Part 2- Pria di Depan Perpustakaan

43 3 2
                                    

Mengapa aku menyukai langit? Karena disana telah hadir beribu keindahan dari Tuhan, bisa bulan, bintang, bahkan pelangi. Tapi yang paling menarik dari langit adalah ketika ia datang bersama indahnya SENJA

"Senja pulang" salam Senja

"Kok baru pulang kak?" tanya ibu Senja, Tamara yang sedang menjahit baju adiknya

"Iya bu, tadi ada ekskul di sekolah. Yaudah Senja ganti baju dulu buk" pamit Senja

Senja menaruh tasnya asal dan mengganti pakaiannya. Ia mendesis kuat, ketika pikirannya terbayang pada lelaki itu. Laki-laki yang mampu mempermalukannya di depan umum. Tapi ini bukan akhir, ini awal perjuangan. Bukan Senja namanya jika dia sudah menyerah semudah ini.

Perihal kamu,

Yang Tuhan hadirkan dalam hidupku

Yang memberiku warna pada hitam putihnya diriku

Warnaku cukup kelabu,

Indahmu mewarnai alunan cintaku

Perihal rindu,

Dia sudah kurasa sejak mataku bertemu kamu

Temu yang membuatku jatuh cinta

Degup ketika jauh yang membuatku selalu rindu

Detik yang memutar dan menunggu kamu kembali

Berapa tahunpun, mau ketika aku tua nanti

Menanti kepulanganmu adalah caraku untuk terus mencintaimu

Senja keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur membuka tudung makan. Terdapat beberapa tusuk sate ayam kesukaannya

"Ibu, semuanya sudah makan kan. Satenya Senja makan ya buk" pinta Senja tanpa basa-basi

Terlihat Tamara tertawa melihat gadisnya yang bertingkah lucu itu

"Makan aja kak. Udah makan semua kok"

"Gimana kak di sekolah tadi?" tanya ibu melanjutkan sambil sibuk menjahit baju

Senja terdiam, teringat Langit dan membuatnya kesal sendiri

"Gak ada apa-apa buk. Cuman Senja jengkel aja buk ada temen yang nyebelin bener"

"Jengkelin gimana kak?"

"Sok kecakepan, sok keren, gak kenal Senja juga buk, padahal ya buk dulu itu dia mainnya sama Senja. Kacang lupa kulit. Nyebelin"

Tamara tertawa lepas mendengarnya. Senja dari dulu memang tidak berubah

"Siapa temanmu. Yang ibu tau, temen kecilmu yo cuman Caca sama Langit. Siapa emangnya? Caca? Kayaknya kalian biasa saja. Mosok Langit? Dia kan di luar negeri"

Lagi-lagi Senja terdiam, ia sedang tak ingin menceritakan tentang Langit kepada ibunya

"Sudahlah buk, lupakan... Senja ngomong ngelantur hari ini" jawab Senja mengalihkan obrolan

"Hadeh.. Aneh-aneh wae kamu ini. Yowes, itu temani adikmu sedang main sendirian" suruh Tamara

Senja menutup tudung makannya dan menaruh piring itu di cucian piring. Tangannya di cuci hingga bersih. Kemudian ia pergi menghampiri adiknya yang bermain di halaman rumah.

"Dod, ngapain?" tanya Senja

Dodi, adiknya hanya terdiam sambil sibuk bermain sendiri. Dodi, menderita disleksia. Gangguan membaca dan menulis. Dodi sudah berumur 8 tahun sekarang, dengan sabar Senja mengajar Dodi yang kesulitan untuk mencerna pelajaran. Sering kali, Dodi dikatakan idiot, untung saja Dodi sudah terbiasa dengan semua caci maki itu. Untunglah sekolahnya masih mau menerima Dodi dengan sedikit kekurangan Dodi.

Kamu yang Abadi dalam SajakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang