Messy brain-01

243 82 109
                                    

Happy Reading...

...




Udara khas musim gugur sedikit menusuk kulit ku, bagaimanapun aku lebih terbiasa dengan udara hangat musim panas atau musim semi. Udara di London sekarang mencapai suhu tingginya 16° C, tapi demi Tuhan aku masih menggunakan mantel dan sneakers saat melangkah membelah udara dingin sialan ini untuk menuju ke tempat kerja paruh waktu ku.

Sebuah kafe yang cukup nyaman juga hangat tentunya, sebagai pekerja aku cukup senang berada di sana. Selain hangat dalam segi suhu mereka juga hangat dalam segi penerimaan. Aku bekerja mulai siang hingga sore hari jika kuliah ku libur, dan sore hingga malam hari jika aku berkuliah. Mereka benar-benar membuat jam kerja yang dapat kita atur sendiri. Inilah tempat kerja paruh waktu ku, Caffe Caldesi.

"Libur kuliah, Ash?" William, pria yang baru menginjak sekolah menengah atas itu menyapa ku saat aku menggunakan celemek sebagai identitas pegawai di toko kami.

"Seperti yang kau lihat, bagaimana hari mu?" Aku menjawab nya dengan senyuman ramah padanya.

"Cukup baik, pelanggan cukup ramai saat makan siang barusan. Kecuali saat pria mu mulai membuat ulah." ia terkekeh saat menyebutkan pria ku. Yang benar saja, walaupun begitu aku bisa menebak apa yang ia maksud.

Ia pastilah Arsen, ia adalah pria menyebalkan dan selalu seenaknya sendiri. Aku yakin dia yang di maksud Will. Ia memang senang sekali mengganggu ku dengan kelakuannya yang tidak masuk akal, sebenarnya itu berlangsung sudah sejak lama. Tapi ia semakin menyebalkan saat pulang dari LA dan menetap di London, atas permintaan orang tuanya tentu saja.

Masalahnya , ia semakin bertingkah sejak kami resmi di jodoh kan oleh orang tua kami. Menggeli kan sekali bukan?

Bahkan aku tidak bisa berhenti tertawa di malam setelah pertunangan kami 2 minggu lalu. Bagaimana tidak, dia hanyalah teman Sekolah menengah atas ku yang terkenal dengan statusnya sebagai pria mata keranjang yang selalu aku sumpah serapahi setiap ia mencoba menggoda ku, dan sekarang ia resmi menjadi tunangan ku. Kami menggunakan cincin yang serasi, itu sangat menggelitik.

"Ashley, 2 cappuchino dengan tambahan krimer." aku berhenti merutuki nasib ku yang malang ini dan bergegas membuatkan pesanan , dan tunggu dulu.

Cappuchino dengan ekstra krimer?

Sialan, dia di sini.

"Hi darling..."

"Totalnya 9 pounds, tuan " aku malas meladeni nya, dan menyibukkan pandangan ku ke mesin kasir saat pria di hadapan ku bertingkah.

"Hari ini kita makan malam bersama"

"Ini kembalian dan pesananmu tuan, terimakasih." aku hendak pergi tapi ia menahan tangan ku dan terpaksa aku memandang wajah sialan nya yang memang tampan.

"Ini permintaan Papa, aku menunggu di sana sampai kau selesai bekerja." final nya, dan aku hanya mendesah kesal.

"Terserah kau, hanya saja jangan ganggu aku sampai 5 jam ke depan."

"Siap!  tunangan ku." ujar nya keras sampai para pengunjung juga karyawan lain menoleh ke arah ku dan Arsen. Aku menatap nya sebal dan buru-buru mengalihkan pandangan dan berharap mereka tidak mencap kami--terutana aku-- aneh.

Ia kembali ke sofa yang ada di sudut ruangan dan menghadap langsung ke tempat di mana aku bekerja, yaitu mesin pembuat kopi. Awalnya Arsen hanya menikmati pesanannya dan sesekali menatap ku dengan jenis pandangan yang menggangu, mungkin ia bosan dan dia keluar dari kafe dan duduk di teras yang kami sediakan juga dengan set kursi dan meja yang nyaman. Tak ada pergerakan yang mencurigakan sejauh ini, tapi ia kembali ke dalam dan dengan sengaja menjatuhkan cup kopi nya saat aku melayani transaksi di kasir.

"Pelayan..." teriak nya pelan dan sial karena Will sedang membuatkan banyak pesanan di mesin kopi aku harus memberikan kekacauan yang ia perbuat.

"Aku tau kau bodoh, tapi aku baru tau kau pendengar yang buruk." gerutu ku pada nya sambil mengepel lantai, Arsen hanya memandang ku dengan senyum manis atau--sok manis--nya.

"Aku hanya membuat pekerjaan mu lebih produktif." kilah nya ringan.

"Dengan menjatuhkan cup kopi mu ke lantai, huh? Itu konyol karena kau melakukan nya dengan sengaja," sembur ku pada nya, tapi dengan volume bicara yang lebih pelan agar bos ku tak mendengar kata-kata ku yang tak pantas.

"Kau manis saat bekerja, sayang." lagi, ia membesarkan volume nya lagi dan membuat ku ingin mencakar wajah nya sekarang juga.

Beberapa pengunjung menatap ku dengan senyum miris ataupun panganan merendahkan, ah mungkin mereka menganggap ku pelayan si  penggoda. Aku tidak peduli.

Aku kembali dan tugas ku sekarang mencuci piring kotor di belakang, kali ini aku bisa tenang dan lebih menikmati pekerjaan di belakang di banding mesin kopi yang biasanya jadi tempat favorit ku.

.
.

Aku selesai bekerja dan saat aku hendak pulang ternyata Arsen sudah tidak ada di kafe. Ini menenangkan.
Yang harus aku lakukan sekarang adalah pulang ke rumah, mandi, makan dan bersiap untuk makan malam dengan di jemput oleh Arsen.

Mengapa aku makan terlebih dahulu?

Karena aku tak akan benar-benar makan saat bertemu dengan calon mertua ku.

Sebenarnya aku hanyalah anak dari pegawai keluarga Mitchell--keluarga Arsen Mitchell--, namun mereka memberikan kepercayaan lebih pada Ayah yang hanya keluarga biasa yang sederhana.

Aku Ashley Snow Conan, yang bernasib seperti anak yang di jual demi harta oleh keluarganya. Dan itu memang benar adanya, ini sangat menyebalkan.

Dobel menyebalkan karena calon suami ku adalah Arsen Drew Mitchell, anak orang kaya super menyebalkan dan satu angkatan dengan ku di sekolah menengah atas.

Aku menendang dedaunan yang gugur saat berjalan, membayakan jika itu adalah nasib sial ku sejak 2 minggu lalu. Aku sebenarnya tidak bisa seperti itu, daun-daun gugur di musim yang tak aku sukai ini pun sama seperti itu. Mereka jatuh saat waktu nya telah tiba.

Ini menyedihkan.

"Pulang bersama ku, kita terlambat makan malam." aku hampir meloncat kaget saat suara seseorang di sebelah ku dengan suara bariton, dengan tidak sopan nya mengejutkan ku.

"Kau ini hantu atau apa, huh!" kesal ku pada yang tentu saja dia Arsen.

"Masuk lah, jangan banyak bicara. Ini permintaan Papa," aku menggeram kesal "Jadi ayo naik."

"Aku tak pernah minta untuk masuk dalam kehidupan mu" aku benar-banar sebal dengan hari ku. Tapi dia hanya membentuk garis lurus di bibir.

"Jangan terlalu percaya diri, aku pun ada kencan dengan seseorang malam ini sebenarnya." sekarang nadanya begitu dingin.

Aku ingin sekali menjambak rambut ku sendiri dan menyumpah serapahi diriku sendiri.

Otak ku sangat penuh dengan bola-bola kusut sekarang, semuanya berantakan.
Aku yang di berikan begitu saja oleh orang tua ku pada lelaki yang aku benci, masuk ke keluarga yang tak pernah aku ingin kan, hari-hari ku sudah cukup buruk dengan Arsen, sekarang aku membuat seseorang patah hati karena pertunangan palsu ini.

.
.
.
.




















Hope you enjoy it ;")


18 Mar 2019.

Because Of You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang