Dua

85 11 0
                                    

Pertahankan apa yang patut dipertahankan, relakan apa yang patut direlakan, karena yang berjuang berhak dipertahankan dan yang tak mau diperjuangkan berhak direlakan.

@Quinzha Michellin Agatha


"Guee..." ucapan cowok itu terputus ia malah menatap Quin lekat "Lo bukannya..." cowok itu menunjuk Quin heran.

"Ya?" ucap Quin mengangkat keningnya.

"Tunggu, tunggu... lo kan murid kesayangannya guru itu?" tanya cowok itu memastikan.

"Ya bisa dikata gitu kalo di sekolah" jawab Quin sekenanya.

"Gila ya... sumpah lo beda banget tau gak, gue aja agak ragu kalo itu lo" ucap cowok itu tak percaya.

"Hahahaaa..." beberapa anak-anak club tertawa melihat respon cowok itu.

"Dia punya kembaran... hahaa..." teriak Landi.

"Gak kok, gue emang gini diluar sekolah" jelas Quin " Tapi lo harus janji gak bakal bilang ke siapa-siapa"

"Bilang apa?" tanya cowok itu tak mengerti.

"Ya tentang gue lah"

"Siip... kalo masalah itu mah urusan gampang" balas cowok itu.

Selama ini belum banyak orang yang mengetahui soal Quin kecuali anak-anak di club motor, mamanya dan Aza.

Quin dikenal dengan gadis yang manis, cantik, yang hanya mementingkan sekolahnya. Bahkan ada yang berpikir ia ranking pertama karena setiap malamnya selalu belajar. Tapi nyatanya tidaklah begitu, Quin hanya belajar ketika ada kemauannya untuk belajar saja.

Ranking yang diraihnya bukan karena ia rajin belajar, tapi semua itu karena daya serapnya yang diatas rata-rata dan ingatan yang bagus juga.

"Oh, iya. Gue Wawan" tambah cowok itu.

"Ok, Wawan. Selamat bergabung" balas Quin singkat, lalu duduk diatas motor Irman.

"Bos beli permen ato apa kek buat ngunyah" ucap Aris menepuk pundak Irwan.

Selain yang punya bengkel motor, Irwan ketua club mereka juga.

"Biar gue aja yang beli" potong Quin.

"Lo yakin? Ini baru jam sembilan, pasti bakalan banyak orang yang ngeliat lo" balas Aris menatap Quin.

"Tapi kan gue belinya di..." belum selesai Quin melanjutkan, Wawan sudah memotong ucapannya.

"Udah gue aja"

"Nah ini nih... yang namanya satu club" balas Landi membangga-banggakan Wawan.

"Iya deh... nih, pake uang gue aja" ucap Quin memberikan uang seratus ke Wawan.

"Apa ada yang lain salain permen sama cemilan?" tanya Wawan memastikan.

"Beli minuman dingin dong" balas Fitra.

"Eh, gue sprite ya... kering nih tenggorokan gue, butuh pelicin" balas Zul.

"Pelicin pantat lo... noh minta ke pacar lo" timpal Aris.

"Hahaaa..." anak-anak yang lain menertawakan Zul karena ucapan Aris.

"Tuh... dengerin, Zul kalo lo mau yang licin coba aja dateng ke rumah Inda palingan kalo bukan diputusin lo diusir doang...hahahaaa..." tambah Bayu.

Zul yang merasa dibully mendekat ke Aris lalu menjitak kepalanya.

"Duhh... sakit tau, goblokk" ucap Aris mengusap kepalanya.

QuinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang