Aku sadar, Tuhan itu adil. Disaat angin tak mampu lagi menjatuhkan daun kering yang masih tergantung pada batang bunga, gravitas ada untuk membuatnya jatuh agar dapat memudahkan bunga untuk membuat daun yang baru. Tuhan menghadirkan Arfan, disaat aku tak mampu berjalan sendiri. Arfan membantuku dalam segala hal. Dia kujadikan diari berjalanku, tempatku mengadu saat dunia membenciku. Dia tempatku untuk bersandar, dia adalah manusia yang paling suka membuatku tertawa. Dia bisa mencintaiku disaat aku tidak bisa mencintai diriku. Arfan tau tentang kisah keluargaku. Namun, dia tidak merasa risih. Dia semakin mencintaiku dan ingin menjagaku. Dan membuatku ingin membangun kesempatan kedua untuk membuat diriku bahagia. Dia bisa menghapus air mata ku. Lalu membuatku bangkit dan percaya akan rencana yang Tuhan berikan untukku.
Hingga saat aku harus mendaftarkan diri ke perguruan tinggi, Arfan selalu memberiku masukan. Disaat ibuku tidak mengerti mengenai perkuliahan, Arfan ada untukku. Dan disaat aku harus pergi menuju kota Bandung, Arfan selalu ingin mengantarku kemanapun kumau. Dengan motor hitamnya aku diantar Arfan. Semua yang kulakukan untuk mimpiku tidak ada campur tangan ibu dan ayahku. Sempat merasa terpukul disaat ada tes, semua calon mahasiswa terlihat diantar oleh keluarganya. Namun aku, hanya seorang diri. Tiba-tiba Arfan datang membawakanku roti dan susu karena dia tau aku membenci sarapan. Arfan menyemangatiku dengan senyuman indahnya.
Tuhan, harapanku hidup dengan adanya dia didalam kisah yang berbeda. Arfan mampu menjadi seorang pria dewasa yang selalu membuatku ingin berdiri meski sendiri. Tes pun berlangsung selama 5 jam. Hingga ku keluar pintu ruangan terderngar suara seorang bapa bersama ibu yang sedang bertanya mengenai tes nya tadi pada anaknya, sambil mengelus kepalanya dengan suara lembutnya sang anak tersenyum dan berkata bahwa tes nya itu ribet. Aku mengadu pada Arfan dan marah pada keadaan. Aku berjalan dari tempat tes ku sendirian, menuju tempat tinggalku. Arfan tidak membalas karena dia sedang kuliah. Lalu aku memutuskan untuk tidur. Perutku sakit, hidupku serasa hancur lebur. Tidak karuan harus bagaimana. Arfan pun menelfon ku, betanya mengenai hariku. Aku bilang padanya, aku sakit. Tanpa basa basi, Arfan bergegas bersama motor besar berwana hitam miliknya membawakanku obat dan makan. Aku tinggal sendirian di sebuah penginapan. Arfan mengantarkan makanan itu di depan pintu. Jarak arfan menuju tempatku padahal jauh. Namun Arfan tida pernah mempermasalahkannya. Akupun memakan makanan kiriman Arfan, sedangkan Arfan pergi kembali untuk melakukan tugasnya di kampus.
Sempat berfikir, mungkin Tuhan mengirim dia dengan suatu alasan. Mungkin dalah jawaban dari doaku. Dia yang kubutuhkan. Terimakasih Tuhan, aku bahagia kembali. Dia suka mengusap air mataku dan membuat lelucon. Dia suka mendengarkan aku dengan mengesampingkan segaka urusannya. Rasanya aku menjadi wanita yang paling beruntung memiliki Arfan. Aku menyayangimu Arfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Langkah Sunyi
AléatoireSetiap orang pasti menyukai bercerita, dimana perasaan dan pikirannya terluapkan begitu saja. Ada yang mengukir kata, melodikan sebuah nada, atau bahkan menciptakan gerimis kecil dari mata mereka. Aku adalah orang yang serakah, dimana aku melakukan...