King Of Badboy||18

1K 41 2
                                    

Semenjak kejadian kemarin Revan seperti nya menjauh dari Vanya, tapi Vanya kini malah menjadi diam kembali. Apalagi ternyata benar ucapan Arfa mengenai bahwa dia akan pindah. Dan jelas hari ini dia sudah sekolah di sekolah yang sama sepertinya. Menyebalkan.

"Nya, kok diam terus sih? Are okay?" Tanya Tya. "Gapapa." Balas singkat. "Nyaa, Revan ribut sama Arfa di lapangan. Buruan lu lerai kan mereka." Beritahu Tasya yang baru sampai di kelas dengan keadaan yang ngos-ngosan.

Secepat kilat Vanya, Brilia, Tya, dan Tasya yang langsung menghampiri Revan. Ternyata ucapan Tasya benar, kalau Revan dan Arfa sedang berantem. Terlihat dari raut wajah Sam yang memerah akibat emosinya yang memuncak.

Di sana juga sudah ada Nathan, Aldo, dan juga Rizan yang hanya menonton saja tanpa berniat untuk memisahkan. Karena kalau sudah Sam seperti ini, siapapun tidak akan ada yang bisa menahan nya. Meskipun itu adalah sahabat dekatnya.

Vanya tidak tau pasti kronologi kejadian penyebab pertengkaran antara Revan dan Arfa, tetapi dari cara mereka yang bertengkar dan juga beradu jotos itu sepertinya ini adalah penyebab dari dirinya. Bisa di katakan itu. Karena mereka belum pernah kenal, sebelum kejadian kemarin.

"Rev." Panggil Vanya.

"Rev, berhenti."

"Berhenti, Rev." Untuk ketiga kalinya Vanya berusaha memberhentikan dan merelai nya. Tetapi usaha itu gagal. Mau tak mau Vanya maju dan berdiri di antara mereka berdua. Yaitu di tengah-tengah mereka.

"STOPP! GUA BILANG STOP." Teriak Vanya Mereka semua membeku dengan teriakan itu.

"Kalian ini kenapa? Apa yang bisa bikin kalian berantem, hah? Lo juga Arfa, ngapain sih lu ganggu hidup gua sama Revan? Gua udah bilang jangan ganggu gua lagi. Apa itu kurang jelas? Kamu juga, Rev." Marah Vanya.

"Dia duluan." Jawab Rey dan Arfa bersama.

"Apa yang duluan? Siapa yang mulai? Cukup! Lo itu pengrusak kebahagiaan gua Arfa. Lo yang udah bikin gua sakit hati, terus dengan seenaknya bilang ingin kembali? Tolong, sadar diri. Dan lo juga harus jaga harga diri. Jangan harap kalau gua mau balik sama lo lagi. Sampai kapanpun juga gua ga mau. Ingat ucapan gua. Dan satu lagi, berhenti untuk ganggu hidup gua. Sebelum gua benci sama lo." Jelas Vanya. Dan di salah satu ucapannya dia menekankan kata benci.

"Apa sesusah itu buat dapet maaf dari kamu? Apa sejahat itu aku sama kamu? Apa seburuk itu kesalahan aku sama kamu? Seribu kebaikan aku kandas dengan satu kesalahan doang? Apa semudah itu kamu lupain kenangan kita? Apa semudah itu juga kamu berpaling sama aku? Padahal kamu dulu ngemis cinta sama aku. Dulu itu kamu selalu mencari perhatian lebih sama aku, kamu selalu mengharapkan aku ada selalu buat kamu. Sampai pada titik di mana aku ninggalin kamu, dan kamu masih ngemis juga nangis sama aku. Kenapa secepat dan semudah itu kamu berubah?" Ujar Arfa. Semua murid sudah banyak yang melihat kejadian demi kejadian.

"Bukan masalah seribu kebaikan dan satu kesalahan yang lo buat sama gua, sampai gua ga bisa maafin lo. Lo cuma bisa menyimpulkan kejadian kelam dengan semudah itu, padahal masih banyak kesalahan lo sama gua sebelum lo ninggalin gua demi cewek lain. Dan dengan seenak nya lo dateng di kehidupan gua cuma minta maaf? Apa lo pernah mikirin gua waktu lo bahagia sama yang lain? Nyaman sama yang lain? Sedangkan gua disini, cuma bisa berfikir kalau lo lagi sibuk sama urusan lo. Makanya gua ga ganggu lo, tapi ternyata apa? Lo malah selingkuh sama cewek lain kan? Apa itu udah cukup buat gua sabar sama sikap lo? Fikir, dong! Gua juga punya hati, ga semestinya terus tersakiti."

"Masalah yang gua ngemis cinta sama lo, itu adalah kebodohan gua dalam mengenal cinta. Gua bodoh karena udah cinta dan ngemis sama lo. Kenapa gua secepat itu dan juga semudah itu bisa lupain lo? Karena lo juga dengan semudah itu ninggalin gua waktu dulu. Sekarang, kita udah ga ada apa-apa lagi. Silahkan pergi dan cari yang lain. Gua dan lo bukan lagi kita. Jadi, gua mohon lo hidup dengan jalan cerita hidup lo sendiri. Berikut juga dengan gua." Jelas Vanya. Dia sudah tidak bisa lagi memendam perasaan yang dulu pernah membuat dia hancur, dan terjatuh
sejatuh-jatuhnya.

"Gua mohon sama lo, kasih gua kesempatan kedua buat memperbaiki hubungan kita. Tolong maafin gua Nya, Gua masih sayang sama lo. Hati gua ga bisa jauh dari lo. Gua minta maaf atas kesalahan gua waktu itu." Mohon Arfa.

"STOP! Gua bilang stop, Ar! Udah cukup. Sekarang gua udah bahagia sama orang lain. Dan itu sudah jelas bahwa gua bahagia bukan karena lo tapi karena seseorang. Yaitu Revan. Jadi berhenti buat dapetin hati gua." Balas Vanya.

"Sekarang, gua minta lo jangan gangguin cewek gua lagi. Jangan ganggu hubungan kami lagi. Karena sudah berapa kali Vanya bilang kalau lo itu hanya masa lalu nya. Jadi berhenti untuk mengemis cinta sama Vanya. Karena dia udah jadi milik gua. Dan jangan sampai lo buat gua benci untuk kedua kalinya." Ujar Revan.

Dan, setelah mengatakan itu kepada Arfa. Sam langsung menarik tangan Vanya ke sesuatu tempat. Arfa pun hanya bisa memandang kepergian mantan dia.

Sekarang, Arfa tau bahwa di tinggalkan oleh seseorang yang kita cintai itu sakit. Dia telah menyesal telah meninggalkan Vanya waktu dulu demi cewek yang lebih menarik dari pada Vanya. Dan sekarang, hanya penyesalan yang harus dia terima.

Arfa baru sadar bahwa dia sedari tadi menjadi bahan tontonan semua murid yang melihat kejadian berantem nya dengan Sam. Dan obrolan panas Vanya dan dia.

"NGAPAIN KALIAN DI SINI? BUBAR!" Perintah Arfa.

Semua pun bubar dari area lapangan tempat tadi insiden di lakukan. Mereka langsung pergi dari tempat itu setelah di teriaki oleh Arfa. Hanya ada Brilia di sini yang sedang melihat keadaan Arfa.

"Gua harap, lo bisa dapet cewek lain yang lebih dari Vanya. Gua cuma mau bilang, jangan sia-siakan orang yang udah rela berjuang dan bertahan pada satu titik. Karena jika mereka sudah tidak lagi bisa di genggaman lo, hanya penyesalan yang lo dapat. Keep strong, Boy." Pesan Brilia, lalu dia pergi begitu saja tanpa berniat untuk mendengar jawaban dari Arfa.

Tanpa di sadari, Nathan memperhatikan Brilia dan Arfa yang ada di tengah lapangan. Dia tersenyum. Tersenyum karena Brilia lebih memilih menasihati tanpa ada rasa marah, padahal gara-gara Arfa Vanya juga sakit hati.

***
Ketemu lagi guys... Maaf ya di part ini hanya ngebahas tentang mantan Agatha dan Arfa saja.

Jujur sih aku nulis ini sedikit geli-geli gimana gitu. Soalnya aku ngerasa di part ini aku bikinnya sedikit alay gitu kata-katanya. Maaf aja ya guys.

Gimana nih kelanjutan nya? Oh iya beberapa part lagi lhoo guys ini ending... Ga kerasa ya? Kira-kira Happy ending apa Sad ending nih?

SeeYou And NextTime🖤

King of badboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang