19 6 3
                                    

Malam yang sangat sepi membuat jalanan hening.

Malam ini adalah seorang pria yang bertubuh jangkung sedang melintasi jalan. Tubuhnya seperti atletis tetapi dia juga adalah sosok pria yang imut.

Rasanya sepi sekali jalanan ini.

Hanya dia yang berjalan seorang diri.

Tetapi dia hanya menunduk kebawah sambil menatap aspal hitam. Setelah itu telinganya tidak sengaja mendengar suara wanita yang sedang menangis. Awalnya dia biasa saja, dan dia pikir itu hanya urusannya saja toh. Lama kelamaan pria itu merasa iba karena tangisan yang di dengarnya seperti orang yang sangat jatuh dan rapuh. Dan ia segera mencari asal suara tersebut.

Setelah mondar-mandir mencari asal suara, kini ia berhasil menemukan nya dan menghampirinya dengan hati-hati dan pelan.

"N-noona, anda tidak apa-apa?" tanya nya.

"Hiks, hiks jangan mendekat!" amuk gadis itu.

Pria itu hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ia merasa menyesal sudah 2 menit ia hanya mencari suara tersebut. Setelah menemukan akhirnya ia bertanya, malah di jawab kasar. Huh, dia pikir buat apa peduli dengan orang lain, sedangkan kita sendiri tidak dipedulikan oleh orang lain. Membuang-buang waktu saja.

Saat pria itu hendak ingin pergi, tiba-tiba wanita itu berteriak.

"Hey! Jangan tinggalkan aku disini. Tolong!" teriak gadis itu.

Dia berbicara kepadaku atau kepada orang lain?

Dan pria itu berbalik ternyata yang ia lihat seorang gadis cantik yang berpenampilan bagus, menangis malam-malam begini? Dan memanggilnya untuk tidak meninggalkan nya. Dan pria itu hanya menyipitkan matanya dan diam ditempat.

"Kau berbicara padaku?" tanya balik pria itu.

Dan gadis itu hanya mengangguk dan menunduk malu. Karena penampilan nya kini seperti seorang gembel, pikirnya.

Lalu pria tersebut menghampiri gadis itu dan menatapnya lekat. Ia berpikir keras mengapa gadis secantik ini di biarkan menangis di tengah malam begini apalagi sekarang cuacanya sedang dingin.

Setelah dilihat-lihat gadis itu hanya menggunakan pakaian tipis dan celana jeans saja. Ia merasa kasihan dengan gadis itu, dan dengan niat yang baik, ia melepaskan jaketnya dan memakaikan jaket tersebut ke gadis itu. Gadis itu kaget dan melirik ke arah pria tersebut dan tersenyum tipis.

"Ah- gomawo." ucapnya terbata-bata

Pria itu hanya membalasnya dengan tersenyum kikuk.

Suasana menjadi canggung, di tambah cuaca semakin larut malam semakin dingin.

"Kau tak apa, memberikan jaket mu kepada ku, kau sendiri kedinginan?" kata gadis itu memecah keheningan.

"Tidak, cukup hangat kok." jawabnya dingin.

"Ah- kalau begitu lebih baik begini." ucap gadis itu sambil menghampirinya dan menutupi tubuh pria tersebut dengan jaketnya tadi.

"Kau kelihatan menggigil, terlihat tau. Tidak perlu berbohong." ucap gadis itu sambil membagi kehangatan kepada pria tersebut.

Gadis itu membagi jaket agar keduanya tidak kedinginan.

Tubuh mereka kini sangat dekat, jangan di bilang dekat kini tubuhnya menempel satu sama lain. Membuat gadis dan pria itu saling membisu.

"Kau kenapa mau menemani gadis seperti ku, jelas-jelas aku hanya orang asing yang menangis di tengah malam begini, dan membuat kau repot."

"Karena kau telalu menghayati tangisan mu itu. Membuat orang iba mendengar nya, aku hanya menolongmu bisa di bilang sukarelawan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang