Satu

173 13 1
                                    

Pedih,
aku tidak pernah ingin merasakan hal itu,kenapa semua harus terjadi padaku? keluargaku? mengapa harus aku?

@Quinzha Michellin Agatha

"Pokoknya papa mau pisah sama mama. Papa gak mau tau, semua harta harus dibagi dua"

"Gak, mama gak akan biarin perempuan itu merusak keluarga mama. Mama gak akan mau pisah sama papa"

"Ya udah, terserah mama. Kalau mama gak mau, biar papa yang urus semuanya"

Kata-kata itu terus terngiang dipikiran Quin. Apa yang akan terjadi jika papa dan mamanya pisah? Apa yang harus dilakukannya?

Seminggu yang lalu, tanpa sengaja Quin mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.

Keluarga yang dulunya bahagia, kini penuh dengan tangisan. Semua itu karena hadirnya perempuan lain dihati papanya Quin, kantor papanya bangkrut karena perempuan itu. Setiap hari Quin harus mendengar tangisan mamanya dari dalam kamar.

Rasanya Quin ini menghilang dari dunia, semua yang didengarnya terasa perih. Namun, Quin harus tetap kuat dia masih memiliki adik. Dengan kondisi mamanya saat ini mengharuskannya untuk mengurus adik-adiknya.

"Quin" panggil mamanya.

"Iya, ma...."

"Tolong bantu mama siapin makan buat adik-adik kamu, mama pusing mau tidur"

"Iya, ma"

Quin menyiapkan makanan buat adik-adiknya. Tak lupa pula ia membawakan makanan untuk mamanya di kamar.

Di depan pintu kamar, ia mendengar tangisan itu lagi. Seketika sebening air jatuh dari kelopak matanya, rasanya ada yang sesak di sana.

"Kak... sini suapin Meigi" panggil Meili menyuruhnya.

"iya, bentar"

Dengan cepat ia mengusap air matanya. Meili dan Meigi adalah adiknya, Meili berusia sebelas tahun sedangkan Meigi baru dua tahun.

Tok...tok...tok...

"Ma..." panggil Quin.

"Ada apa Quin?" tanya mamanya.

"Ini Quin mau antarin makan buat mama" jawabnya.

"Taruh aja dimeja makan, bentar lagi mama makan kok" balas mamanya. "Oh, iya. Kamu tolong suapin Meigi ya..."

"Iya, ma"

○○○○○○○○

Pagi ini Quin ke sekolah agak kesiangan karena ia harus membantu mamanya. Belum lagi jalanan yang sangat ramai dengan kendaraan, membuatnya semakin telat sampai ke sekolah.

Sesampai di sekolah Quin dengan langkah cepat menuju ke ruang BK untuk melapor kalau iya terlambat lima menit, dan bu Ewi selaku guru BK memaafkan kesalahannya.

"Selamat pagi..."

"Pagi, siapa? Silahkan masuk"

QuinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang