dasi

64 11 6
                                    


" Dagumu..."

" Cuma lecet"

" Tapi darahnya mengalir!"

"...."

Ia melepas dasinya. Dan merobek sedikit bajunya.

" Ini!"

Ia menyodorkan dasi dan sehelai kecil bajunya.

" Untuk?"
Aku bertanya heran sambil menatap mata coklat terangnya itu.

" Bersihkan lukanya, dan ikat dagumu itu untuk menghentikan pendarahannya".
Ia menerangkan dengan rinci.

" Hanya luka kecil. Terima kasih!"
Aku menolak halus.

" Pakai sendiri atau ku pakaikan?"
Ia memberi pilihan yang lumayan sulit.

" Kau memaksaku!" Aku menjawab sinis.

Aku mengambil dasi dan robekan bajunya. Melakukan semua instruksinya dengan baik.

" Gadis pintar!" Serunya sambil tersenyum manis.

Astagfirullah! Jaga mata!

Aku menunduk. Aku takut ini jadi yang tidak-tidak.

" Mau menginap?"
Ia bertanya dengan nada ejekan.

Aku pun berdiri dan merapikan bajuku yang berantakan. Lelah sekali rasanya selepas cek cok. Aku benar-benar rindu rumah.

" Lain kali jangan pulang sendirian. Kau tau dia gila, kan?"

Lelaki itu menasihatiku

" Iya. Akan Ku usahakan untuk mencari teman". Aku menjawab sambil merapikan kerudungku yang sempat tak berbentuk.

Kami berjalan beriringan di koridor. Hening tanpa suara.

" Terima kasih!"
Memecah keheningan. Aku ucapkan terima kasih tanpa melihat kearahnya.

" Bukan apa-apa" Jawabnya sambil menoleh kearahku.

" Jangan lupa kembalikan dasiku. Aku hanya punya satu". Katanya dengan senyuman

" Oke". Aku menjawab datar.

" Setelah dicuci bersih!"

"Setelah dicuci bersih!" Aku mengulangi perintahnya.

Tak terasa kami sudah sampai di halte.

" Kos dimana?" Ia bertanya setelah duduk di sampingku. Dengan jarak kira-kira satu setengah meter.

" Perumahan pemerintah".

" Oh, kau anak pintar rupanya" .

" Tidak juga. Rezeki dari Allah".

" Alim pula".

"....."

Bus ku tiba. Aku naik dan menoleh padanya yang masih melihatku dari halte.

" Siapa namamu?"
Aku baru ingat bahwa aku belum mengenalnya.

" Azkan. Anak IPS 3". Jawabnya setengah berteriak.

" Oke. Besok ku kembalikan!"
Kataku sambil menunjuk dasinya yang terikat di daguku.

" Setelah dicuci! Aku tak suka darah!"
Jawab azkan sambil melambaikan tangan. Dan bus pun meninggalkan halte.


JEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang