hubungan mereka

82 11 13
                                    

" Mita..."
Ketakutanku tumpah dan menyeruak.
Dadaku mulai sesak dan air mataku mulai menganak.

" ADA KATA-KATA TERAKHIR ATAU TIDAK?"
Tanya mita dengan bentakan yang kuat. Deru nafasnya terdengar jelas.  Cukup untuk membabat habis nyaliku.

Bibirku bergetar. Keringat dingin mengalir bebas di tubuhku. Seorang mita berhasil menakutiku.

" Mita, tolong berpikir. Apa salahku?"
Aku tak tau, apa memang saat ketakutan otak seseorang akan berhenti berjalan? Seperti saat ini aku hanya bisa melontarkan pertanyaan bodoh. Tapi Ini hanya untuk mengulur waktuku yang mungkin akan segera habis.

" Ck! "

Mita berdecak kesal,

" Aku baru tau kalau kau bodoh, "
Katanya dengan angkuh
" Berapa kali harus ku katakan? Kau, telah membunuh purna, sayang"
Mita membelai kepalaku. Belaiannya lembut, tapi diakhiri dengan tempelengan yang cukup kasar.

" Jika memang begitu, lalu apa hubungannya denganmu?" Masih berusaha mengulur waktu. Aku harap ada seseorang yang akan menolongku. Ah, tak mungkin. Semua orang pasti sudah pulang.

" Kau tak perlu tau!" Jawab mita keras.

" Tentu aku harus tau. aku bingung, mengapa kau sebegini hebohnya saat kematian purna. Setauku kau bukan siapa-siapanya"
Dengan sedikit rasa takut aku mengucapkan kata-kata itu. Jujur, aku hanya memancingnya agar ia mau menyingkap tabir yang sangat tidak jelas.

" Kurang ajar!"

Benar saja, mita sepertinya terpancing. Ia melempar senjatanya dengan sembarang. Aku sangat bersyukur pisau itu tak mengenaiku.
Bagus. Mita seorang yang sumbu pendek.

" Asal kau tau, aku dan purna punya hubungan yang sangat besar dan kuat!" Jelas mita dengan sombong dan bangga. Heh, hanya seorang purna. Apa istimewanya?

Aku terdiam sembari mencari akal,

" Hubungan? Aku tak yakin kalian bersaudara. Atau aku juga tak yakin purna mau denganmu " Cerdas. Dengan Sedikit mengejek, ku harap ia semakin terpancing.

" Apa maksudmu? Ayahku sampai masuk rumah sakit mendengar kematian purna! " Membentak, mita selalu begini.

" Jadi kau dan purna saudara beda ras?" Sungguh, aku tak tau mengapa mulutku bisa selancang ini. Entah darimana aku dapat keberanian untuk menyinggung seorang mita yang...

"Kurang ajar! Aku dan purna bukan saudara, bodoh!"

Bodoh?
Apakah orang bodoh memang suka mengatakan orang pintar itu bodoh?
Atau aku terlalu pintar hingga ia sebut bodoh.
Bukannya sombong, tapi aku bisa dikategorikan pintar.

"Lalu?" Masih kupertahankan nada ejekanku ditambah menaikkan sebelah alis. Perfect!

Terdengar mita menghela nafas berat sebelum akhirnya ia berkata,

" Aku mengandung anak purna,"
Jawab mita dengan yakin, seperti tak sabar untuk meluapkan kata itu dari tadi,
" Dan ayah ku sekarang kritis. Ia terkena serangan jantung karena tau purna meninggal. Ia pun khawatir Entah siapa yang akan bertanggungjawab pada anak ini".

GLEK.
Berat aku menelan ludah,
Dan berat aku mempercayai mita.

Apa benar?

Jika kau kenal purna dan mita, aku yakin kau juga susah untuk percaya.

Seperti namanya, purna hampir sempurna.
Dari segi wajah,  keturunan, bahkan eksistensi pun ia menang. Hanya saja kepintarannya kurang menurutku. Tapi ia anak baik.

Rambutnya yang berwarna hitam berkilau, selalu klimis dan rapi.
Mata sipit yang hitam pekat, alis tebal, dan hidung yang mancung, pas dengan kulit langsatnya yang bersih.

lengkungan  bibirnya yang kemerahan dan tipis, ditambah satu gingsul di kanan atas deretan gigi putihnya, sukses membuat senyumnya menjadi senyuman favorit para siswi SMAku.

Badannya juga atletis dan lumayan tinggi. Ya, hampir jadi idamanku kalau hanya segi wajah. Tapi, elok rupa tak abadi!

bagaimanapun, aku tak menyukainya.

Aku berpendapat bahwa ia tak pandai menghormati wanita. Terlebih, aku.

Ia sering sekali mengirimiku pesan singkat yang berisi rayuan gombal murahan. Setiap bertemu ia selalu memberiku perhatian kecil yang sering diikuti kata "so sweet" dari siapapun yang mengetahui itu.

Jujur, aku malah makin mantap untuk tidak menyukainya.

Ketika tuhanku telah meninggikan derajatku sebagai seorang muslimah, seorang wanita yang dimuliakan,
Purna dengan seenaknya menyamakan harga diriku dengan coklat, bunga, dan puisi murahan hasil salinan dari artikel orang.

Bukannya aku sok, tapi secara logika dan agama, aku tak sudi diperlakukan seperti itu.

Ia pikir dengan sebatang coklat, setangkai bunga, dan sebait puisi aku bisa takluk kepadanya?
Aku terima hadiah darinya, tapi aku tak pernah menerima keinginannya.

Purna hanya ingin melampiaskan nafsunya padaku. Dan aku tau itu.

Ya, ia ingin menjadikanku pacarnya.
Ia ingin menjadikanku objek pelampiasan nafsunya.

Purna mencintaiku dengan nafsu. Dan aku tak suka itu.
Bagaimanapun sempurnanya purna di mata orang, ia akan selalu buruk di mata ku. Aku tak memintamu setuju. Ini pendapatku.

Aku sedih orang seperti purna bisa seperti itu. Mungkin bagi sebagian kita, pacaran itu wajar. Tapi bagiku, BIG NO!

Jujur, jika aku hanya lihat sampul, aku akan jatuh cinta dengan purna.
Bagaimana tidak, sampul purna adalah sampul idaman.

Apalagi kami sekelas. Yang tentu saja sering membuatku melihatnya saat sedang tertawa bersama teman-temannya. Itu sangat membahagiakan saat itu, walau setelah itu mataku selalu perih.

Hampir saja hatiku klik dengan purna. Untung saja hanya hampir. Untung saja tak ku perturutkan.

Beberapa bulan satu kelas, terhembuslah kabar bahwa purna menyukaiku. Antara senang dan bimbang berhasil jadi satu.
Aku pikir aku sangat beruntung disukai oleh seorang purna. Bagaimanapun, dia idola kelas.  Tapi aku juga berpikir aku akan celaka jika ada kelanjutannya.
Dan benar saja, ceritanya berlanjut.

Dari situ aku putuskan untuk menghapus rasaku pada purna.

Purna tak menghormatiku. Itu alasan yang cukup dan tepat.

Bukannya ingin membuka aib purna, tapi kalian harus tau siapa purna. Ia tak sebaik yang dikenal.

Dan aku akan membandingkannya dengan mita. Perempuan yang sedang membuatku olahraga jantung.

Mita ini anak kampung. Sama sepertiku. Bedanya, ia eksis, dan aku tidak.

Mita terkenal dengan gincunya yang merekah, dan mantannya yang berserak.

Rambutnya pendek kering dan agak pirang. Wajahnya bulat dengan hidung pesek. Kulit coklat dengan blush on yang menor di pipi. Matanya sipit dengan bulu mata dan alis yang hampir tidak ada. Bibirnya tebal berlapiskan gincu aneka warna. Dan badannya pendek, juga tidak kurus.

Kira-kira seperti itu.

Akun sosial medianya aktif 24 jam.
Statusnya dipenuhi foto selfi full efect.
Ya, mita ini geng percantik.

Prestasinya selama ini belum terlihat. Aku juga tak tau kenapa ia diterima disini. Kata orang sih, main uang. Tapi ya mungkin saja. Ayahnya juragan desa.

Oh ya, kalian jangan kaget dengan Mantan mita yang sudah tak terhitung. Kata ibuku, yang laku keras dengan harga murah itu bukan yang cantik, tapi yang mantik ( mantik adalah genit dalam bahasa minang).

Dan setelah tau gambaran purna dan mita, apa kau percaya mita mengandung anak purna?











JEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang