Prolog

3.4K 73 3
                                    

~Manusia Merencanakan, Allah Yang Menentukan~

🍂

•••

"Zaki, minggu depan mungkin kita harus pindah ke Bandung nak, Papa dimutasikan ke sana oleh pimpinan Papa" kata Suherman, Papa Zaki sambil mendekatkan selembar roti tawar dengan selai cokelat ke mulut nya

"Uhuuk uhuuukk..." Zaki yang kala itu sedang mengunyah sarapan nya tersedak mendengar ucapan Suherman tersebut

Apa pa? Pindah? Terus kuliahnya Zaki gimana dong pa?" Ucap Zaki sambil meletakkan sendok dan garpu yang digenggam nya di atas piring kemudian menatap nanar Suherman

"Kamu ini kalau makan hati-hati" Kata Suherman sambil menepuk-nepuk ringan punggung Zaki dengan tangan kiri nya sedangkan tangan kanan nya digunakan untuk memegang roti.

Masalah kuliah nanti papa bereskan semua.
Papa udah tau universitas yang mana cocok untuk kamu" Sambung Suherman sambil mengunyah belahan terakhir rotinya.

"Pa, tapi kan tanggung pa, aku udah semester 3 . Masak aku harus ulang lagi pa?" Jawab Zaki yang mengernyitkan dahi nya dan belum bisa menerima kenyataan

"Terus mau gimana lagi? Mama sama Papa ga yakin kamu bisa urus diri sendiri di sini. Jadi kami ga bisa biarkan kamu tinggal sendiri" Balas Suherman yang menyudahi sarapan sambil mengelap mulut nya yang belepotan selai cokelat itu dengan selembar tissu

"Iya Zaki, Mama khawatir kamu kenapa-napa kalo kamu tinggal sendiri" Ujar Sika, mama nya Zaki yang sedari tadi duduk di sebelah kanan Suherman sambil menuangkan teh hangat ke sebuah cangkir yang sudah di letakkan di hadapan suami nya itu dengan perlahan

Zaki hanya bisa terdiam di depan kedua orang tuanya. Lalu Zaki menggerakkan tangan nya untuk mencapai sebuah gelas yang berisikan air putih di hadapannya

"Ckk aku ga bisa membantahi perkataan mama dan papa. Sepertinya aku harus belajar untuk menerima kenyataan ini" Batin Zaki sambil meneguk segelas air putih tersebut dan kemudian meletakkan kembali gelas yang telah kosong di atas meja bundar itu

Suasana menjadi hening seketika. Sika dan Suherman kini menatap Zaki tanpa kedip seolah menunggu sebuah jawaban.

"Baiklah kalo memang itu kemauan Mama sama Papa, Zaki akan turutin" Jawab Zaki sedikit lesuh sambil mengalihkan pandangan nya pada Sika dan Suherman

•••

Seminggu kemudian

"Wah tuh dosen jam berapa baru muncul" Kata chelsea dengan wajah nya yang nampak cemberut sambil menggenggam sebotol teh dingin di tangannya

Seperti biasa, Tifa dan Chelsea duduk di kursi depan kelas menunggu dosen datang.

Tampak semua mata yang ada di sekitar tempat itu tertuju pada kecantikan Chelsea.
Hal ini sudah lazim terjadi.

Ya, siapa yang tak kenal Chelsea?. Wanita berkulit putih, bola mata nya yang berwarna hitam pekat dan senyum nya yang indah itu membuat siapa saja terpanah

"Chel...chel..andai aja kamu jadi milik aku, dunia pun akan ku beri"

"Chelsea, dari dulu cantik nya ga hilang-hilang"

"Eh itu kan yang namanya Chelsea?"

"Ah itu Chelsea? Biasa aja!"

Terdengar bisikan-bisikan ghaib dari mulut-mulut yang berlalu lalang di sekitaran tempat itu

Chelsea, memang tak pernah luput dari pembahasan anak-anak kampus yang kerap kali memperhatikan nya. Pujian maupun hinaan sudah seringkali diterima oleh Chelsea. Namun, Chelsea tidak memperdulikan omongan mereka, karena menurut Chelsea hal itu sudah biasa terjadi dan tidak penting

Tiba-tiba mata Chelsea tertuju pada sesosok lelaki bertampang dingin, tinggi dan gagah, memakai jas almamater berwarna merah yang kebetulan melintas di hadapannya. Tak sengaja Chelsea dan laki-laki tersebut saling bertatapan sejenak sebelum laki-laki itu membuang tatapannya ke depan

"Cuek amat, baru juga aku liatin udah buang muka" Batin Chelsea yang heran melihat tingkah laki-laki yang tersebut tak seperti laki-laki lain, yang jika melihat Chelsea langsung pangling

"Fa, kamu kenal ngga ama tu cowo?" Tanya Chelsea pada Tifa yang diketahui sedari tadi juga menatapi objek yang sama

"Ngga Chel, emangnya kenapa?" Jawab Tifa sambil mengalihkan tatapan nya dari punggung laki-laki tersebut kepada Chelsea

"Sepertinya Aku baru pertama kali liat Dia di universitas ini"
Kata chelsea sambil terus menatap laki-laki tersebut yang kian menjauh

"Eh, awas entar zina mata loh" Ujar Tifa sambil menepuk ringan paha Chelsea

"Ah, iya iya fa" Ucap chelsea yang terkejut merasakan tepukan itu di pahanya dan kemudian dengan spontan mengalihkan tatapannya ke arah Tifa sambil senyam senyum ga jelas.

Setelah mendapatkan respon itu dari Chelsea, kini Tifa mengalihkan pandangan nya pada layar ponsel yang sedari tadi digenggamnya

"Jadi penasaran" Ucap Chelsea dengan suara kecil

Tifa yang tak sengaja mendengar ucapan Chelsea kala itu pun tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala nya namun, tetap mengarahkan pandangan nya kepada layar ponselnya itu

Sontak Chelsea menatap ke arah Tifa dan kemudian terkekeh malu menyadari bahwa perkataan nya tadi sepertinya di dengar oleh Tifa

"Tunggu..tunggu..kenapa aku jadi tertarik pada laki-laki tadi? Apa karena aku belum mengenalnya jadi aku penasaran? Atau karena dia tampan? Iya dia tampan sih, tapi kayanya bukan itu alasan yang membuat ku tertarik padanya. Apa karena dia keren? Ku rasa juga bukan karena itu! Banyak kok cowo-cowo keren yang mendekatiku, tapi aku biasa aja. Atau karena wajahnya yang dingin? Tunggu..tunggu...atau ini yang dinamakan cinta? Bukankah cinta itu tidak butuh alasan?" Batin Chelsea dalam lamunan dengan bodohnya mendefinisikan kata cinta

"Ahh entahlah yang jelas kini hati ku mulai tertarik pada nya dan aku harus cari tahu tentang dia!"











*Assalamu'alaikm readers :)
Ini adalah cerita pertamaku
Maaf jika ceritanya masih amburadur.

Jangan lupa votenya. Karena vote dari readers dapat menumbuhkan semangat author untuk menulis cerita ini dengan lebih baik lagi

Syukran :)

Cinta Dalam IstikharahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang