05 - Bunda Eman?

39 23 13
                                    

Dina pagi-pagi sekali telah rapih dan siap. Karena akan pergi ke rumah Eman yang sudah di sepakati oleh anggota kelompoknya.

Dina bercermin di kaca. Setelah semuanya tampak cocok. Ia turun kebawah menghampiri keluargganya yang sudah berjejer rapih di meja makan.

"Mah, Pah aku pamit dulu. Mau ke rumah temen, ngerjain tugas kelompok," pamit Dina.

"Iya. Hati-hati. Gak sarapan dulu," sahut sang-Mama dan bertanya pada Dina.

"Enggak mah. Nanti aja. Aku pulangnya mau ke toko roti dulu abis itu ke mini market beli kebutuhan cewek bualanan. Jadi pulangnya agak telat Mah, Pah gak papa kan?" ucap Dina. Yang di angguki oleh kedua orang tuanya. Lalu setelah itu Dina mencium kedua tangan orang tuanya.

Dina. Menuju rumah Eman menggunakan motor matic nya yang di belikan oleh Papah-nya. Sebelum ia menuju ke tempat Eman. Ia sempat bertanya pada grup chat Line kelas mereka. Menanyakan alamat Eman.

Setelah sampai di tempat yang dituju yaitu ruman Eman. Ia langsung memakirkan motornya di sebelah motor teman satu kelompoknya.  Yang ia tahu itu adalam motor Sila dan teman Eman yang satu lagi yang Dina lupa namanya.

Dina langsung memencet bell rumah Eman ketika sampai di depan pintu.

"Assalamualaikum," salam Dina.

"Waalaikumsallam. Ehh temennya Eman ya? Yang mau kerja kelompok itu. " sahut Ibu paruh baya pada Dina. Ibu itu mempersilakan Dina masuk rumahnya.

"Iya. Eman-nya ada bu?" tanya Dina.

"Ada di teras belakang. Jangan panggil Ibu dong. Panggil aja Bunda."

"I-iya Bunda."

"Kamu ini kayaknya pemalu ya. Kamu lurus aja dari pintu itu, " tunjung Bunda ke arah pintu yang berada sebelah kanan dari posisi Dina sekarang berdiri. "Nanti langsung ke arah teras. Disitu juga ada si Parman sama cewek satu lagi katanya temen kamu ya?" lanjut dan tanya Bunda.

"Iya bun. Aku langsung kesana aja yak.  Takut ketinggalan sama yang lain." pamit Dina.  Lalu mendapat anggukan dari Bunda.

Lalu Dina melangkahkan kakinya ke arah teras belakang rumah Eman. Disana sudah ada Sila, Eman dan satu lagi yang sangat di lupakan oleh Dina.

"Maaf baru dateng. " ujar Dina. Langsung duduk di sebelah kiri Sila.

"Lo abis dari mana ketek. Tumben lama. Biasana time is money. " seru Sila.

Dina menoleh ke arah Sila. "Gue tadi nanya sama grup dulu rumahnya tuh anak. Gue kan gak tahu letaknya dimana ini rumah. " kata Dina.

"Heh curut. Kemana aja lo. Gak nyasar ke bandungkan. Masih di wilayah sini. " ujar Eman. Ketika ia membawa nampan berisi air dan makanan ringan.

"Enggaklah. Dari sini ke bandung tuh jauh. Masa gue nyasar kesana. " jawab Dina.

"Udah pada ngumpulkan.  Nah,  sekarang kita bagi tugas dah. Buat tugas nyanyi." ucap Parman akhirnya. Lalu ia menghampiri ketiga orang yang berkumpul.

" Gue bisanya main drum dan Eman bisanya gitar. Lo berdua bisanya apa sama alat musik? " tanya Parman. Sambil minum jus yang disediakan Eman tadi.

"Sil. Lo bisa main piano kan? " tanya Dina.

"Iya sih. Tapikan gak terlalu bisa gue."
"Oh jadi lo bisa piano. Bagus dong, nanti gue minta temen gue buat ngajarin lo. " kata Parman.

Sila girang dan tersenyum . "Seriusan lo.  Oke dehh gue mau pegang piano kalo gitu." sahut Sila akhirnya.

" Heh bangau terus lo bisanya apaan. Jangan-jangan lo bisanya ngupil yak.  Hayoo ngaku sama gue, " Ucap Eman pada Dina.  Dengan nada mengejek.

"Gue bisa nyanyi yak gini-gini juga. Emang elo. Suara aja kayak bencong jalanan.  Gak ada bagus-bagusnya. " Dina mendengus dan tak terima dikatai Eman seperti itu.

"Yee.  Kalo ngomong suka bohong. Orang gue bisa cuman nyanyi doang mah." seru Eman dengan pede-nya.

Dina mendelik tak percaya. "Gak percaya sama lo curut."

"Oke gue nyanyi sekarang!"

"Ogah gue denger suara lo. Mending makan.  Dari pada nanti kuping gue dower kena suara cabe pedes kayak lo.  Mending minggat lahh dehh sana."

"Idih. Orang ini rumah gue. Lo yang jadi tamu belagu. Untung gak gue usir lo dari sini." seru Eman tak kalah sengit. Dina semakin kesal. Eman memang mulutnya seperti cewek baperan.

"Lah. Gimana gue dong. Bunda lo aja suruh gue masuk. Lo yang anaknya ngusir gue. Jadi,  posisi yang paling berhak buat ngusir gue yaitu cuman ortu lo. Ngerti lo curut. " sentak Dina. Sila dan Parman hanya cengo melihat keduanya.

Parman dengan santainya berbicara, dan membuat kedua orang yang telangh adu mulut berhenti mengeluarkan ocehan yang unfaedah bila di dengar. Hanya masalah sepele bisa jadi panjang.

"Udah.  Gak usah berantem. Kan kita lagi diskusi nih.  Nah sekarang gue aja yang ngatur. Gimana? "tanya Parman.  Dan diangguki oleh semuanya.

"Oke. Jadi,  gue sebagai drummer. Sila sebagai pianis biar manis kayak orang nya. Iya gak Sil." kata Parman jahil. Sila yang mendengar itu hanya tersimpu pura-pura biasa saja. Padahal hatinya meledak seperti bom banci yang di ledakan.

"Yee si taik. Udah jangan ngegoda anak orang.  Kita lagi ngomongin ini dulu.  Abis ini kelar. Lo boleh modusin si Sila." sahut Eman dengan kesal. Disaat seperti ini masih saja ada hal yang di usilin.

"lo jadi gitaris Man. Dan lo jadi yang nyanyi-nya. Tapi biar seru mending kalian berdua nyanyi duet aja.  Itung-itung buat belajar gak cuman bisa adu celoteh aja. Mending adu nyanyi biar dapet nilai plus.  Kan nanti gue sama si Sila kecempretan dahh tuh nilai. Yak, meskipun harus berbagi sih." ujar Parman panjang lebar sambil menjelaskan bagian tugas kelompok nyanyi ini.

"So..  Setuju kan usul gue.  Dan gue GAK ADA PENOLAKAN.  TITIK." sambung Parman final.

"Yee si banci comberan maen ngatur aja lo.  Tapi idenya oke juga sih. Gakpapah dah gue nyumbang buat nilai gue sendiri. Itung-itung memperbaiki diri. Sebelum melangkah kedepan. Dan nanti biar nilainya gede. Terus kuliah. Terus kerja. Nikah. Punya baby kembar lima. Cape dah nanti bini gue." celoteh Eman panjang lebar. 

Dina geram dan memukul kepala Eman menggunakan Nampan kosong yang sebelumnya Dina menyimpan terdahulu minum jus. Eman meringis merasakan pukulan Dina.

"Sakit. Babi kecebong lo udah KDRT sama gue.  Mau gue cerein lo. Baru tahu rasa lo jadi janda di usia belia." sembur Eman..

"Idihh ogah. Punya suami kayak lo. Yang bisanya ngelantur kesana kemeri kalo nhebacot. Cerai aja lo sendiri. jangan ajak-ajak gue dong. " seru Dina tak mau kalah.

"Idihhh.nih ya. Gue doain semoga kita ke pelaminan empat tahun dari sekarang. Nanti lo bakal ngemis-ngemis sama gue biar gak ditingalin. Terua beberapa bulan kemudian lo hamil anak gue lima kecebong. Makin dah lo gak bisa dari gue." kata Eman di ngan pedenya. Hingga membuat Dina pura-pura.

"Si kunyuk kalo ngomong gak bener banget. Udah ngelantur jauh aja lo. Heh bos kalo ngomong di pikir dulu napa. Tapi, gue sebagai sahabat elo. Semoga aja lo jodoh sama si Dina. Dan buat dedek bayi yang gemes. Tapi jangan bege kayak elo Man. Yang kalo ngomong kagak bener asal-usulnya. Suka ceplok telor dimana,." Seru Parman.

"Fix kalian otaknya gak ada yang bener. Cuman gue disini yanh masih waras. Dan kayaknya gue harus lapor ke rumaj sakit jiwa. Biar kalian nyangkut dah disana." ucap Sila polos.  Dan mendapat jitakan malaikat dari Dina. Sila memegang kepala yang di jitak oleh Dina. Jitakannya ituloh. Bisa buat orang langsung amnesia.

"Yaa. Emang benar kan gue emang paling waras diantara mereka. Aku mah apa atuh. Cuman syaiton diantara kalian. Sakit hati dedeq bang!" lanjut Sila pelan.

****

AKU CUMAN MAU BILANG MAKASIH YANG UDAH SEMPET MAMPIR DI CERITA YANG SUPER GILA DAN ABSURD.

MASIH SANGAT BANYAK KEKURANGAN, TYPO DAN TANDA BACA. INI CERITA KEDUA YANG AKU BUAT BERDASARKAN IMAJINASI SENDIRI.

PERCAYALAH JIKA WAKTU MENGETIK BUTUH MOOD YANG BAIK DAN STABIL.

CUKUP SAMPE SITU AJA CURHATNYA.. TUNGGU PART SELANJUTNYA GAES BYE!!

MUAHH BUAT YANG BACA..

SEE YOU ...

CuRut GiLaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang