new beginning.

210 15 0
                                    

Sebuah ketidakmungkinan atau memang takdir Tuhan yang mempertemukanku dengannya lagi. Lelaki aneh yang menghampiriku dengan cara berkenalan yang baru bagiku. Dan aku akui, lumayan. Caranya cukup membuatku sedikit tertarik untuk meresponnya.

Hari ini saat aku memasuki lobi kantor, tebak siapa yang kutemui? si dimsummerio itu!
"Hei!" sapanya. Hampir membuatku kaget dan sedikit berdebar.
"Jangan bilang kalo ini hasil dari nguntit yang kamu bilang waktu itu."
"Yaaah, ketahuan!" seketika menepuk jidatnya sendiri.
"Mau ngapain ke sini?"
"Ketemu kamu lah!" aku baru sadar, setiap pertanyaanku pasti akan dijawab seperti ini. Harus pinter kalo mau ngasih pertanyaan atau ngejawabnya. 
"Ooh. Udah ketemu kan? Yaudah." kulangkahkan kakiku menuju pintu lift dan dia ikut masuk bersamaku.
"Aku tunggu kamu jam makan siang ya."
"Nggak usah. Aku tadi udah makan dan aku harus kerja." dia masih mengikuti langkahku ke arah meja kerjaku. Dan di saat aku akan duduk, dia jalan lurus menuju ke ruangan Pak Thamrin. Apa yang kulewatkan pagi ini?  aku kembali fokus dengan dokumen-dokumen yang sudah menumpuk di atas meja kerjaku. Pekerjaanku cukup dibilang merangkap banyak bagian. Mulai dari mengawasi pekerjaan Hilda, bagian Purchasing dan mengenai administrasi kantor dengan segala macam rupanya. Minggu lalu aku disuruh untuk membantu Pak Wicky menyiapkan proposal acara bazar tahunan.

Oh iya, aku bekerja di salah satu perusahaan asing yang bergerak di bidang ritel dan garmen. Perusahaan kami memiliki pabrik sendiri dan penjualannya juga sudah mencakup di Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Kamboja. Karena banyak jenis-jenis produk yang dipasarkan, tempatku bekerja lebih fokus di bidang garmennya. Nah, tempatku berada di lantai 3. Aku bekerja sebagai asisten administrasi di bawah pengawasan Pak Wicky.

Setelah setengah jam mantengin email yang masuk, Pak Wicky memanggilku.
"Ada apa, Pak?"
"Saya lupa. Kamu belum ketemu sama anaknya Pak Thamrin, kan? Bos baru kita." aku menggeleng dan berjalan di belakang Pak Wicky menuju ruangan Pak Thamrin.
"Permisi, Pak."
"Iya, silahkan masuk."
"Loh? Kok kamu masih di sini? Keluar gih! Ntar dimarahin sama yang punya ruangan loh!" aku kaget mendapati dirinya duduk di kursi Pak Thamrin.
"Feli! Kamu kok ngomongnya begitu? Ini bos baru kita. Yang sopan sedikit."
"Dia ini penguntit, Pak. Kerjanya ngikutin saya terus. Wait, what? New bosAre you kidding me?"
"Apa kamu bilang? Penguntit? Feli, apa saya terlihat sedang bercanda? Dia ini Dimar, anak bungsunya Pak Thamrin yang baru saja kembali dari Australia. Our new bos."
"Dimar? Namamu Dimar? Dimar Yeo?" Dia mengangguk dan tersenyum. 
"Aduh, Pak Dimar. Mohon maaf kelakuan karyawan gak sopan. Feli, cepat minta maaf."
"Gak masalah Pak. Apa yang dikatakan Feli memang benar. Silahkan kalian berdua duduk. Ada yang ingin saya bahas." aku duduk sambil berkata "sorry" tanpa bersuara.
"Felisha, benar namamu kan?" aku mengangguk.
"Saya ingin membahas acara bazar tahunan, yang akan dilaksanakan di hari ulang tahun perusahaan. Dan karena saya masih baru dalam hal ini, saya minta kerja sama dari kalian berdua. Satu lagi, berhubung Pak Wicky katanya akan cuti di acara tersebut, Felisha akan saya tunjuk sebagai penanggungjawab acaranya. Tidak keberatan, kan?"
"Kalau saya tidak keberatan Pak. Bapak bisa mengandalkan Feli. Dia ini tahu seluk beluk perusahaan dan masalah di pabrik dia juga sudah tau."
"Oh ya? Kalau kamu gimana, Fel? Setuju?"
"Setuju aja sih, mau gak mau. Saya juga gak bisa nolak, kan?" aku memandangi Pak Wicky dan Dimar bergantian. Mereka menyunggingkan senyum.
"Oke. Kalau gitu, nanti kita bahas detilnya di rapat berikutnya. Kalian berdua boleh kembali bekerja." aku dan Pak Wicky melangkah keluar ruangan. Masih dengan wajah datar dan enggan untuk berkomentar. Sekilas aku melihat ke belakang, Dimar tersenyum lebar seperti sedang merayakan kemenangan.

Dan dimulai hari ini, hingga hari-hari berikutnya akan lebih kacau dan berbeda dari sebelum kedatangannya. Hari ini adalah awal dari semuanya, karena sosoknya akan menghantuiku selama bekerja. Kantor akan menjadi alasan terkuat bagaimana hubungan kami terus berlanjut. 


the difference between us [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang