03

132 18 0
                                    

Suara teriakan keras itu membangunkan Hinata, membuatnya terlonjak sebelum berlari ke sumber suara.
Hanabi yang pertama muncul, disusul  Mei, sementara Hyunji tak berani beranjak dari tempatnya.
Sebuah ketakutan muncul diwajah pucat Hyunji, dimana perempuan itu semakin menekuk dirinya semakin dalam.
Seolah menyembunyikan diri sendiri.

"Hyunji, ada apa ?"

Hinata hanya bisa melihat sekilas bayangan dalam matanya, besar dan berwujud aneh.
Hampir sama seperti Cerberus, anjing berkepala tiga dengan ekor ular.
Dalam mitologi Yunani, Cerberus bertugas untuk menjaga pintu neraka, dimana arwah-arwah mencoba kabur.
Cerberus adalah hewan kesayangan dari dewa Hades, dewa kematian dalam mitologi Yunani.

Mei mengeratkan pelukannya pada pinggang Hinata, bocah itu sepertinya sangat ketakutan.
Sementara Hanabi dengan wajah tegang merangkul bahu Hinata, seolah menjaga agar sesuatu tidak berimbas pada adiknya.

"Unnie, ada apa ini ? Kenapa aku tidak bisa melihat apapun ?"

Hinata menatap kakaknya yang masih nampak cemas disampingnya.
Sebelum perempuan itu meniupkan sesuatu, seperti benteng atau apapun itu namanya, agar Hinata tidak bisa melihat apapun yang sedang terjadi dibalik pintu apartemennya.

"Bukan hal baik, kau tidak perlu melihatnya."

Hanabi meyakinkan agar Hinata memang tidak mencoba melihat apapun yang ada diluar sana.
Raungan yang terdengar kesakitan itu kembali terdengar, dimana Hanabi langsung menutup telinga adiknya.

Hinata tidak tahu pada apa yang sebenarnya terjadi, dan ia memang tidak bisa melihat apapun.
Kabut tebal yang menutupi penglihatannya sama sekali tak bisa ditembusnya, hanya sekilas bayangan samar dalam bentuk tak jelas. Buram.
Ini adalah pertama kalinya Hanabi membuatnya berada dalam situasi menggelisahkan seperti ini.
Keheningan mencekam, dalam beberapa menit yang dilewati terasa begitu menyesakkan dan menegangkan.
Hinata merasa kesulitan mengambil napas dengan benar.
Merasakan energi besar yang terus berputar diluar sana.

Ada istilah dalam dimensi lain, dimana mereka harus pulang dan diadili.
Tidak semua mau kembali, ada beberapa ruh yang masih bergentayangan akibat dosa masa lalu mereka, ada banyak jin berkeliaran untuk menghasut manusia.
Dan ada iblis yang siap memangsa jiwa lelah itu dalam sekali hisap.
Hinata tidak cukup paham untuk bisa mengerti segala hal yang telah terjadi, dimana ia memang tidak bisa menembus dimensi itu lebih dalam lagi.
Ada sebuah pembatas, dan Hinata tidak berniat melewati batasnya.

"Ada aturan tertulis, dimana para penjaga akan datang untuk mengambil ruh yang telah terlalu lama bergentayangan.
Membawanya untuk diadili atau dimusnahkan."

Penjelasan Hanabi membuatnya tersadar, kakaknya itu selalu bisa membaca pikirannya dengan begitu mudah.
Keadaan perlahan mulai mencair, setelah satu teriakan terakhir yang terasa masih menggema.
Hawa berat itu perlahan menghilang, meski energinya masih berkeliling disekitar tempat ini.
Hinata sudah bisa bernapas dengan benar, setelah sekian menit terlewat dalam dada penuh beban yang membuat sesak, sakit sampai ulu hatinya.

"Suara yang kau dengar itu, adalah mereka yang diambil paksa oleh para penjaga." Hyunji mendekat pada mereka, sudah tidak meringkuk dalam ketakutan.

"Lalu, kenapa aku baru melihat hal semacam ini ?" Seingatnya, ia tidak pernah melihat adegan seperti ini saat ditempat tinggalnya yang lama.
Dan Hanabi memang tidak pernah mengatakan apapun soal penjaga dan sebagainya.

"Karena mereka memang ingin pergi dengan sendirinya, tidak harus dipaksa." Penjelasan yang bisa diterimanya.

Rasanya, Hinata masih harus banyak belajar mengenai dunia lain yang ada disekitarnya.
Tidak hanya berurusan dengan iblis atau hantu jelata yang sering nongkrong dipinggir jalan.

P.I.R.ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang