11 (Dibenci)

369 20 0
                                    

"Jangan minder kalau kalian jelek, soalnya mereka yang cantik, nanti pas tuanya jadi jelek kok. Buat kalian yang jelek pas mudanya, gue jamin tuanya lo yang tadinya jelek jadi tambah jelek. Kaya gue, jelek sampe tua. Miriz."

•~•~•Demi Diet~•~•~•

______________________________________

Disinilah Rara, disebuah ruangan yang paling dibenci banyak orang karena terkenal dengan guru - guru galak dan suka sekali memberi hukuman kepada muridnya. Ya, ruang BK.

Rara tengah menatap guru bk yang ada di depannya yang tengah ngomel - ngomel ampe kuah - kuahnya mancrot ke wajah Rara, tak heran jika Rara mengusap wajahnya karena terkena kuah dari cerocosan gurunya itu.

Rara menggaruk telinganya, lalu dirinya mengelilingkan pandangannya ke segala ruangan. Bahkan Rara tak mendengarkan apa yang guru bk itu sampaikan, intinya adalah besok libur karena dirinya di skors selama tiga hari karena mencemarkan nama baik ketua osis serta menyebarkan berita hoax.

"Rara!" bentak guru bk itu sambil menggebrak meja miliknya.

Rara yang mendengar itu langsung gelagapan dan memandangan wajah Pak Tumis.

"Iya pak?" ucap Rara sopan.

"Kamu dengar apa yang saya katakan?"

Rara mengangguk sebagai respon, "denger kok pak."

Guru itu menghela nafas,"ya sudah, kamu bisa kembali ke kelas!"

Rara mengangguk saja, lalu ia bangkit dari tempatnya dan beranjak pergi dari ruangan yang sangat horor itu.

Ceklit!

Pintu terbuka menampilkan wajah suram Rara, bukan karena habis dari BK. Tapi karena melihat senyum ketua osis yang songong itu. Rara menghela nafasnya berusaha untuk sabar, tapi wajahnya nampak kesal dengan ketua osis itu. Rara lalu berjalan tanpa menghiraukan ucapan ketos itu.

"Eh ra! Lo mau kemana?" panggil si ketos dengan gaya sok akrab.

Rara berhenti, lalu dirinya menoleh ke belakang melihat wajah ketos songong itu. "Apaan si?!"

"Jangan ke kelas dulu! Mending lo ke mana kek, soalnya murid di kelas lo pasti gosipin lo."

"Oh," balas Rara cuek.

Rara tetap saja berjalan menyusuri koridor kelas, ia tak menghiraukan tatapan nyalang dari siswi - siswi itu. Bahkan tak jarang dari mereka mengejek Rara secara terang - terangan mengenai badannya yang bongsor.

"Itu tuh! Yang nyebarin berita hoax tentang honey kita," ucap siswi dengan nada sinisnya.

Cih! Mendengar hal itu membuat Rara ingin memuntahkan isi perutnya ke wajah siswi nyinyir itu.

"Ooh, anak kelas X. Baru kelas X aja belagu, apalagi entar kalau jadi senior. " sahut siswi lainnya.

"Udah jelek, gendut lagi!"

Ingin rasanya Rara melabrak mulut siswi - siswi tukang nyinyir itu, enak banget nyinyirin orang tapi kalau dinyinyirin nangis - nangis deh. Huh! Dasar manusia.

Rara tetap saja berjalan, tanpa memandang orang - orang yang tengah mengucapkan kata sinis itu.

Hingga akhirnya, Rara sampai di depan kelasnya. Rara menarik nafasnya dalam - dalam, lalu menghembuskannya, ia bersiap untuk membuka pintu kelasnya. Semoga tidak terjadi apa - apa, semoga.

Ceklek!

Rara membuka pintu kelas, namun setelah melihat itu banyak anak yang langsung menyibir Rara.

Plis! Rara sudah bosan dengan keadaan ini, cukup tadi saja!

"Ini nih yang nyebarin berita hoax," cibir Verenica.

"Ih! Sensi banget si sama ketosnya ampe segitunya lagi," sahut Della, dayangnya Verenica.

"Udah jelek, gendut pula. Iri kali sama si ketos yang sempurna banget," celetuk Kinan.

"Hahaha, ups!" tawa Verenica lalu membekap mulutnya sendiri.

Rara yang geram akhirnya mengepalkan tangannya, lalu menatap nyalang Verenica. Verenica yang ditatap pun menatap balik Rara, dirinya sekarang sudah tidak takut dengan ancaman Rara. Toh, banyak siswi yang mendukungnya.

Rara yang sudah berada di puncak emosi, sebisa mungkin untuk menenangkannya. Ia tidak mau, kalau dirinya masuk ke ruang laknat itu. Rara akhirnya memilih untuk duduk.

"Huuuu! Nyalinya kecil banget!" ejek Verenica, namun Rara tak menggubris.

Rara menghela nafasnya gusar, lalu menenggelamkan wajahnya di atas meja menggunakan tangannya sebagai tumpuan.

"Lo si! Pake acara nyebar berita ke 'lambe turah',  ya kalau beritanya bener. Lah kalau betita salah?" celoteh Keya.

Rara bangkit, lalu mendengus sebal. "Lo bukannya support gue, eh! Malahan ngejek gue."

Keya hanya nyengir kuda, "hehe..., sorry. Eh! Setelah lo ke BK. Pak Tumis bilang apa?"

"Apa lagi kalau bukan di skors?"

Kali ini giliran Keya yang mendengus, "yah! Bakalan sepi dong."

"Cieee yang kangen sama gue."

Keya melirik Rara sinis, "sapa juga yang kangen sama lo?"

"Lah?"

"Gue ga ada temen nongkrong tau, emang ada yang mau temenan sama gue selain lo? Secara gue kan deket banget sama lo, yang ada kalau lo di skors otomatis gue menyendiri dong?"

"Gue pikir karena lo kangen gue, eh tau - taunya gitu." Rara mendengus sebal. "Tapi ada kok yang mau temenan sama lo selain gue," lanjut Rara sambil menaik turunkan alisnya.
Keya yang cemberut seketika tersenyum senang dan sangat antusias, "siapa? Siapa?"

"Pengen tau banget?" goda Rara.

Keya mengangguk antusias, "iya Raraaaa, siapa?"

"Jojo," jawab Rara singkat.

Seketika Rara mendapat toyoran dari Keya serta mendapat tatapan sarkastis darinya.

"Gue pikir cogan dan sebangsanya, eh malahan kembarannya mimi peri. Huh!" Keluh Keya serta menyilangkan dadanya seperti orang marah.

"Hehe, maaf!"

Keya tak menyahut, mungkin dirinya tengah marah. Rara hanya mengangkat bahunya cuek, lalu dirinya melanjutkan aktivitasnya tidur.

Rara berpikir bahwa karena ulahnya banyak yang mencibirnya dan bahkan membencinya, tapi ada faedahnya karena bisa membuat Rara stress, jika Rara stress maka ia akan lupa makan dan semacamnya. Setelah itu, dirinya akan kurus seperti yang di novel - novel.



TBC__________________________________

Jangan Lupa, Share, Vote,  and comment!

Demi Diet! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang