7 (Sial)

439 28 1
                                    

"Usaha yang paling menyakitkan adalah ketika usaha kita tidak dihargai oleh orang lain dan itu bikin gedeg sendiri, ingin rasanya menenggelamkan orang yang nyiyir itu ke segitiga bermuda biar dimakan hiu disana."
•°•°•°Demi Diet•°•°•°
____________________________________

Sumpah, Rara kaget. Usahanya buat diet ga sia - sia, ya walaupun berat badannya turun satu ons yang tadinya 85,5 kg menjadi 85,4 kg.

Bersyukur? Tentu saja harus malahan, dengan begini Rara yakin dalam waktu 1 minggu Rara bisa turun 7 ons.

"Yes! Yuhuuu, gue bisa turun satu ons. Asiknya, diet gue bisa berhasil nih." seru Rara.

Rara turun ke bawah, ia berlari menuruni tangga dan tanpa sengaja Rara tersandung oleh kakinya sendiri.

Gedubrag! Suara Rara jatuh membuat tukang kebun di belakang rumah kaget.

"Gempa! Gempa! Gempa!" teriak pak Cokro lalu masuk ke dalam rumah Rara untuk memberi tau nyonya mudanya itu untuk segera mengungsi dam mencari tempat yang aman dari gempa.

"Non ada gempa," ucap Pak Cokro panik.

Rara mengrnyit bingung, "apaan si? Ga ada gempa tuh."

"Bener non, bapak ga bohong."

"Halah ngigau kali bapak," ucap Rara lalu mengelus - elus kakinya.

"Loh, kaki non kenapa?" tanya Pak Cokro. "Ini pasti efek gempanya."

"Gempa, gempa. Orang Rara jatuh dari tangga kok," sergah Rara.

"Berarti yang tadi bukan gempa, tapi efek jatuhnya non Rara jadi bikin gempa," gumam Pak Cokro yang masih terdengar oleh telinga Rara walau samar - samar.

"Bapak bilang apa?" tanya Rara lalu membersihkan telinganya.

"Ah enggak kok non" jawab Pak Cokro.

"Aduh tuhkan gara - gara ngomong sama bapak, Rara jadi lupa kalau kaki Rara kesleo. Pak tolong bantuin Rara berdiri dong!" pinta Rara dengan wajah puppy eyes.

Pak Cokro menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aduh non kayanya, saya harus ngurus kebun deh," ucapnya.

Rara mendengus kesal. "Bilang aja bapak ga mau bantu Rara," kesal Rara.

"Nah itu non tau," cengir Pak Cokro dengan jawaban yang kelewat jujur. "Ya udah ya non, saya permisi dulu."

Rara mengangguk. Tunggu ia lupa kalau kakinya sedang sakit. "Nah ini gimana gue jalannya?" tanya Rara dengan wajah pasrahnya.

"Aduh, emang nasib punya badan bongsor kaya gue."

Rara mengangkat kakinya dengan tangannya atau lebih tepatnya kakinya yang mengangkat tangannya untuk naik.

"Aduh gue bego banget, kan bisa gue ngengsot," ucap Rara seraya menepuk jidatnya lalu ia ngengsot untuk menaiki tangga.

Sesampainya di depan pintu kamar Rara, "lah kok gue jadi pelupa gini ya? Kan gue ke bawah dengan tujuan mau minum. Ah Rara bego," umpat Rara.

"Au ah, gue masuk kamar aja dah males gue turun ke bawah lagi."

"Tapi gue ngengsot, lah ini gagang knopnya tinggi bet dah mana bisa gue ngeraih. Apes - apes," lagi - lagi Rara mengumpat pasrah.

"Lah lo lagi ngapa dek nyari koin?" tanya seorang pria dengan membawa buku ekonomi dan agro bisnis di tangan kanannya.

"Alhamdulillah, akhirnya ada penyelamat gue, ini nih bang kaki gue kesleo." ucap Rara dramatis.

Abangnya Adam mengernyit bingung, "apaan si?"

"Bukain pintu dong bang! Terus gendong," pinta Rara dengan wajah sok di imut - imutkan.

"Kalau bukain pintu kamar lo si ga papa, kalau gendong lo kayanya ga bisa deh." ucap Adam sambil menggaruk tengkuknya yang memang gatal.

"Ya udah cepet bukain! Abis itu buatin minum ya bang sebagai gantinya," perintah Rara yang mulai kesal.

Adam mengangguk, ia kemudian memutar knop pintu. "Udah nih," ucapnya.

"Ya udah abang ke kamar dulu, mau ganti baju sama naruh buku. Entar abang bikinin minum deh buat lo," ucapnya lalu berjalan menuju kamarnya yang letaknya di sebalah kamar Rara.

Rara mendengus sebal, belum juga dijawab sama Rara eh abang laknatnya itu malahan nyelonong pergi aja.

Dengan wajah ditekuk, bokong menyentuh lantai dan jalan ngengsot mirip banget sama suster ngengsot, Rara menaiki ranjang tidurnya.

Dengan Susah payah Rara, untuk bangkit, apalagi badannya yang lebar membuat pergerakan Rara susah.

Rara berbaring, tiba - tiba terdengar suara melengking khas emak - emak yang marahin anaknya.

"Ya ampun my sweaty, anak mama yang cantik ini ga sakit kan? Ga geger otak kan? Ga amnesia? Atau cedera kan?" pertanyaan dari mamanya itu terngiang - ngiang di telinga Rara.

"Aduh mah, mama kalau ngomong yang bener aja. Masa karena jatuh bisa bikin Rara geger otak," kesal Rara.

"Hehe maap," cengir mamanya yaitu Andara.

Tok - tok - tok, suara pintu dari arah luar. Sudah pasti abangnya.

"Masuk aja ga dikunci," ucap sang mama.

Adam datang dengan membawa satu gelas air sirup, lalu meletakannya ke meja dekat dengan ranjang Rara.

Baru saja Rara mau ngambil air sirupnya, eh sama emaknya dah diambil duluan.

"Emang anak mama yang ganteng ini pengertian banget sama emaknya, tau banget kalau mama lagi aus banget," ujar mamanya.

"Tapi ma....," ucapan Adam terpotong karena Rara memotongnya.

"Itu minuman buat Rara mama," ucap Rara dengan wajah bengisnya.

"Hehe, ga papa kan sayang?"

Rara memalingkan mukanya, ia melihat gelas yang sudah kosong itu, "ga papa apanya? Orang udah abis gitu baru bilang. Udah lah, Rara mau tidur capek banget," ucapnya, lalu memejamkan matanya.

"Ya udah, yuk Adam ke dapur bantu mama!" ajak mamanya pada Adam.

Adam menggaruk tengkuknya, "aduh Adam lupa kalau ada tugas yang harus Adam kerjain mah," ucapnya lalu beranjak pergi.

"Aduh emang dasar ya, punya anak kok ga ada yang bener." ucap sang mama lalu keluar dari kamar Rara.

Sedangkan Rara sendiri sudah tertidur pulas, sambil senyum - senyum sendiri. Entah apa yang sedang Rara mimpikan?

TBC_______________________________

Jangan Lupa Vote Yaa!!!

Demi Diet! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang