STUM #4 : Penjaga Langit

40 10 4
                                    

“terkadang merelakan adalah jalan untuk menuju kebahagiaan. Meskipun harus dengan melepas egois yang sama-sama kita pertahankan.”
—Surat Terakhir Untuk Misha.

---

Drrt! Drrt!

"halo?" sapa Misha sesaat setelah melihat nama penelfon yang tertera di layar ponselnya.

"Ca! Lo udah liat berita terheboh malam ini?"

Misha mengernyit bingung. Bagaimana dia bisa tahu kalau dirinya sibuk menyelesaikan tugas dadakan dari pak Bagas sejak tadi. Jadi yah, sejak tadi Misha tidak memegang ponselnya sama sekali. "belum, emang kenapa?"

"coba buka Instagram Akbar. Adeknya si Elang itu. Lo masih inget kan?"

"iya, iya bentar."

Tanpa memutuskan sambungan telfon, Misha membuka Instagramnya dan mencari id Instagram Akbar. Walaupun Misha tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia hanya mengikuti saja kemauan sahabatnya satu ini.

"udah aku buka, terus?"

"ya ampun Ica, coba liat postingan terakhirnya. Lo pasti bakalan kaget."

Misha merasa ada hal yang tidak beres dari perkataan Renata. Mau tak mau Misha membuka postingan terakhir Akbar. Dan benar saja, foto Akbar terpampang jelas ketika dirinya sedang berada di bandara. Tapi yang buat Misha kaget bukanlah fotonya, tapi caption yang di tulisnya di postingannya kali ini.

Bertemu Penjaga Langit.

Sudah bukan hal yang rahasia jika menyebut kata 'Penjaga Langit'. Bukan hanya Misha saja, tapi seantero sekolah sudah tahu maksud dari 'Penjaga Langit' yang dimaksud. Tapi, Misha sudah tak peduli lagi. Lagipula semuanya sudah usai bukan? Elang sendiri yang memutuskan untuk pergi meninggalkan Misha. Lalu untuk apa Misha memikirkannya terus menerus?

"sudahlah, Ren. Aku udah gak mau bahas ini lagi. Aku sama dia udah usai."

"semua emang udah selesai, tapi belum benar-benar usai kan? Masih ada satu atau dua hal yang tersisa, yang bahkan kalian biarkan gitu aja. Bener kan?"

Misha memilih diam. Dia tahu bahwa dia tak perlu membohongi perasaannya sendiri saat dengan Renata. Karena sekuat apapun Misha menutup relung hatinya, Renata dapat mengetahui hal itu.

"Ca, apa yang sebenarnya lo rasain sekarang ini? Please, jujur ke hati lo sendiri."

"Aku juga gak tahu, Ren. Ini benar-benar membingungkan."

"kenapa lo gak tanya ke Akbar aja soal kabar Elang sekarang ini? Mungkin aja dia tahu satu atau dua hal kan?"

"gak deh, Ren. Aku gak mau ngomong soal dia."

"kenapa?"

"dia masih berpikir kalau orang yang ngebuat Elang pergi tanpa sebab, itu karena salah aku. Dia masih belum berhenti nyalahin aku, Ren. Tapi yah...ucapannya gak ada yang salah kan? Bukannya Elang juga pergi gara-gara aku?"

"bukan gitu, Ca. Sebenarnya tadi gue udah tanya sama Akbar, kenapa Elang pergi gitu aja tanpa alasan dan kabar sama sekali? Ternyata karena sesuatu."

"sesuatu? Apa itu, Ren?"

"Elang mengidap Leukemia."

---

Surat Terakhir Untuk MishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang