Suara teriakan Cara tertelan di tenggorokan karena mulutnya yang dibekap oleh seseorang. Ia memberontak agar siapa pun itu yang menangkapnya segera melepaskannya.
"Ssst ... ini aku," bisik orang itu.
"Cleon," panggil Cara lirih.
"Diamlah."
Mereka berdua sembunyi di balik tumpukan kardus setinggi dua meter yang tersusun rapi dan diletakkan di celah dua bangunan bertingkat. Tidak hanya diam, napasnya juga ikutan tertahan.
Terdengar suara kaki yang berlari semakin mendekat dan lama-lama menghilang. Cara dan Cleon tetap bergeming, tidak melakukan pergerakan sedikit pun.
"Shit! Ke mana larinya gadis itu?"
Umpatan seseorang yang terdengar dari balik tempat persembunyian mereka membuat tubuh mereka menegang. Cara menatap Cleon yang memberikan isyarat padanya untuk tenang.
Tak lama, orang tersebut melanjutkan larinya. Cara menghembuskan napas lega. Dilihatnya Cleon yang memberikan isyarat untuk mengikutinya.
Mereka melewati lorong-lorong yang merupakan celah dari bangunan di sekitarnya. Lorong-lorong tersebut cukup sepi dan tampak bersih.
"Kita tidak akan tersesat, kan?" tanya Cara.
"Tenang saja, aku hapal daerah ini. Meski jalannya sedikit jauh menuju hotel, setidaknya kita akan aman," jelas Cleon.
"Dari mana kau tahu kalau aku ada di sini?"
"Insting."
"Ah, kau ini," ucap Cara sambil mengibaskan tangannya seperti mengusir serangga di depan wajah.
"Aku tidak berbohong. Kau tahu sendiri instingku selalu tepat, kan?" Cara hanya mengangguk. "Firasat buruk tadi datang begitu saja karena ponselmu tak dapat dihubungi. Akhirnya, aku dan Key berpencar untuk mencarimu. Kenapa dengan ponselmu?"
"Baterainya habis. Oh, ya di mana Key?"
"Entahlah. Nanti kuhubungi dia setelah kita sampai hotel."
Cara mengangguk menanggapi ucapan Cleon. Mereka berjalan dalam keheningan hingga sampai di hotel. Cleon mengajak Cara duduk di ruang tunggu dan Cara mengikutinya.
Tak lama, Key datang dengan langkah tergesa-gesa. Ketika matanya menangkap Cara yang tengah duduk bersandar dengan santai di sofa, ia segera menarik Cara ke dalam pelukannya.
"Kau hampir membuat malaikat maut datang dan mencabut nyawaku,"" ucap Key yang terdengar putus-putus karena ia masih berusaha menstabilkan napasnya.
Cara berdecak, "Berlebihan sekali kau!""Ia mendorong dada Key supaya menjauh darinya. "Ini salahmu. Aku menunggumu satu jam dan kau malah bermesraan dengan wanita panggilan itu.""
Key menarik ujung bibirnya, memamerkan senyum tak berdosanya. "Sorry, Baby." Cara memutar bola matanya menanggapi permintaaf maaf Key.
"Tadi Cara dikejar seseorang. Untung saja aku tahu dan segera menarik Cara untuk bersembunyi," jelas Cleon.
"Apa? Siapa yang mengejarmu?""
"Entahlah, aku tidak tahu dia siapa. Dia menahanku dan mengklaim kalau aku adalah miliknya," ucap Cara dengan jujur. Ia memijat pelipisnya kemudian berkata, "Bisakah aku ke kamar duluan? Kepalaku terasa pusing."
"Kuantar ya?" Cleon menawarkan diri untuk mengantar Cara yang memang terlihat seperti kurang enak badan.
"Tidak perlu, biar aku sendiri." Cara kemudian bangkit dan berjalan menuju kamarnya.
YOU ARE READING
Caramella Mykel
AcakCaramella Mykel, a seventeen years old girl who chose to stay as independent as posible so that she lived far away from her family. A year later, her twin came and determined to live with her. One day, Caramella got news that her twin had been kidn...