WYD Pt. 2

715 65 4
                                    

Siang itu, Clint masuk ke kamar Natasha. "Naaaat, I'm coming!" teriaknya.

"Ssst! Berisik lu. Sini buruan. Eh, tutup pintunya!" sahut Natasha.

"Udah siap?" tanya Clint.

"Udah dari tadi elah," Natasha menyodorkan sebuah kotak besar dengan gambar sepasang laki-laki dan wanita sedang berbaring di atas sebuah kasur.

"Gue kudu ngapain nih?" Clint mengambil kotak itu lalu menuangkan isinya ke lantai. Ada sebuah benda yang sepertinya terbuat dari karet dilapisi beludru. Benda itu dilipat berbentuk persegi. Dan ada sebuah buku manual serta kertas nota dari sebuah toko peralatan rumah tangga.

"Lu remes remes dulu nih," Natasha menunjuk benda berlapis beludru. Clint membuka lipatannya. Ternyata benda itu adalah sebuah kasur air yang masih kempes.

"Emang harus gue remes dulu?" tanya Clint.

"Iya lah biar enak pakenya ntar."

"Iyain dah," Clint menghamparkan kasur kempes itu hingga menutupi hampir seluruh lantai kamar Natasha. Dengan patuh, dia meremas-remas seluruh permukaan kasur itu. Sementara dalam hatinya dia meragukan hal yang dia lakukan itu akan berpengaruh pada pemakaian kasur itu nanti.

Sementara itu, Natasha berbaring santai di sofanya sambil membolak-balik majalah fashion.

.
.
.

Setengah jam kemudian...

"Nat, sampe kapan mau gue remes nih? Udah kram gue!" keluh Clint.

"Dikit lagi, Clint," jawab Natasha sambil matanya tak lepas dari majalah yang dibacanya.

"Lu jangan malah keenakan gitu!"

"Banyak protes lu! Bentar gue ambilin alatnya dulu," Natasha akhirnya meletakkan majalahnya dan berjalan ke arah rak di pojok ruangan.

"Buruan! Kagak sabar gue."

Natasha mendekati Clint lalu menyodorkan sebuah pompa kecil.

"Lu tau cara pake alatnya kan?" tanya Natasha.

"Tau lah! Anak SD juga pasti tau!" Clint mengambil pompa kecil itu lantas membolak-baliknya sambil menggaruk kepala.

"Bagus dah. Masukin buruan," Natasha berjongkok di belakang Clint. Sebenarnya dia juga sudah tidak sabar mencoba kasur barunya.

"Kok susah ye?" Clint berusaha menjejalkan ujung pompa ke dalam lubang kasur. "Lubangnya kurang gede, Nat!" Clint menarik kembali pompanya. Tanpa sengaja sikunya membentur wajah Natasha yang berada tepat di belakangnya.

"Aduh!!" Natasha memegang hidungnya yang tampak memerah. Untung saja hidungnya tidak patah.

"Eh sori, Nat, kagak sengaja. Sakit ye?"

"Sakit tau!" sungut Natasha. Dia mengelus hidungnya yang sakit.

"Iye sori sori," Clint menahan senyum melihat hidung merah dan wajah kesal Natasha.

"Cobain lagi, Clint!"

Clint sekali lagi mencoba memasukkan ujung pompa ke dalam lubang angin kasur.

"Fyuh, berhasil masuk!" Clint berseru. Natasha melupakan sakit di hidungnya. Mereka berdua melakukan toss. Kemudian Clint pun memompa kasur itu perlahan.

.
.
.

"Hahh... hahh...," napas Clint terdengar ngos-ngosan. "Nat, gue udah pegel!"

"Masih lembek, Clint. Kencengin dikit napa!"

"Gantian!" Clint menunjuk pompa kecil itu.

"Ogah!"

"Lu mau enaknya sendiri!"

"Lu harus ngalah sama wanita!"

"Capek gue! Nyerah dah!" Clint meletakkan pompanya lalu berbaring di lantai. Keringat membasahi dahi dan bajunya.

"Bah! Cowok apaan lu? Masih lembek gini. Servis lu kagak memuaskan," Natasha memeriksa kasur anginnya.

"Lu kira gue pelayan lu!"

"Udah minggir sono," Natasha menendang pelan tubuh Clint yang tergeletak tak bergerak di lantai.

"Males bangun.. Kagak ada tenaga..," Clint memejamkan mata. Tangan kanannya menyeka keringat di dahinya. Dia menjulurkan tangan ke samping dan mengelap tangan kanannya ke sprei di kasur Natasha.

"Anjir jorok lu, Clint! Jangan lu lap pake sprei gue elah!!" Natasha menendang Clint sekali lagi.

"Halah ntar juga bakalan lu cuci kan?" ujar Clint, masih dengan mata terpejam.

Natasha berjalan mengelilingi kasur anginnya. Dia berhenti sejenak, kelihatannya sedang berpikir. "Yaudah gue ke kamar mandi dulu," katanya kemudian.

"Ngapain?"

"Menyelesaikan yang belum terselesaikan."

.
.
.

Setengah jam kemudian...

"Oy bangun! Dasar tukang molor! Udah siap nih. Mau nyobain kagak?" Natasha menggoyang-goyangkan tubuh Clint di lantai.

Clint membuka matanya perlahan. Di sampingnya, kasur angin sudah berdiri (eh berdiri apa berbaring ye?) kokoh.

Hebat juga Natasha, pikir Clint, gue baru pompa bentar aja udah capek, Natasha bisa pompa sampe penuh! Eh, tunggu apa ini?

Clint melihat sebuah tempelan di dekat lubang angin kasur itu. Sepertinya tadi Natasha melubangi kasur itu lalu memasukkan air dengan selang dari kran di kamar mandi, kemudian menutup lubang itu dengan lakban.

"Anjir empuk banget," Clint menekan-nekan pinggiran kasur angin yang sudah penuh berisi air.

"Lu ngeremehin gue nih? Barang berkelas milik super spy jelas aja empuk lah," Natasha melompat ke atas kasur air dan berbaring sambil memejamkan mata.

"Nat, ntar malem gue tidur di kamar lu ye," Clint ikut berbaring di samping Natasha. Kasur itu bergoyang-goyang membuat sensasi tidur di atas ombak. Keren nih, pikir Clint.

"Boleh aja asal ntar lu yang cuci sprei kotor gue," jawab Natasha.

"Deal!"

THE END

.
.
.
.
.
.
.
.

Dan ternyata itulah yang dilakukan mereka berdua

Ada yang tebakannya bener?

Yang tebakannya salah,
Selamat... Anda masih waras
Heuheuheu

((Lee, 20 Maret 2019))

IMAGINE BERSAMA MARVEL AVENGERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang