ChangLix : Lighting & Reminders

5.5K 446 35
                                    


***

Don't the water grow the trees?

Don't the moon pull the tide?

Don't the stars light the sky?

Like you need to light my life...

CKLEK

Semua mata tertuju pada laki-laki yang baru membuka pintu. Laki-laki itu tampak bingung, semua arah pandang mata menatapnya. Bukan pandangan itu, melainkan jumlah orang yang menatapnya.

"Changbin kenapa baru pulang? kamu gak liat jam?"

"Abis dari club ya kamu?!"

Ada ayah dan ibunya, masih dengan pakaian formal kantor mereka, menatap sang putra dengan tatapan marah.

Changbin, pemuda itu menutup pintu sambil melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Baru jam 10 ma, aku udah legal juga," jawabnya malas melangkah mendekat ke arah sofa.

Bersiap untuk diberi omelan dari mulut kedua orang tuanya, seperti biasa.

Tapi tunggu. Kali ini tidak biasa.

Ada seseorang yang asing duduk di sana, bergabung dengan kedua orang tuanya. Wajahnya manis, tapi tidak untuk pakaiannya dan kulitnya. Agak lusuh dan memiliki bintik-bintik coklat di sekitar pipinya. Tidak masalah, bintik-bintik itu malah semakin menambah nilai estetik pada wajah bocah itu.

Dengan kata lain, mungkin Changbin sudah mulai tertarik oleh gravitas bocah manis itu.

"Iya baru, tapi kamu ngelupain apa yang mama suruh tadi pagi," sang ibu melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap putranya dengan tajam.

Kening Changbin menyerngit, "mama nyuruh Changbin? kapan? perasaan gak ada?"

"Makanya kalau orang tua ngomong pagi-pagi itu didengerin, jangan earphone mulu ditenggerin di telinga!" sang ibu mengomel dengan panjang lebar, dan tentu saja suara omelan itu hanya memantul dari gendang telinga si anak nakal.

"Nakal boleh bin, ngelawan orang tua jangan!" timpal sang ayah mencoba meredakan emosi sang ibu, dengan cara kembali menarik sang ibu untuk duduk di sofa kembali.

Changbin berdecak, malas jika harus doubel mendengar omelan dari kedua orang tuanya. Ayolah anak ini sudah besar, dia harus mencoba membangkang sesekali. "Changbin ke atas ya? gendang telinga Changbin tipis ma, yah."

Sang ibu kembali berdiri, "heh!" menghentikan langkah Changbin. "Kamu ya udah gak jemput Felix, bikin dia kesasar sendiri di Jakarta, udah gitu main nyelonong masuk aja ke kamar! Sopan santun kamu dimana Changbin Andrajian!?"

Membalikan badanya untuk menatap bocah manis itu sepenuhnya. Senyum cerah yang didapat oleh jurang gelap ini, terlalu terang sampai mampu kembali memberi warna untuk hati hitam milik Changbin Andrajian.

"Hallo Kak Changbin...saya Felix."

Entahlah melihat senyum itu, kedua sudut bibir Changbin tiba-tiba memaksa sarafnya untuk naik ke atas membentuk lengkungan terindah dan tulus. "Felix Arcahrispher? Aca? Itu lo?"

O' MY • Harem! FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang