peka

122 16 3
                                    


Part 6
Peka

Manis sekali ku lihat ekspresi kebingungannya. Dahinya yang mulus dan bersih itu berkerut saat membaca pesanku barusan.
Walau kami sekarang sudah tak berada di dimensi yang sama, aku masih bisa mengamatinya. Dengan segala kehebatanku, aku juga bisa mengetahui semua tentangnya.
Dan sekarang aku juga tau, bahwa dia sedang menerka-nerka apa kesalahannya.
Good girl! Dia peka.
Dengan sedikit memberi kode, dia langsung berekasi dan intropeksi. Aku suka kepintarannya.

Ya, dia gadis yang pintar.
Dia adalah satu dari lima puluh siswi terpilih yang mendapatkan beasiswa dan tunjangan penuh dari pemerintah. Sekarang saja ia tinggal di komplek khusus untuk siswa-siswi undangan dan guru-guru di SMAnya.
Aku sih tenang-tenang saja karena ia terjaga disana. Setidaknya disana ada satpam yang mengawasi siapa saja yang masuk ke komplek. Tapi hanya manusia yang bisa satpam itu awasi, tidak dengan makhluk lain.

Kalau kau mau tau, sekarang sedang ada satu makhluk lain yang menetap di komplek itu. Makhluk yang lumayan mengancam keberadaan gadisku. Tapi tenang, sudah ku amankan.
Makhluk itu tak berpenampilan menyeramkan. Tapi ia sering kesetanan.
Apa-apa ia lakukan dengan kasar dan penuh amarah. Aku tak suka itu.
Tapi setelah beberapa hari, ia sudah mulai nampak tenang. Namun ia belum bisa menerima apa yang terjadi padanya sehingga ia kerap berkelakuan aneh. Dasar.

" Baginda! " Seru seseorang dari balik pintu. Ah, siapa yang datang menggangguku. Berani-beraninya dia.
" Baginda! " Lagi, kali ini lebih keras.
" Apa kau sudah siap baginda? Acaranya akan dimulai!" Lanjutnya dengan mengetuk pintu kamarku.
Aku terdiam. Ada acara apa? Bagaimana mungkin aku bisa lupa?

" Ba-baik. Aku akan segera keluar".
Jawabku dengan sedikit terbata
Terpaksa aku gunakan kekuatanku untuk mempercepat persiapan.

" Baginda, ini sudah hampir terlambat. Kau tau kan kaisar negeri seberang tak suka ketidakdisiplinan?"
Tanya sekretarisku. Disini kami menyebutnya, penasehat kaisar.

" Ya, aku tau. Aku ada urusan tadi"
Aku berkilah.

" Baginda, apa yang terjadi..? "
Penasehatku bertanya dengan cemas,
"... Mengapa wajahmu memerah?'

" Wajahku?"
"Ya!"

Aku langsung melihat cermin yang terpajang di tiap dinding istana.
Benar saja, wajahku memerah.
Ini pasti karena aku berbohong tadi.
Memang disetiap aku melakukan perbuatan yang salah, kulitku akan memerah. Dan setiap aku melalukan kebaikan, kulitku akan membiru.
Ini adalah efek dari kekuatan terlarangku dari bumi.

" Ah sepertinya aku sakit. Maaf, batalkan saja rencananya!"
Jawabku cepat agar ia tak melihat wajahku yang akan semakin memerah. Ia tak boleh tau. Siapapun tak boleh tau. Karena informasi ini tak boleh sampai diketahui oleh seseorang yang bisa membuka rahasiaku. Nyawaku taruhannya.

Bersambung...

Vote kalau cerita ini layak menurutmu. Dan komen untuk mengoreksi atau memberi dukungan.
Jangan lupa follow dan masukkan cerita ini ke list bacaan jika tak mau ketinggalan.
Dannn tambahkan saya sebagai teman di facebook Navisa.
Have a nice dayyyy!

JEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang