Happy reading.....
................
Aku mandi air hangat sesampai nya di rumah, berharap ini bisa membuat segalanya lebih baik. Setidak nya bisa melupakan hal-hal menyebalkan yang terjadi hari ini.
Keberuntungan ku hanya saat pulang dari apartemen terkutuk itu, taxi kosong yang mungkin merasa iba pada ku dan dengan senang hati mengantarkan ku sampai rumah. Itu pun secara gratis karena ia kita aku sedang patah hati, namun sebenarnya aku sedang patah semangat.
"Snowy, turun lah. Makan malam sudah siap!" aku mendengar suara ibu dari luar kamar, aku hanya tinggal memakai piyama ku dan keluar kamar.
"Iya bu." aku hanya menyahut seadanya, mungkin ia tak akan mendengar ku.
Aku keluar dari kamar, dan berjalan gontai menuju ruang makan.
"Snowy, makan malam sudah siap" adik ku mengejek dengan cibiran nya yang meniru suara ibu. Aku ingin sekali menghardik nya, tapi aku terlalu lelah untuk itu.
Snowy, adalah panggilan ku di rumah. Sebenarnya hanya ibu yang memanggil ku begitu.
Adik perempuan ku bernama Alexa, ia baru menginjak sekolah menengah pertama. Tapi lihat tingkah nya, sudah seperti gadis berumur 19 tahun. Untung aku menyayangi nya.
"Bagaimana hari mu, nak." ibu bertanya pada ku saat aku mendaratkan bokong ku di kursi.
"Tidak buru--"
"Kakak menjadi berita utama di majalah online bu, dan itu bukan bersama kak Arsen." Aku melotot pada adik ku, aku tak mau membuat pikiran ibu penuh hanya gara-gara masalah ku ini.
"Mengapa kau lakukan itu?" tanya ibu yang terlihat bingung.
"Ibu, aku tidak melakukan kesalahan apapun. Tadi pagi Adlan ke kafe tempat ku bekerja dan ia minta bantuan ku, untuk menjadi uhm... model pemotretan untuk kebutuhan promosi kafe,
Aku membantunya, dan aku rasa berita itu berlebihan jika mengatakan aku bermesraan dengan Adlan. Aku tau batasannya bu, dia adik dari Arsen."
Aku menjelaskan panjang lebar pada ibu, berharap ia akan mengerti dan tidak memasukan masalah ini ke pikiran nya.
"Ibu mengerti, mulai sekarang berhati-hati lah. Ayo makan ibu sudah memasak banyak hari ini. Arsen menelpon jika ia akan berkunjung."
Kuping ku berdenging saat ibu mengatakan itu, Arsen? Akan ke sini? Aku otomatis menghentikan makan ku, selera ku yang memang sudah tidak ada jadi semakin menghilang.
"Aku selesai, selamat malah bu, selamat malam Lexa. Sampaikan salam ku pada ayah jika dia sudah pulang"
"Selamat malam, tapi bagaimana dengan Arsen? Dia sudah di jalan."
"Bilang saja aku sudah tidur."
Ibu hanya menghembuskan napas nya, bukannya aku ingin membuat ibu sulit. Tapi aku tak ingin melihat wajah lelaki sialan itu, cukup sudah ia mempermainkan perasaan ku. Aku tak ingin tenggelam dalam pusara yang anak menyulitkan ku nantinya.
"Dia di sini." ujar Alexa yang mengintip dari jendela.
Entah mengapa aku buru-buru masuk ke kamar ku dan menaiki kasur empuk sederhana ku.
Pergilah, dasar lelaki sinting!
Aku terus berdoa dalam hati supaya ia lekas pergi begitu mendengar jika aku sudah tidur.
Aku mendengar suara dari luar kamar, tapi aku tidak peduli. Aku melihat ke luar jendela, malah pekat yang pasti nya dingin sekali.
Sudah beberapa menit berlalu, seperti nya ia pulang. Ah, akhir nya. Aku bisa tidur dengan tenang dan mengistirahatkan pikiran juga tubuh ku yang lelah ini, terutama hati ku yang serasa di cabik-cabik.