rizkykiara-25

163 28 0
                                    

"Klasik? Araa... Cinta itu dibutuhkan oleh setiap orang, mereka yang mencitai seseorang harus berani mengungkapkan dan bertindak untuk mempertahankannya dan bertindak untuk mempertahankan cintanya. Om datang kemari sebagai wujud untuk mempertahankan Cinta om terhadap bundamu. Ok tidak ingin kehilangan bunda kamu, itulah sebabnya om ingin menjelaskan keaadan om sebenarnya".

"Tapi ayah segala-galanya!."

Om heru tersenyum, wajahnya tidak berubah sedikitpun, padahal gua sengaja dia memilih untuk mundur atau menyerah, lalu memutuskan hubungan dengan bunda.

"Setiap anak pasti akan mengidolakan ayahnya. Putri om juga pasti akan mengatakan itu jika besar sepertimu. " Katanya.

"Apa om tidak kasihan terhadapku? Aku tidak bisa hidup bersama om! Aku tidak suka ada orang asin... Aku tidak mau! "

"Seharusnya om memahami aku sebagai seseorang anak jika om merasa kehilangan Putri om! Tidak mementingkan keinginan sendiri! "
Kali ini perkataan gua membuat om heru benar-benar diam, raut wajah yang terlihat memulai muram, ia sepertinya sadar bahwa usahanya untuk meluluhkan hati gua akan sia-sia saja, gua yakin dia akan segera pergi dan meninggalkan bunda. Dia sudah tak akan ada lagi alasan untuk membela rasa cintanya yang gua anggap sebagai omong kosong belaka.

"Baiklah, om mngerti keadaanmu...  Maafkan om jika sudah menggangu waktu istirahatmu... Salam untuk bunda kalau sudah dirumah ya".

Om heru bangkit dari tempat duduknya, kemudian ia melangkah meninggalkan beranda rumah, masuk kedalam mobilnya yang terpakir diluar pagar, mobil melaju dengan perlahan menyimbolkan langakah om heru yang putus asa. Gua juga menatap dia dengan perasaan menang, tak akan mungkin"Klasik? Araa... Cinta itu dibutuhkan oleh setiap orang, mereka yang mencitai seseorang harus berani mengungkapkan dan bertindak untuk mempertahankannya dan bertindak untuk mempertahankan cintanya. Om datang kemari sebagai wujud untuk mempertahankan Cinta om terhadap bundamu. Ok tidak ingin kehilangan bunda kamu, itulah sebabnya om ingin menjelaskan keaadan om sebenarnya". ia kembali lagi kerumah ini, tak akan pernah. Gua masuk rumah, lalu menuju kamar.

Suasana hati gua juga sebenernya memikirkan om heru, tidak bisa gua membohongi. Emosi yang muncul ketika berhadapan dengan om heru adalah kemarahan sesaat, kemarahan yang hanya beralasan ketidak inginan gua untuk memiliki seorang ayah yang asing bagi gua. Namun, gua juga simpatik terhadap keadaan om heru yang ditinggalkan oleh keluarganya secara tragis. Sungguh sangat sedih untuknya jika gua dalan posisi om heru.

Jika gua memperhatikan om heru, dia tergolong pria yang mapan dan baik, sopan, memiliki kebijaksanaan. Gua juga merasakan kedekatan sifat itu dengan ayah gua, seolah hidup kembali. Apa itu yang dirasakan bunda? Merasa kedekatan dengan sebuah masa lalu yang sangat dicintai.

"Bun, kenapa harus om heru" Guman gua.

Perjumpaan itu menghasilkan sebuah gema yang panjang dalam dada gua, kenang-kenangan tentang ayah mulai berdatangan ke dalam kepala gua, seolah karakter om heru juga ikut bertarung didalam kepala gua. Apa gua juga merasakan terlalu lama hidup tanpa ayah? Atau memang rasa kehilangan yang seharusnya menjadikan seseorang lebih tegar lagi?

Hari-hari gua diliputi kegelisahan, efek terlalu banyak tinggal dirumah. Sudah seharusnya memang gua menghadapi segala sesuatu dengan lapang dada, gua ini sudah beranjak dewasa, tidak seharusnya dibebani pikiran-pikiran yang mebuat gua tidak akan kalah oleh keadaan apapun? Gua harus selalu kuat, harus selalu berani menghadapi kenyataan.

Tiba-tiba pintu kamar gua diketuk. Duh, siapa lagi? Mengapa banyak sekali yang mengetuk pintu?

"Ara, bisa kita bicara sebentar? "

Suara bunda? Rupanya gua terlalu merenungkan pertemuan tadi sehingga tidak menyadari jika bunda sudah pilangtg dari kantor. Gua bangkit dari tempat tidur, kaki gua sudah tidak sakit lagi untuk melangkah, gua buka pintu dengan perasaan yang malas. Wajah gua pastilah kusut dalam kondisi seperti ini.

"Bagaimana keadaanmu? " tanya bunda ketika pintu terbuka.

"Nggak makin baik kalau ketemu dengan om heru! " jawab gua ketus.

"Hahaha... Bunda yang memintanya menemanimu, biar semuanya jelas. Om heru tidak seperti yang kamu pikirkan, dia mungkin sama dengan ayah... "

"Ayah tidak bisa diganti! " teriak gua.

Kemudian gua banting pintu, lalu membantingkan tubuh gua di atas kasur, hati gua memang sedang kacau, tidak bisa diajak diskusi jika dalam keadaan seperti ini. Biarlah semuanya menjadi masalah yang akan nada penyelesaiannya sendiri.

***
Purwakarta, 22/04/19


Double update nih gimana? Maaf ya kalau jarang update. Karena gua sedang holidey (tapi boong) wkwk, sekian dari gua jangan lupa vote ya teman-teman. See you!







RizkykiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang