" raut wajahnya masih kuingat. Tidak kaget melihat orang asing duduk di hadapannya.
"Kalau iya, kenapa?" begitu jawabnya.
"Berarti aku tidak salah orang."
"Emang kamu siapa? Kok duduk di sini? Pilih meja yang lain sana!" aku tidak menggubris ocehannya. Aku memanggil pramusaji dan menyebutkan pesananku.
"Aku ke sini, karena ada hal yang ingin kusampaikan."
"Apa?"
"Jangan makan sendirian terus. Mulai hari ini, aku akan jadi partner makan yang menjanjikan."
"Hah? Menjanjikan? Aku bisa makan sendiri tanpa ada yang mengganggu."
"Saat ini, hanya itu yang bisa kujanjikan. Nggak tahu ke depannya. Tapi aku akan menepatinya."
"Nggak perlu." jawabnya singkat lalu kembali melihat layar ponselnya.
"By the way, aku mau menyampaikan protes sama kamu."
"Apa?" kuambil ponselnya, lalu kubuka laman instagram dan menunjukkan akun milikku.
"Tolong di-follback ya Fel! Atau aku akan menekan tombol accept ini dengan jempolku sendiri."
"What the F***!" umpatan pertama yang kudapat darinya. Raut wajahnya memerah menahan kesal. 

Tak lama kemudian, makanan yang kupesan tiba. Felisha sudah menikmati makanannya terlebih dahulu tanpa basa basi menawariku. Dan dikarenakan aku memiliki inisiatif sendiri, kuambil salah satu sashimi miliknya.
"Makan, Fel!" sembari menawarinya makan. Tarikan napasnya cukup panjang. Tidak berkata apa pun dan masih diam menikmati makanannya. Setelah beberapa menit berlalu, dia telah menghabiskan makanannya tidak bersisa sama sepertiku.
"Kamu itu siapa sih?" dia mulai mengajakku berbicara.
"Panggil aku, Dim."
"Dim? Dimsum? Nama asli atau nama beken tuh?" sambil menyunggingkan senyum tipis dan mengangkat alis kanannya.
"Dimsum? Keren juga tuh! Aku lagi gak bawa KTP nih! Lain waktu aku kasih tunjuk ya." tanganku sembari merogoh saku celana untuk mengambil dompet.
"No need. Nggak penting. Oke, back to topic. Kamu sebenernya siapa?"
"Kan udah aku jawab. Duh! Parah nih! Barusan juga padahal, malah nanya lagi."
"Maksudnya kamu itu siapa? Kenapa bisa tahu namaku? Kita pernah kenal?"
"Kenal kok. Dari instagram. Tapi aku nggak bisa lebih kenal sama kamu karena kamu nggak mau terima pertemananku."
"Aji gileee! Sekalipun aku terima, emang bakalan kenal sejauh apa sih kalau sekedar dunia medsos?"
"Buktinya sekarang. Kita duduk dan makan bersama."
"Jangan-jangan kamu penguntit ya?"
"Cuma kamu aja kok, Hehehe"
"Tetap aja kan nggak boleh kayak gitu."
"Emangnya ada larangan? Kalau boleh jujur, aku ke sini karena kepala ikan doang. Ini aku bukan lagi modus loh!
"Yakin? Kalo gitu karena kita udah ketemu di sini dan tanpa sengaja "katamu", kita sudahi saja pertemuan yang tidak berfaedah ini."
"Loh? Gak berfaedah? Harusnya kamu bersyukur dapat teman makan yang modelnya kayak aku gini."
"Aku cuma mau makan dengan tenang tanpa adanya teman makan yang berisik kayak kamu. Ya udah, aku balik duluan ya. Aku harap kita tidak akan bertemu lagi. Bye!" aku hanya terkekeh mendengar ucapannya. Pasti ada yang lebih istimewa darinya. Pertama bertemu secara langsung saja sudah cukup meninggalkan jejak yang menarik.

By the way, cerita singkat kenapa aku mengenali Felisha sebenarnya juga tidak terduga. Sewaktu aku berada di Australia, aku melihat wajah Feli dari hasil jepretan Theo di laman Instagram miliknya. Saat itu Theo hadir menemani Papa di acara ulang tahun perusahaan. Dan sejak saat itu, aku mulai mencari akun milik Felisha. Beberapa bulan kemudian, akunnya dikunci dan aku tidak bisa melihat apa pun. 

Sekembalinya ke Indonesia, Tuhan seperti mengabulkan keinginan kecilku. Akunnya dibuka lalu aku mulai mengikutinya dan terus berharap bahwa Feli akan menerima permintaan pertemananku. Nyatanya, baru hari ini terwujud dengan sedikit paksaan dariku.

Aku sering melihat foto yang dibagikan di laman instagramnya. Dan yang paling sering kulihat, dia sering mengunjungi tempat yang sama denganku. Restoran Jepang. Aku tidak merencanakan untuk bertemu dengannya. Semuanya adalah kebetulan. Bukan modus belaka lebih tepatnya.

Will see you soon, Fel!

the difference between us [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang