0,0

19 3 0
                                    

Hyunjin Wiranata
Berisik, pembangkang, punya peliharaan Hamster yang dikasih nama Kkami.

"

"Hyun nggak mau Pah! Lagian Hyun baru banget lulus, kenapa harus Hyun yang diserahi tanggung jawab sebesar ini? Kenapa nggak Ka Mark aja?!" Hyunjin memandang kesal kearah pria paruh baya yang dia sebut papa itu. Hyunjin sepenuhnya kehilangan selera makannya, padahal sebelumnya dia tengah kelaparan dan lagi makanan dihadapannya sebagian besar adalah makanan kesukaannya.

"Kakak kamu juga punya tanggung jawab tersendiri yang jauh lebih besar dari kamu! Mark menghandle dua perusahaan di Singapura dan di Bogor, kurang apa coba? Lahhh kamu baru disuruh pimpin perusahaan dekat rumah aja protesnya kayak buruh demonstrasi minta naikin gajih!" pria paruh baya itu menenggak air putih di gelasnya dengan berwibawa. Hyunjin yang kepalang kesal hanya mencibir samar sambil berdoa dalam hati semoga Adrian Wiranata itu tersedak air yang diminumnya. Sedangkan kakaknya kini tengah memandangnya dengan seringai mengejek, "MAMPUSSS!" dan gerak mulut yang membuat Hyunjin kalap hingga tak sengaja menyenggol gelas disisi piringnya hingga jatuh dramatis menimbulkan bunyi gaduh yang semakin membuat sang Papa geram dengan sifat keras kepala dan pembangkang ank keduanya itu.

"HYUNJIN WIRANATA! POKOKNYA PAPA NGGAK TERIMA PENOLAKAN. MULAI BESOK KAMU JADI PEMIMPIN PERUSAHAAN MENGGANTIKAN PAPA. TITIK!"

Hyunjin hanya bisa mengepalkan tangan kuat-kuat menahan emosi yang meletup-meletup hingga ingin rasanya ia meninju wajah menyebalkan penuh seringaian mengejek yang Mark lontarkan padanya. Hyunjin menoleh kearah Mama yang berada disisinya, sosok wanita anggun itu hanya tersenyum dan mengelus bahu anak keduanya, yang berarti Hyunjin mau tak mau harus menerima titah sang Papa. Lelaki beranjak dewasa itu memundurkan kursinya lalu meninggalkan meja makan dimana acara makan malam wajib keluarga itu dengan nafas memburu sarat akan emosi. Adrian Wiranata masih duduk dengan tenang ditempatnya, Mark yang tidak tahan meloloskan kekehan mengejeknya yang langsung bungkam saat ditatap tajam oleh sang Mama. Lain halnya dengan Audy yang sedari tadi cuek dan menggangap obrolan para orang dewasa itu ia rasa bukanlah hal penting yang melibatkan eksistensi hidupnya hanya diam menyuap, mengunyah dan menelan makan malam yang tersaji lezat dimeja luas nan panjang itu. Barulah saat sang Kakak beranjak berdiri berniat meninggalkan meja makan padahal makanannya masih tersisa separuh, gadis itu bersuara, "Loh bang, makanannya nggak dihabisin?" pertanyaan itu menginterupsi langkah kaki Hyunjin. Mukanya memerah kentara sekali menahan emosi. "Nggak. Abang udah kenyang, Audy makan yang banyak ya, abang kekamar duluan." tanpa menunggu balasan sang adik, lelaki itu beranjak pergi meninggalkan semua yang berada dimeja makan dengan berbagai macam tatapan.

"Audy juga udah kenyang. Audy duluan kekamar ya. Makasih makanannya," lalu, gadis yang baru menginjak usia 17 tahun itu mengikuti Hyunjin yang ia panggil abang, yang konon lebih dia sayang dibanding kakak tertua mereka_Mark yang memang jarang berinteraksi dengannya. Wajar, karena Mark merupakan tipe orang yang tidak suka berbasa-basi dengan kepribadian sedingin es dan gila bekerja. Tiada hari tanpa kesibukan urusan kantor, bahkan dihari liburpun waktunya terinvestasikan pada urusan bolak-balik perjalanan mengurusi dua perusahaan di Singapura dan Bogor yang menjadi tanggung jawabnya, bahkan dari dia masih duduk dibangku SMA. Tipe penurut yang senang-senang saja dijadikan robot oleh sang Ayah. Berbanding terbalik dengan Hyunjin yang berkepala batu dan bakat pemberontak sejak lahir, seringkali bertingkah semaunya sendiri yang kurang bisa mengontrol emosinya. Cukup sering keluar masuk BK karena didapati memukuli temannya hingga nyaris semaput dan butuh perawatan intensif setidaknya lima hari dirumah sakit membuat sang Papa harus bolak-balik menerima surat panggilan karena ulahnya. Yang well, untung saja tidak sampai didepak dari sekolah karena, yah_kepala sekolah beserta antek-anteknya cukup waras untung mengeluarkan surat pemberhentian secara tidak hormat karena bagaimanapun juga Adrian Wiranata merupakan donatur terbesar disekolah swasta yang paling bergengsi seantero kota itu.

"Pembangkang itu benar-benar...," Adrian berujar sambil menatap punggung anak kedua dan bungsunya dengan helaan nafas lelah. Melody hanya tersenyum lembut sambil mengusap tangan sang suami yang tergeletak diatas meja.

"Biarkan dia sendiri dulu. Dia butuh waktu untuk menerima keputusan kamu. Mark dan Hyunjin berbeda Dri."

"Anak itu masih belum mengerti kerasnya hidup, dan sifat keras kepala dan pembangakngnya mewarisi kamu." Adrian menatap istrinya dengan hangat dan senyum tipid diwajah__yang meskipun terdapat beberapa kerutan tanda bahwa dia sudah berumur tetapi masih sedap dipandang.

"Itu karena dia anakku," Melody berujar dengan bangga.

"Anakku juga." Adrian menimpali tak mau kalah.

"Anak kita,"  Mark menatap geli pasangan yang sedang bermesraan dihadapannya itu. Agak geli saja melihat bagaimana Papa yang tak bisa lama-lama jauh dari Mama begitupun sebaliknya. Yang selalu bertatapan penuh cinta meskipun usia kini sudah tidak muda lagi, tetapi tingkah dan perilaku mereka mengalahkan hubungan romansa anak SMA.

Mark hanya menggelengkan kepala, lalu beranjak pergi menyusul kedua adiknya.

"

Selamat bertemu dilapak cerita abal-abalku. Genre cerita fanfiction or chicklit? Yah whatever lah ya. Setelah perdebatan panjang dengan diri gue sendiri jadilah gue post cerita ini. Semoga bisa terselesaikan dan banyak peminatnya. Amiiinn.

Aku Kamu & Tanda Tanya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang