Prolog

1.6K 60 5
                                    

"Apapun masalahnya, lo harus hadapi. Sebab masalahnya itu lo yang cari. Nah kan nyesel, masalah masa dicari."
°•°•°•°Demi Diet°•°•°•°

____________________________________

Amara Zaen Malik. Cewek berkulit putih ala kebule bulean, hidung mancung kaya orang arab, tinggi 167 cm, dari keluarga Ardian Malik,  Ardian sendiri itu nama bokapnya kalau nyokapnya Andara Zaen Malik, dan dia punya satu kakak yang suka banget bikin dia kesel. Adam Zaen Malik. Keluarganya dikenal banget sebab semua anggota keluarganya namanya berawalan dari huruf "A" tinggal di kompleks perumahan elit di Jakarta.
____________________________________
Rara berjalan gontai menuju ruang makan dengan membawa setumpuk buku dengan ketebalan bersenti - senti. Rara menarik kursi dapur, dia duduk dengan lesunya sambil sesekali menguap.

"Tumben pagi," ejek abangnya.

"Pagi salah, ga pagi salah. Gue mesti gimana elah?" tanya Rara.

Adam mengedikan bahunya, ia mengambil sepotong roti yang sudah dioleskan selai kacang dan memakannya. Kemudian, ia menyerahkannya ke Rara.

"Noh!" ucapnya sambil menyodorkan roti itu ke Rara.

Rara mengambil roti itu dan memakannya. Selepas itu, ia mengambil susu kemudian meminumnya.

"Bang, gue berangkat sekolah dulu ya!" pamitnya.

"Hem," balas Adam yang tengah menggigit rotinya.

Rara kemudian berdiri dan hendak meninggalkan ruang makan.

"Perasaan makannya dikit, tapi kok gendut gitu ya?" gumam Adam yang masih terdengar di telinga Rara karena Rara belum jauh dari ruang makan.

Rara berhenti dan menatap sengit abangnya itu, "bang? Dosa ga si bunuh abang sendiri?"

Mendengar itu, Adam hanya nyengir sambil garuk - garuk tengkuk.

Rara memutar bola matanya malas, ia segera pergi menuju garansi dan menghidupkan motor bebeknya.

___________________________________

Rara sudah berada di sekolah barunya, ya. Dia baru sekolah kelas 10, ga percaya? Percaya aja lah. Rara masuk ke koridor kelas dan segera menuju ke tempat pengumuman untuk melihat dimana kelasnya?

Rara menyingkirkan orang - orang karena tubuhnya yang lumayan gendut bisa membuat semua orang menyingkir. Kini dia sudah berdiri di depan papan pengumuman.

Rara tersenyum, ia kemudian memutar tubuhnya dan berjalan menuju kelas X-IPA 3.

Rara masuk ke dalam kelas barunya, banyak pasang mata yang melihatnya aneh. Entahlah, mungkin mereka bertanya - tanya. Kenapa Rara membawa buku setebal itu ditangannya? Atau bisa saja kenapa dia bisa masuk ke kelas ini? Rara tak menghiraukan pandangan mata mereka yang menurut nya tak ada sadis - sadisnya. Ia tetap berjalan menuju bangku paling belakang dan paling pojok.

Bel masuk sudah berbunyi, Rara mengedarkan pandangannya ke orang - orang yang baru masuk dan Rara yakin itu adalah anak osis soalnya pake jas kebesaran anak osis SMA Citaraya.

"Okey, sekarang kita akan mengumukan ke kalian semua. Bahwa hari ini akan__" ucapan pria itu terpotong.

"Upacara!" celetuk seorang cewek. Dan ya kalian tau lah siapa dia?

"Lo yang dibelakang!" tunjuk pria itu.

Rara menunjuk dirinya sendiri sambil mengerutkan dahinya. "Saya?" tanyanya.

"Iya lo, cepet sini!"

Mau tak mau, Rara harus maju ke depan. Sebenernya, inilah sifat Rara kalau ada orang ngomong pasti di potong.

"Ada apa mas?" tanya Rara sopan.

"Mas, mas. Gue ini ketua osis di sini tau, lo jangan macem - macem!"

Rara hanya mengangguk sebagai balasan.

"Ya udah sana duduk!" titah pria itu.

Rara duduk dengan tenangnya, ia tidak takut dengan pria itu. Ia justru tertawa karena ulah pria itu.

"Halah kakak kelas pengen modus sama saya," gumamnya dengan bahasa formal.

"Hem," deham pria di depan kelas itu. "Sekarang kalian bisa siap - siap untuk menuju ke lapangan utama."

Pria itu dan antek - anteknya pergi menuju lapangan utama. Begitupun Rara. Tapi saat Rara ke luar dari kelas, ada seseorang yang menabrak bahunya. Alhasil cewek yang menabrak Rara terpental. Ingat Raranya enggak kepental. Rara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, antara pengen bantu atau enggak? Akhirnya Rara membantu wanita itu berdiri.

"Cepetan gue mau ke lapangan nih!" perintah Rara sambil mengulurkan tangannya.

Wanita itu tersentum dan mengangguk, ia segera menuju kelas yang sama dengan kelasnya Rara dan menaruh tasnya di samping Rara. Ia membuka tas dan mengambil topi upacaranya, ia segera keluar menuju ke lapangan upacara. Di ambang pintu sudah ada Rara yang tengah menunggu wanita itu.

"Ayo!" ujar Rara yang berjalan duluan.

Wanita itu hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Rara.

____________________________________

Setelah upavara selesai, Rara dan teman barunya masuk ke kelas.

"Nama lo siapa?" tanya wanita itu.

"Nama gue, Amara Zaen Malik."

"Ooh lo yang tinggal di kompleks perumahan elit, blok c ya?" tanyanya.

Rara mengangkat alisnya, ia berpikir sejenak. Apa keluarganya setenar itu? Sampe - sampe banyak orang yang kenal dengan Rara saat Rara menyebutkan nama panjangnya.

Rara memgangguk sebagai jawaban. "Panggil aja Rara. Kalau lo?" tanya Rara seraya menaik turunkan alisnya.

Wanita itu tersenyum. "Nama gue.....,"

TBC_______________________________

Jangan Lupa Vote yaaa man teman.

Demi Diet! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang