Happy reading..
Hari ini adalah hari dimana sekolah kita akan mengadakan camping. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh, tapi seluruh siswa dan siswi sudah berada di sekolah.
Semuanya berkumpul di lapangan untuk mendengar penjelasan Bapak kepala sekolah.
"Waktu masih satu jam sebelum keberangkatan kita. Sebaiknya kalian cek, barang-barang kalian. Jika ada yang ketinggalan, kalian bisa mengambilnya. Paham?!"
"Paham, Pak,"
"Oke, terima kasih. Kalian boleh dicek mulai dari sekarang."
-AMARA-
Amara, Ana, Nabila dan Riska sedang duduk di kantin, sambil mengisi perut mereka. Mereka belum sempat sarapan.
"Lo semua gak ada yang ketinggalan 'kan?" tanya Amara.
"Gak ada," ucap Ana.
"Emang kenapa?" tanya Riska.
"Gak sih, cuma nanya aja."
Segala macam umpatan Riska berikan kepada Amara. "yee, gue kira lo mau bilang, kalau ada diantara kalian yang ketinggalan, nanti gue anter. Tapi ini?"
Amara terkekeh, "Gak usah ngarep."
"Udah ah, kita ke bus aja. Udah mau jam delapan juga." ajak Ana.
"Yaudah, ayo."
-AMARA-
Di dalam bus, sudah hampir penuh semua. Amara, Ana, Nabila, dan Riska mencari tempat duduk yang masih kosong.
"Ra, di sini aja." Adit memanggil Amara untuk duduk di depannya. Sedangkan ia sendiri duduk bersama dengan Rizki. "Sama Ana sekalian, berdua."
Amara menuruti apa yang di bilang Adit. Ia mengajak Ana agar duduk di sampingnya.
"Lha, kok? Kok cuma Ara sama Ana doang. Gue duduknya di mana?" tanya Riska.
Rizki yang sedari tadi bermain game online mendongak, "Heh, nenek lampir. Lo gak liat di samping Nabila itu masih kosong."
Riska menoleh ke samping. Di sana, Nabila duduk dengan novel berada di tangannya. Ia kembali melihat Rizki. "Mana gue tau, kalau itu masih kosong."
"Alasan,"
"Udah, deh. Kalian itu kalau ketemu selalu ribut. Kaya Tom and jerry." ucap Amara.
"Lagian lo tinggal duduk aja, kenapa sih? Gak usah ngurusin Rizki." ucap Ana.
Riska terdiam, ia tidak menjawab sama sekali. Ia duduk di samping Nabila. Masih dengan muka kesalnya, Riska berucap, "Bil, gue yang deket jendela, ya."
Nabila berdiri agar Riska bisa duduk di dekat jendela. Ia duduk kembali sambil membaca novel.
"Ngambek tuh pasti," celetuk Rizki.
"Rizki! Jangan mulai, deh." tegur Nabila.
"Iya, Nab, iya."
Seorang guru memasuki bus yang di tempati oleh Amara dan sahabat-sahabatnya.
"Oke, anak-anak. Sebelum berangkat, sebaiknya kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Supaya kita dapat menempuh perjalanan dengan selamat. Berdoa mulai,"
Hening, itulah menggambarkan suasana dibus ini. Semuanya berdoa menurut kepercayaan masing-masing.
"Selesai."
Bus pun perlahan berjalan.
-AMARA-
Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama satu jam, mereka sampai di tempat dimana mereka akan bercamping. Semua anak berkumpul terlebih dahulu.
"Selamat pagi,"
"Pagi."
"Untuk mengawali aktivitas pertama kita. Kita membuat tenda terlebih dahulu dan di teruskan dengan tugas-tugas yang akan saya berikan, seperti mencari kayu bakar dan mengambil air di danau. Untuk susunan acara yang akan berlangsung, kalian bisa baca di selembar kertas ini," kepala sekolah menunjukkan kertas yang ada di genggaman tangannya. "Akan saya bagikan setiap tenda. Hanya itu yang saya sampaikan. Terima kasih dan selamat menjalankan tugas kalian."
Semuanya mulai membangun tenda. Seperti yang dilakukan Amara dengan para sahabatnya. Ia sedang kesulitan memasang tendanya.
"Ini gimana, sih?" dumel Riska. "Ini, nih, yang gue gak suka dari yang namanya camping. Lo aja, deh, Na, yang masang. Lo 'kan suka sama yang beginian."
"Gue suka yang namanya camping. Tapi gue juga gak bisa masang tenda."
"Lha?"
"Gak usah ribut!" ucap Nabila sambil berusaha mendirikan tenda.
Dari kejauhan, Adit melihat itu. Ia pun menghampiri mereka. "Kenapa?" tanyanya kepada Amara.
"Gak tau cara masang tenda." jawab Amara.
"Yaudah, nanti gue bantu. Gue udah selesai kok."
Riska yang mendengar itu langsung menghampiri Adit, "Beneran, ya." ucap Riska dengan mata berbinar.
Adit melihat Riska dan mengangguk. "Iya, sama Rizki juga."
Adit kembali ke tendanya untuk memanggil Rizki. Benar saja, ia menghampiri tenda Amara bersama Rizki. Mereka langsung membuat tenda. Amara, Ana, dan Riska hanya melihat mereka memasang tenda.
Sedangkan Nabila tetap memasang tenda. Sudah beberapa kali, dibujuk agar tidak usah memasang tenda. Tapi, ia tetap memasang tenda.
Akhirnya tenda sudah selesai didirikan. Mereka akan berpencar untuk mencari kayu bakar dan mengambil air di danau.
Bersambung...
Semoga cerita ini dapat menghibur teman-teman yang sedang bosan. Jangan lupa votment nya.
See you next chapter
Dibuat : 301119
Publish: 101219
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
Teen FictionAku tidak menyadari, jika aku mencintaimu sejak awal kita bertemu. Kini aku baru menyadarinya, setelah kau bilang bahwa kau mencintai sahabatku. Aku tahu, jika sahabatku juga mencintaimu. Persahabatanku hancur karena sahabatku yang lain juga mencint...