Paginya Amara melakukan aktivitas seperti biasanya. Amara termasuk ke dalam golongan murid yang rajin. Ia selalu berangkat pagi. Memang sih, terkadang Amara berangkat agak kesiangan. Tapi, tidak sampai telat.
Amara berjalan di koridor kelas yang masih sepi, hanya ada beberapa siswa. Sesampainya di kelas Amara langsung mengambil novel yang bergenre romance didalam tasnya.
Amara juga termasuk murid yang suka membaca buku. Tapi, hanya novel. Buku pelajaran? Jangan diragukan lagi. Tentunya jarang.
Sedang asik-asiknya membaca novel. Terdengarlah teriakkan yang mengusik Amara. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya Amara yang cerewet nya minta ampun. Tak lain dan tak bukan adalah Riska.
“Selamat pagi.” teriak Riska yang hanya dibalas tatapan tajam dari sebagian siswa yang telah datang. Yang diberi tatapan tajam itu hanya cengengesan dan berucap 'maaf' kepada seluruh penghuni kelas.
Amara merasa heran kepada Ana. Tumben banget dia gak teriak-teriak kayak Riska. Amara memutuskan untuk bertanya tentang hal yang mengganggu pemikirannya. “Kenapa lo?”
“Gue? Gak papa kok, cuma lagi badmood aja.” Ana tersenyum dengan terpaksa supaya sahabatnya tidak bertanya-tanya terus.
“Pagi-pagi udah badmood aja lo.” cibir Riska sedangkan Ana hanya mengangkat bahunya.
Itulah yang membuat Riska kesal. “Ih! Lo lama-lama nanti kayak Nabila. Diem mulu.”Nabila? Dia hanya diam. Mungkin dia tahu, mengapa Ana pagi-pagi udah badmood? Iya, Nabila tahu betul, Ana gak mungkin badmood pagi-pagi jika tidak karena kemarin. Kejadian seperti ini sudah sering terjadi sejak kita memutuskan untuk bersahabat. Tapi, tidak ada yang tahu alasannya apa. Hanya Nabila yang tahu itu.
Tidak lama kemudian Adit dan Rizki datang. “Selamat pagi semua.” teriak Rizki. Adit yang berada disamping Rizki, hanya menutup telingnya sebab suara teriakkan Rizki yang sangat keras.
“Eh, lo gak usah teriak-teriak. Suara lo tuh kayak petasan.” omel seseorang. Siapa lagi yang selalu mencari ribut kepada Rizki selain Riska.
“Lo gak nyadar apa?! Lo juga suka teriak-teriak gak jelas. Kayak orang gila.”
“Sesama gila, jangan saling menghina!” sindir Nabila
Riska dan Rizki mendengar sindiran Nabila yang dipastikan ditunjukkan untuk mereka, langsung melotot kearah Nabila. Tapi, Nabila hanya memasang wajah datarnya.
“Bener itu.” timpal Amara yang dari tadi asik mendengarkan perdebatan mereka.
“Ih! Lo kok dukung Nabila sih! Ana bantu gue dong! Belain gue napa.” rengek Riska kepada Ana yang entah kenapa dari tadi diam saja. Gak kayak biasanya bukan?
“Belain apaan? Memang bener 'kan yang diomongin Bila sama Ara.” Ana memberi pendapat kepada Riska.
Rizki menjulurkan lidahnya kepada Riska tanda mengejek. Riska mendengus sebal. “Kalian kok belain Rizki sih?! Sahabat kalian gue atau Rizki sih?!” rengek Riska sambil mengerucutkan bibirnya.
Melihat Riska yang mengerucutkan bibirnya. Semakin membuat Rizki mengejeknya. “Rasain lo! Sahabat lo aja pada belain gue. Emang enak?!”
“Sialan lo!”
Sebenarnya Nabila tak tega melihat Riska yang semakin cemberut karena perkataan Rizki. Nabila takut persahabatannya hancur hanya karena hal sepele. Apalagi jika itu disebabkan karena satu orang cowok. Nabila tidak mau hal itu sampai terjadi.
Akhirnya Nabila angkat bicara. “Siapa yang belain lo? Kalian memang suka teriak, kayak orang gila.”
Riska yang mendengar ucapan Nabila, menjulurkan lidahnya kepada Rizki.
“Udahlah! Duduk yang rapi! Sebentar lagi guru akan masuk.” ucap Nabila kepada semuanya yang mendengarkan perdebatan tadi.
Semuanya udah rapi di tempat duduknya masing-masing, tidak lama setelah itu, guru pun masuk.
-AMARA-
Amara memasukkan buku-bukunya setelah bel pulang berbunyi. Setelah selesai memasukkan semua bukunya, Amara berjalan keluar kelas menemui sahabatnya yang menunggu di depan kelas. Sambil berjalan menuju parkiran, mereka bercerita.
“Heh, katanya nanti akan ada camping lho.” Riska termasuk orang yang suka menggosip. Jadi, Riska selalu membawa berita yang sedang panas dibicarakan.
“Oh, ya. Kapan?” Ana sangat menyukai camping. Setiap mendengar kata 'camping' pasti langsung semangat.
“Minggu depan, itu kalau gak salah.”
“Yaudah tunggu aja pengumumannya.” ucap Amara sambil berhenti berjalan dan diikuti oleh temannya. “Gue balik dulu, ya.”
Amara mengemudi mobilnya dengan kecepatan normal. Sesampainya dirumah, Amara langsung menyium tangan Mommy nya dan pergi ke kamar.
Amara menaiki anak tangga satu demi satu sampai di lantai dua. Amara langsung memasuki kamarnya. Bukannya mengganti pakaian terlebih dahulu, Amara menghempaskan tubuhnya ke kasur. Tak lama Amara pun terlelap dengan masih memakai seragam sekolah.Tbc!
151119
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
Teen FictionAku tidak menyadari, jika aku mencintaimu sejak awal kita bertemu. Kini aku baru menyadarinya, setelah kau bilang bahwa kau mencintai sahabatku. Aku tahu, jika sahabatku juga mencintaimu. Persahabatanku hancur karena sahabatku yang lain juga mencint...