Bab 2.2

26 6 3
                                    

Bersama dengan Dion dan Indah, Aria bukanlah seorang gadis yang memiliki kemampuan untuk melihat masa depan saat pandangan matanya tak bisa beradaptasi dengan gelapnya ruangan.

Bukan benar-benar melihat, karena bukan seperti itu kejadiannya. Lebih seperti terkenang akan sesuatu yang terjadi di masa lalu, tapi bagi Aria, kejadian itu belum pernah terjadi. Kejadian itu akan terjadi di suatu saat di masa depan yang entah kapan. Karena itu, Aria membiasakan dirinya untuk mengecek jam tangannya yang dilengkapi dengan fitur tanggal, jadi dia yang ada di masa lalu bisa tahu kapan hal itu akan terjadi. Semuanya acak. Dan bahkan terkadang Aria tidak mengecek jam tangannya.

Aria lahir saat terjadi gerhana bulan 24 tahun yang lalu. Saat itu, bulan berwarna semerah darah. Aria lahir saat bayang-bayang bumi tepat menutupi seluruh permukaan bulan. Kejadian yang hanya berlangsung selama beberapa detik itu mengubah seluruh kehidupan Aria. Kadang Aria bertanya-tanya, apakah dia sendirian di dunia ini? Adakah anak lain yang lahir pada saat yang sama dengannya, kemudian mewarisi kemampuan yang sama.

Saat Aria berumur delapan tahun, dia mulai mendapatkan pengalaman yang aneh. Waktu itu dia duduk di kelas 3 SD. Saat jam istirahat selesai dan harus kembali ke kelas, Aria termangu di ambang pintu, memblokir jalan masuk hingga beberapa anak memprotes. Aria hanya mengerjap-ngerjap karena di balik ingatannya, dia melihat salah seorang temannya terpeleset karena berlarian dan meninggal karena kepalanya terantuk undakan di selasar. Darahnya mengucur, menetes-netes ke saluran air. Seketika itu juga Aria memekik kencang, dan kemudian menangis sekencang-kencangnya. Pihak sekolah harus memanggil ibunya, dan dia dipulangkan untuk hari itu karena tidak bisa ditenangkan.

Setelah dia tenang, Aria menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya, dan ibunya mencoba menenangkannya dan berkata bahwa itu hanya mimpi.

Ditambah lagi, kejadian itu berulang beberapa kali. Visi-visi itu datang dan pergi, awalnya Aria mengira itu hanya kejadian acak yang tak penting, sama seperti kata ibunya, sebuah mimpi. Akan tetapi, adakah seseorang yang bermimpi dengan mata terbuka di siang bolong? Meski Aria ragu, dia mengabaikannya.

Namun, saat anak tersebut benar-benar meninggal beberapa bulan kemudian dan Aria melihatnya dengan cara yang sama persis dengan apa yang pernah dia lihat, barulah dia sadar apa yang telah dia lihat itu bukanlah sebuah kebetulan. Waktu itu dia hanya terpaku, memelotot saat anak laki-laki itu terlepeset saat bermain kejar-kejaran. Seperti gerak lambat, kepalanya terantuk keramik selasar, begitu keras sampai Aria pikir dia mendengar suara tengkorak yang retak. 

The Future We RememberWhere stories live. Discover now