Mohon maaf lahir batin ya, My lovely reader.
Happy reading....
I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?Aku tidak bisa berhenti menyanyikan lagu itu di manapun aku berada, ditambah tv, radio, dan beberapa toko besar sedang gencar memutar lagu legendaris itu . Tapi ada ketakutan yang luar biasa di hatiku saat bersenandung dan melafalkan lirik lagu berjudul A whole new world itu.
Bukan dunia baru yang sangat indah yang kini kurasakan , ini memang dunia baru ku tapi lebih seperti perangkap yang ku buat sendiri.Perangkap yang ku buat pertama adalah 2hari lalu ketika aku menitip pesan absen dengan alasan sakit pada teman dan dosenku, tapi dengan bodohnya aku pergi menonton bioskop dengan Adlan. Tentu saja itu ada di halaman majalah online, itu sudah di pastikan menjadi perhatian utama kampusku. Seharusnya aku menghapus make up sialan yang melekat di wajahku, mereka semakin tidak percaya jika aku sedang sakit. Ingin menangis saja rasanya saat pihak kampus meminta penjelasan tentang alasan yang ku buat, beruntung karena itu absen pertamaku di musim ini aku masih bisa aman. Tetap memegang teguh beasiswaku.
Yang kedua adalah Adlan, dia dan aku sudah melampaui batasan sebagai calon kakak dan adik ipar. Adlan menyatakan perasaannya saat kami pulang menonton Aladdin, dan apa jawaban yang aku berikan? Tidak ada. Ini gila, dan aku merasa akal sehat ku tidak bekerja. Aku menginginkan Adlan, ia membawa dunia yang baru juga segar tanpa beban tapi di lain sisi aku resmi memiliki, tepatnya di miliki oleh Arsen. Aku tidak bilang Arsen bukan dunia baru untukku, dia begitu menguasai dan penuh tanggung jawab yang menular. Aku tidak menjawab apapun pada Adlan selain memandangnya sejenak sebelum turun dari mobil dan berlari ke kamar sambil menangis. Ya itu terdengar bodoh.
Tapi hari ini adalah hari pemilihan gaun pengantin bersama calon Ibu mertuaku dan juga Ibuku, tidak lupa Arsen yang memiliki jatah 1 gaun untuk ia pilih dan akan aku kenakan di acara resepsi. Sejujurnya aku tidak begitu menginginkan gaun-gaun itu, anggap saja aku ini patung manekin.
"Aku pilih gaun berwarna merah muda itu," pilihan Arsen jatuh pada gaun berwarna merah muda yang lembut dengan bagian bawah yang merekah bak bunga mawar, itu cantik aku tidak keberatan. "Dan tolong, aku tak ingin banyak bagian transparan."
Pelayan mengerti dan segera mencatat perubahan yang Arsen inginkan, aku hanya melihat-lihat di ikuti Arsen yang setia berada di sampingku sejak 1jam lalu. Aku belum tau gaun utama yang di inginkan Ibu dan calon Ibu mertuaku, aku hanya menunggu. Lagi pula aku juga memilki jatah 1 gaun yang bebas aku pilih.
"Snowy, kemari lah sayang."
"Akhirnya mereka menemukan apa yang mereka cari." Arsen mengeluh dan bergumam, aku hanya tertawa pelan menanggapinya.
"Aku masih punya 1 gaun untuk di cari jika kau lupa."
"Oh Tuhan kuatkan aku." Ujar Arsen dramatis membuatku tertawa, dan dia hanya mengikutiku.
"Kami harap kamu suka pilihan kami, ini untuk pemberkatan di altar." tersenyum pada Calon Ibu mertuaku dan mengangguk setuju, begitu juga Arsen ia tampak setuju dan berbinar.
"Aku suka, ini sangat cantik." Komentar Arsen berhasil membuat orang tua kami tersenyum bangga atas pilihannya.
"Oke kita ambil yang ini, apa kau sudah menemukan gaun yang cocok sayang?" aku menggeleng pada mereka.
"Pilihlah, kami akan senang jika itu keinginanmu."
"Terimaksih, aku akan mencarinya." aku mengangguk pada mereka, dan aku tidak percaya akan sesenang ini ketika di beri kepercayaan untuk memilih gaun pernikahanku sendiri.
"Aku ingin gaun ini," Aku menjatuhkan pilihan pada gaun berwarna perak beraksen berlian, denga punggung yang terbuka dan belahan paha yang begitu tinggi. "Ini sangat menawan."
"Tidak, Snow." suara Arsen yang dalam dan gelap terdengar lagi setelah sekian lama.
"Mengapa tidak? Ini pilihanku, kau sudah memilih bagian mu. Sekarang giliranku." protesku, karena gaun ini sangat elegan dan manis. Aku suka ini.
"Aku tidak suka ini, kau bisa memilih yang lain."
"Aku ingin yang ini."
"Untuk kali ini aku tidak ingin mendengar bantahan darimu." tukas nya, aku jelas terperangah. Ini pernikahan kami, setidaknya beri aku sedikit kebahagiaan dengan mengizinkanku memakai pakaian yang aku inginkan.
"Apa ini terlalu berlebihan? Terlalu mahal?" Oh aku tidak percaya bisa mengatakan hal ini, lancangnya aku.
Arsen memejamkan matanya dan menghembuskan nafas beratnya, ia melihatku yang bisa di bilang dalam mode matre dan keras kepala.
"Atau tidak pantas?" lanjutku, kali ini tatapan tajam Arsen menusuk hatiku. Aku tidak tau jenis tatapan apa itu.
"Snow dengar, kau pantas memakai apapun yang ada di butik ini bahkan jubah satin sekalipun. Dan tentang harga, aku bisa membelikan seluruh isi butik ini untukmu," ia menampar ku dengan kata-katanya yang cukup tajam "tapi bukan itu masalahnya, aku ingin kau nyaman. Dan aku tidak ingin terlalu banyak bagian tubuhmu yang terlihat. Apa kau mengerti?"
Aku tertegun, memikirkan kalimat terakhir Arsen. Gadis batin ku kejang-kejang karenanya, walaupun aku masih belum terima dengan alasan itu. Aku cemberut pada Arsen tanpa aku sadari.
"Jika kau bersikeras ingin memakainya, kau bisa memakai itu nanti saat di kamar kita." Arsen beralih meninggalkan ku mematung dengan pipi merah juga rasa takut dan malu di saat yang bersamaan. Yang benar saja, aku akan memakai gaun ini di kamar pengantin, yang artinya hanya Arsen yang bisa melihat keindahan gaun ini dan diriku?
Oh astaga aku tak membayangkan jika nanti akan satu kamar dengan Arsen. Ya Tuhan tolong aku.
.
."Pilihan yang bagus." Arsen berkomentar saat aku mencoba gaun-gaun itu secara bergantian.
"Aku tau itu."Aku sudah bosan dengan ini dan ingin cepat-cepat pulang saja.
"Mau makan siang? Aku rasa aku mulai bosan." Bingo! Tepat seperti yang aku rasakan.
"Kedengarannya bagus, aku lapar." aku tanpa malu-malu mengatakan hal itu karena aku kira Arsen sedang dalam mode yang bersahabat.
"Ayo jika begitu, sebelum mereka protes." Arsen menunjuk ke arah Ibu dan calon mertuaku.
"Oke." aku tertawa pelan, dan dengan cepat berganti pakaian milikku.
Arsen sepertinya sedang melakukan negosiasi dengan para ibu dengan sangat alot, karena keinginan ibunya setelah ini kami akan melakukan poto pra nikah. Yang benar saja, aku sudah tidak sanggup tersenyum.
"Ayolah, aku dan Ashley sudah lelah sekali. Apa kalian tega melihat kami kelaparan?" astaga, aku baru pertama kali mendengar suara rengekan dari Arsen, dan aku menahan tawa.
"Baiklah-baiklah, tapi besok kalian ada pemotretan. Oke?"
"Sepakat!"
"Bersenang-senanglah, bye sayang." Mereka mau tidak mau melepas kami, dan aku berniat untuk memberitahu Arsen soal Adlan yang menyatakan cintanya padaku. Semoga tuhan melindungi ku.
21 januari 2020