“bahkan jika terpaan angin siap menghantam di tengah lautan, aku akan tetap bertahan dan menyelamatkanmu sebelum kamu jatuh ke dasar lautan.” —Surat Terakhir Untuk Misha.
---
Tahun ini, akan menjadi tahun terakhir Misha di Golden High School. Semua orang bersiap untuk menyambut ujian nasional yang akan dilaksanakan beberapa bulan ke depan. Termasuk Misha juga.
Pagi ini, Misha dan Renata harus menjalani kebiasaan pagi mereka sebagai osis. Yaitu menghukum murid yang datang terlambat. Bisa dibilang kalau hal ini benar-benar membosankan. Apalagi jika matahari sedang tidak bersahabat.
"butuh air kak?" tanya Dela—Bendahara osis—sambil menawarkan sebotol air minum yang dibelinya di kantin tadi.
Misha mengambil botol air minum itu dengan cepat, merasa beruntung karena Dela membawakannya air minum. Karena kalau terlalu lama berdiri di bawah matahari, Misha selalu saja pingsan. Setidaknya sebotol air minum itu bisa menenangkannya. "thanks Del."
Saat Misha meneguk air minum itu pelan-pelan, saat itu juga ekor matanya menatap seorang lelaki yang lompat di tembok parkiran sekolah. Mau tak mau Misha berlari dan menemui lelaki itu.
Tampaknya lelaki itu tak sadar dengan kehadiran Misha yang menunggunya di bawah tembok. Dirinya sibuk membetulkan posisi untuk turun dari tembok itu. Sebenarnya Misha ingin tertawa saat melihat tingkah lelaki itu, tapi setelah dipikir baik-baik, Misha merasa hal itu tak ada gunanya.
"butuh bantuan?" Misha tak sabar melihat ekspresi lelaki itu. Dan sesuai dugaan, lelaki itu terjatuh ke bawah saking kagetnya kepergok manjat tembok.
Lelaki itu mencoba membetulkan seragamnya yang kusut karena terjatuh dari atas tembok. Tapi dia masih tak sadar siapa pemilik suara yang membuat dirinya terjatuh sampai kakinya terasa sakit.
Misha membungkuk, mencoba melihat kalau ada luka di tubuh lelaki itu atau tidak. Dan ternyata tak ada luka sama sekali, syukurlah.
"kamu gak papa?" tanya Misha tiba-tiba. Sebenarnya Misha kesal karena menunggu lelaki itu membetulkan seragamnya begitu lama, tapi dia mencoba menetralkan pikirannya.
Lelaki itu mendongak. Menatap Misha dengan tatapan terkejut. "g-gak p-papa kok kak." jawab lelaki itu terbata-bata. Gugup juga rasanya bila ditatap sedekat itu oleh ketua osis yang cantik itu.
Misha dan lelaki itu berdiri bersamaan. Walaupun Misha membantunya berdiri sedikit, tapi akhirnya lelaki itu sudah bisa berdiri tanpa bantuan Misha.
"nama kamu siapa? Dari kelas mana? Apa alasan kamu terlambat? Kenapa harus manjat tembok sekolah?" Misha menatap lelaki itu dengan tajam. Berharap agar lelaki itu bisa merasa takut jika di tatap sedingin itu, sampai akhirnya dia mengatakan alasannya.
"s-saya Gayozra Dione Rezahman. Jika ditanya kelas, saya gak tau kak. Saya murid pindahan. Hehe..." ucap Yozra sambil tersenyum kaku. Membuat Misha merasa ingin tertawa saking lucunya.
"kalau gitu kenapa manjat tembok? Bukannya udah tau peraturan sekolah saat kamu pindah kesini?" Misha masih mencoba berbicara sekalem mungkin, agar lelaki didepannya ini tak menganggap enteng dirinya.
"i-itu..." Yozra tampak ragu-ragu untuk berbicara. Dia tak takut untuk dihukum, hanya saja dia tak suka jika diberi ceramah panjang lebar bila dia mengatakan alasannya karena terlambat bangun. Aneh bukan?
"kak Ica!" Dela berlari. Mengejar Misha yang sudah berjalan jauh ke tembok dekat parkiran. Awalnya Dela bingung mencari keberadaan Misha karena deratan motor yang diparkir secara tak beraturan, tapi dengan menggunakan kekuatan mata empatnya, dia berhasil menemukan Misha yang bertubuh mungil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terakhir Untuk Misha
Teen FictionMisha Gisella Tyanala Deranata, sang ketua osis di Golden High School yang di kagumi banyak orang. Kecantikannya selalu meluluhkan hati kaum adam, sampai-sampai sudah tak terhitung berapa banyak kaum hawa yang merasa iri dengan apa yang dimiliki Mis...