2. Sekolah🍃

37 8 0
                                    

Awali pagimu dengan senyuman, walau suasana hatimu sedang tidak baik. Setidaknya tersenyumlah untuk orang yang kau sayangi

***

Hari ini adalah hari dimana semua siswa yang bersekolah sudah mulai memasuki semester baru, atau lebih tepatnya semester ganjil. Tidak jarang alat belajar seperti buku dan kawan-kawannya hilang kemana-mana.

Tapi itu tidak berlaku untuk Rara gadis yang baru menginjak kelas XI IPA 1 itu sangat disiplin dan rapi. Dia tidak pernah ceroboh dalam menaruh barang, karena sering membaca Al-qur'an jadi daya ingat Rara sangat baik. Rara adalah gadis yang sangat pintar dan dia juga sering memenangkan olimpiade dari sejak Sekolah Dasar atau SD, jadi tak heran jika banyak sekali piala mendali maupun piagam dalam lemari yang dikhususkan untuk menaruh itu semua.

Berbanding terbalik dengan Sasa kakak dari Rara itu dia kelas XII IPS 2 dan sering keluar masuk ruang BK dengan kasus yang sudah menggunung. Sasa bisa dikatakan badgirl di sekolah, tapi jika sudah dirumah Sasa akan menjadi anak yang manis dan polos.
Seringkali surat pemanggilan orang tua dilayangkan oleh pihak sekolah tapi tak ada satu pun yang Sasa serahkan kepada orang tuanya. Bahkan surat itu sudah menggunung didalam lemari Sasa.

"Selamat pagi ayah mama" Sapa Rara dengan riang ketika melihat ayah dan ibunya dimeja makan.

"Pagi sayang" Sahut Yuda dengan mengusap kepala Rara dengan sayang. Sedangkan Rina hanya tersenyum terpaksa, dia sangat malas meladeni sapaan dari Rara.

"Kakak kamu mana Ra kok belum turun?" Tanya Yuda heran belum menemukan anak sulungnya sedangkan Rara sudah turun sedari tadi.

"Engga tau, mungkin masih ada dikamar" Jawab Rara sambil menggelangkan kepalanya.

Baru saja Yuda mempertanyakan anak sulungnya, tampak Sasa turun dari tangga sambil menentang tas yang berwarna abu-abu yang disampirkan dibahunya.

"Morning semuanya" Sapa Sasa seraya mencium kedua pipi orang tuanya.

"Pagi sayang" Jawab Rina dan Yuda serempak.

"Kamu mau makan apa sayang?" Tanya Rina kepada Sasa dengan nada yang lembut.

"Roti aja mah. Aku gak mau makan yang berat-berat ntar aku gemukan lagi"

Rara yang melihat perhatian lebih yang diberikan ibunya untuk Sasa hanya tersenyum kecut dan menundukkan kepalanya. Rara juga ingin seperti Sasa kakaknya yang diberikan perhatian lebih. Tapi dia sadar bahwa itu hanya angan-angan saja, tidak mungkin ibunya mau bersikap baik kepadanya.

Yuda yang melihat anak bungsunya hanya diam menatap heran kepada Rara. Tidak biasanya Rara itu diam seperti ini, anak itu sangat hyperaktif jika didepannya.

"Rara kamu kenapa? Apa yang kamu pikirin?" Tanya Yuda yang tidak tahan dengan keterdiaman anak bungsunya.

"Ehm, engga Ayah Rara cuma mikirin ulangan Biologi nanti" Rara terpaksa berbohong kepada ayahnya.

Padahal hari ini sama sekali tidak ada ulangan apapun. "maafin Rara Ayah" Rara membatin meminta maaf karena telah berbohong kepada Yuda.

"Udah gausah dipikirin, Ayah yakin kamu bisa" Yuda menyemangati Rara sambil tersenyum hangat Rara pun membalas senyuman ayahnya tak kalah hangatnya.

Syaquella AndiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang