♀ Athena Branawidjaya
Masih pagi, tapi Athena sudah duduk di kursi yang ia pilih sedari tadi. Semester baru ini ia tak ingin kehilangan kesempatan untuk duduk di pinggiran kelas tepat samping jendela, tempat favorit baginya. Maka itu ia datang pagi-pagi sekali. Dari sini ia bisa melihat siswa-siswa berseragam putih abu-abu mulai ramai memasuki gerbang, mereka terlihat lebih kecil di pandangan gadis berkacamata itu. Terlebih Athena menatap mereka dari lantai dua gedung kelasnya, kelas 2-D SMA ALVESTA.
Matahari tak terlalu terik pagi ini, sehingga tak terlalu menyilaukan. Ditambah desau angin sepoi cukup menghibur Athena yang masih sendiri di dalam kelasnya. Jendela memang sengaja ia buka, karena selain menyukai menatap alam sekitar, gadis yang memiliki bibir tipis kemerahan itu juga menyukai hembusan angin lembut yang kerap menerbangkan rambut berombaknya. Rambutnya tidak hitam, namun sedikit pirang karena sering terpanggang matahari. Tapi justru itu yang ia sukai, bau hangat matahari yang tertinggal di rambutnya itu menenangkan.
Kicau burung jarang ia dengar dewasa ini, sudah berganti menjadi bunyi kendaraan bermotor yang bising dan cukup mengusik. Seperti pagi ini, motor-motor siswa yang memasuki parkiran dengan nada sama, berisik. Tapi, ia tak terganggu. Athena sedang asik melihat Bu Jum, cleaning service sekolah yang sedang menyapu dedaunan yang berguguran. Daun itu berasal dari pohon mangga yang buahnya hampir ranum. Jika kepsek mengizinkan tentu dari kemarin buah itu sudah habis di tangannya.
"Athenaaaa!" Tiba-tiba seorang gadis memeluknya dari samping. Athena yang masih fokus melihat Bu Jum kontan tersentak, "Yuan!" Tegurnya setengah kesal.
Mata Almondnya menatap Yuan dari balik kacamata tebal minus tiga. Gadis itu temannya, dengan perawakan mungil –Tinggi tubuh tidak lebih dari 150 cm— dan lingkar perut mencapai 4 jengkal milik Athena tidak menghambat gadis itu untuk enerjik. Yuan cukup manis sebenarnya, ia memiliki mata sayu membuat siapapun meleleh ketika ditatap, ditambah dengan senyum sehangat mentari dan belahan dagu yang ehm.. sexy. Lalu, juga fakta yang membuat Athena cukup iri ialah wajah bulat chubby temannya itu bersih tanpa jerawat. Tidak seperti wajahnya yang penuh dengan bintik-bintik jerawat merah di pipi kanan dan kiri.
Yuan, gadis itu sedang melempar cengiran bersalah padanya. Athena mendengus, "Ada apa?". Mendengar pertanyaan apatis dari Athena membuat Yuan menekuk bibir, "Apa aku harus punya alasan untuk menyapamu, Nona Branawidjaya?"
Athena mendelihkan mata, namun akhirnya ia menghela nafas, mengalah. "Ya, ya. Terserah. Aku hanya heran, kenapa kau sepagi ini di kelasku."
"Kau tidak tahu, kita sekelas lagi 'loh." Pernyataan yang langsung membuat Athena menenggelamkan wajahnya ke meja. "Ya tuhan, dosa apa diriku sampai harus sekelas lagi denganmu."
Yuan langsung mencubit pipi Athena dan menariknya sekeras-kerasnya. "Kau menganggapku musibah, heh?!" Athena nyengir, ia hanya bercanda. Sedang Yuan menggembung pipinya, kesal.
"Hei, Athena." Yuan menarik kursi di depan meja Athena dan duduk menghadap gadis itu. "Kau udah mandi pagi ini? Terus kapan terakhir kau keramas?" Tanya Yuan berbisik.
Alis Athena terkernyit, "Cuma pakai parfum, 'sih. Keramasnya bulan lalu. Kenapa?". Seharusnya Yuan tak bertanya, gadis itu sudah tahu bagaimana bencinya ia dengan mandi. Lagian ia berperinsip sedari kecil, 'Masak Athena dulu yang nyamperin aer. Kan gengsi.' Makanya, kalau tak dimandikan ibunya, Athena tidak akan mandi.
Yuan melirik kanan kiri sebelum akhirnya ia kembali berbisik, "Kita bakal sekelas sama Roma." Ada cukup banyak orang di kelasnya. Bahkan gadis-gadis dari kelas sebelah datang merumpi di sudut kelas dan beberapa yang lain sudah menduduki kursi masing-masing. Sisanya masih berdatangan satu persatu. Yuan hanya memastikan yang lain tidak mengetahui percakapan mereka. Akan jadi masalah jika orang lain tahu kalau Athena malas mandi.
Mendengar nama asing di telinganya, alis Athena bertautan semakin dekat. "Siapa tuh?"
"Maniak kebersihan. Kau ga tau rumornya, ya? Roma ini kabarnya bisa mencium bau sekecil apapun."
"Ah, ga mungkin ada orang kayak gitu. Lagian aku 'kan udah pake parfum." Ujar Athena sambil terkekeh.
Seseorang tiba-tiba berhenti diantara meja Athena dan Yuan. Mata Athena melirik, cowok berambut ala oppa korea dengan tatapan tajam sedang menatapnya. Sosok asing yang gadis berjerawat itu tidak kenal.
Seluruh kelas menatap Athena akibat teriakan kencang cowok itu. Yuan menarik ujung kemeja Athena dan berbisik. "Dia Roma."
Wajah oval Athena kontan pucat. Ia salah menduga.
♂ Romario Nesta Senadika
"Roma~"
Roma menoleh, ia sedang dalam perjalanan menuju kelasnya. Namun langkahnya terhenti di depan pintu karena seseorang memanggil. Ternyata Eras, cowok yang sedikit melambai, teman sekelasnya dulu. Cowok itu suka bergosip makanya Roma tidak menyukainya. Terlebih Eras suka menyentuh-nyentuh lengannya, Ia risih.
Baru saja Roma berpikir tentang Eras yang suka menyentuh, sekarang cowok itu malah memeluk lengannya dengan manja. Cowok yang memiliki hidung mancung itu bergidik, mata sipitnya menatap Eras tajam. "Kau ngapain?"
"Bareng yuks!" Mata Eras berkedip pada Roma, menggoda. Hal ini justru membuat Roma semakin merinding. Tangannya langsung memaksa Eras melepas pelukannya. "Ga mau. Pergi sana!"
Roma bersungut-sungut, pagi indahnya malah terganggu oleh banci kaleng kelas ikan asin. Roma langsung berjalan menuju mejanya yang terletak di deretan pertama samping jendela. Tepat di depan dua gadis yang tampak sedang merumpi. Karena ia lewat pintu kelas bagian belakang maka Roma harus melewati keduanya terlebih dahulu meski tidak suka. Ia tidak suka dekat-dekat orang lain. Bau badan mereka mengganggu indra penciumannya.
Ada 6 baris kursi setiap deretnya. Tapi, baru di dua baris dari belakang, Roma sudah mencium aroma lain. Bau yang sangat busuk. Seperti campuran bau gosong dengan sengatan matahari di pantai, bau menyengat parfum dari loundry langganannya, keringat, dan bau apek kain berbulan-bulan direndam, semua bercampur jadi satu di hidungnya. Semakin ia maju, baunya semakin kuat. Ia menduga ini bau dari salah satu gadis yang berjarak 2 meter di depannya itu. Roma ingin berbalik, tapi ia harus mengambil dompet di dalam tasnya. Jika ia mengambil rute lain, seluruh kelas akan curiga padanya. Tidak ada pilihan lain.
Ia memilih menutup hidungnya dengan jari jempol dan telunjuk dari tangan kanan dan berjalan normal sebisa mungkin. Tapi begitu sampai di keduanya, hidungnya tak kuat lagi. Baunya terlalu menyengat. Ia menatap salah seorang gadis yang memiliki aroma sangat kuat. Gadis berwajah kusam dan penuh jerawat. Roma menggigit bibir bawahnya, "Kau.." Desisnya.
"KAU GA MANDI YA?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
dari Roma untuk Athena
Teen FictionRoma ganteng kayak oppa korea, Athena cantiknya kayak nenek sihir. Roma bersih, Athena jorok. Roma benci bau, Athena ga suka mandi. Roma bodoh, Athena pintar. Mereka berlawanan, saling membenci dan kemudian tidak berharap jadi cinta. Tapi semua beru...