Anti Fisika

2.6K 349 459
                                    

"Wah mantep ya lo bocah! Gak masuk kelas kirain udah mati, ternyata enak-enakan duduk di sini," ucap seseorang seraya penepuk-nepuk pundak Algis dengan kuat, membuat laki-laki itu mengumpat kasar.

"Kampret, bakwan gue jatuh tai!" dengusnya dan menatap pelakunya dengan mata tajam.

"Kalian sendiri ngapain ke sini kalo gak duduk-duduk. Tengkurep?" tanya Algis sewot.

Gilang hanya tertawa mendengar celutukan asal Algis, lalu ikut duduk tepat di hadapan Algis yang kini sudah sibuk sendiri, di susul oleh Adit yang ikut duduk di sebelah kanan Algis.

"Nyari apa sih nyet?" tanya Adit heran sendiri saat melihat tingkah Algis yang terus membolak-balikan kesana-kemari gorengan yang tak berdaya itu.

"Nyari yang gede," sahut Algis dengan tangan yang masih sibuk mencari-cari bakwan. Sebelum akhirnya tersenyum senang, "Nah ini dia!" ucapnya kuat nan semangat.

Gilang berdesis pelan, "Lu udah cuci tangan belum?" Tanyanya.

"Oh tentu," Algis langsung melahap bakwannya terlebih dahulu sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "Belum."

Gilang langsung menghela napas jengah, ia tak habis pikir bagaimana bisa makhluk semacam Algis menjadi temannya sedangkan dirinya memiliki sifat yang terbalik dengan Algis. Dia mengutamakan kebersihan, sedangkan Algis terlihat sama sekali tak peduli.

"Lo tuh ya! Jadi cowo yang rajin dikit napa sih?"

"Gini ya Bro, kalo gua rajin kegantengan gue bakal berkali-kali lipat. Kasian dong sama cewe-cewe yang ngejer gue, dan pastinya bakal gue tolak. Gak bisa nyakitin cewe Algis tuh," jawab Algis sekenanya, dengan pipi yang menggembung karena berisi bakwan.

Adit yang mendengarnya pun langsung tertawa gila, "Emang lo abis ngapain sih Nyet? Kok jadi miring gini otak lo."

"Biasalah, ada yang rindu sama gue," jawabnya asal.

Kali ini Gilang yang tertawa, "Ibu tiri lo lagi?" tebaknya.

Algis hanya menaikkan sebelah alisnya tinggi sebagai jawaban, "Gila tuh ibu tiri, niat banget ngehukum gue masa. Udah kaya Ibu tiri beneran asal lo tau," tuturnya.

"Enak tuh. Hampir setiap pagi lo ngapelin dia. Awas cinta," timpal Adit yang di balas jitakan.

"Cinta-cinta pala lo bau menyan! Bayangin aja gue disuruh nyuci wc."

"Pala gua bau shampo anjir." Jawab Adit yang tampak mengecek aroma rambutnya.

Gilang menyerngit, "Bukannya itu emang sarapan lo setiap pagi ya? Kenapa masih gak terima gitu?"

"Kali ini beda, gue di suruh nyuci wc perempuan. Gila gak tuh?"

Algis tampak menghentikan ucapannya terlebih dahulu, lantas menelan nikmat bakwan yang tengah dimakannya, sebelum akhirnya kembali melanjutkan "Dan gak cuma itu, gua tadi juga disuruh motongin rumput di lapangan, lo tau pake apa?"

"Ya gak tau lah! Orang lo belum cerita," kali ini Adit yang menyahut yang dibalas anggukan setuju dari Gilang.

Algis berdecak, "Pake potongan kuku bangsat!"

Gilang dan Adit saling tatap, lalu menggut-manggut paham membuat Algis heran.

"Kalian gak terkejut terheran-heran gitu?" tanya Algis cepat.

Secara serempak Gilang dan Adit langsung kembali beralih menatap Algis, sebelum akhirnya menggeleng santai, "Biasa aja tuh!"

"Bangke!" Algis kembali mengumpat, "Nyesel gue curhat sama lo berdua," lanjutnya.

"Lagian suruh siapa curhat ke kita. Mending lo curhat sama mamah Dedeh sana, biar dapet pencerahan sekalian. Siapa tau lo jadi habib. Ya gak Dit?" Tanya Gilang yang kemudian diangguki oleh Adit.

Algis kemudian langsung menunjuk Adit dan Galih satu persatu, "Lo lo berdua, END!" katanya.

Tawa Adit dan Gilang seketika langsung pecah mengisi keheningan kantin yang masih sepi. Sekarang masih jam ke dua dan belum saatnya istirahat. Tapi bagi mereka bertiga hal itu sama sekali bukanlah masalah. Yang masalah itu kalau ketahuan.

"Tadi pelajaran Fisika ngapain aja?" tanya Algis kemudian, tangannya bergerak mengambil segelas es Cappucino yang ada di dekatnya dan langsung meminumnya santai.

"Sejak kapan lo peduli sama tugas hah? Gaya lo sedunia!"

"Selangit goblok!" ralat Adit yang menyikut perut Gilang.

Gilang tak mempedulikan Adit, dan memilih kembali memakan baksonya dengan nikmat "Tadi cuma ngerjain dua puluh soal aja sih,"

"Mana?" Tanya Algis sambil menyodorkan tangannya kepada Adit seolah meminta sesuatu.

"Apanya?" Tanya Adit heran.

"Jawabannya lah bego! Sok lugu juga lo!"

Adit langsung penepuk dahinya, lantas kembali menyikut Gilang membuat laki-laki yang tengah memakan bakso itu tanpa sadar tersedak.

"Minum-minum," titah Algis.

"Kampret lo Gis, minum gua lo abisin sampe sisa batu esnya doang!" amuk Gilang kesal, masih dengan sisa batuknya.

"Mana gue tau, orang ada di deket gue, kirain punya gue lah."

"Ngotak lah makanya, lo kalo gak ada mesen minum itu artinya bukan punya lo."

"Yaudah sih pesen lagi," sahut Algis tak mau kalah. "Kalo gak minum kuah bakso aja, jadi kan gak mubazir tuh," lanjutnya.

"Anying emang," dengus Gilang, sedangkan Adit sudah tertawa keras.

"Heh kunyuk! Kenapa ketawa? Mana tugasnya? Ditanya dari tadi juga."

"Udah gue kumpulin lah," jawab Adit kikuk.

"Oh ya Tuhan kenapa kau tidak cabut nyawa kedua hambamu yang terkutuk ini sekarang juga!" celutuk Algis dengan wajah yang memelas, lalu tatapannya ke Adit berubah menjadi tajam. "Lo lupa kalo masih ada gue yang anti fisika ini?!"

"Yaudah, palingan lusa lo cuma dihukum doang." Kali ini Gilang yang menyahut, membuat Algis kembali beralih menatapnya.

"Lo ada dendam sama gue? Sampe-sampe lo berdua gak ngasih gue contekan"

"Kalo gue dendam sama lo, udah dari dulu gue bakar lo hidup-hidup" ujar Gilang menggaruk kepalanya frustasi.

"Bukan, lo itu dendam hati sama gue."

"Dendam hati? Maksud lo cinta gitu sama lo? Dih najis!" Jawab Gilang sambil bergidik.

Adit yang mendengar perdebatan Gilang dan Algis kali ini pun jadi heran, apa yang mereka bicarakan? Gak normal kah?

Adit yang mendengar perdebatan Gilang dan Algis kali ini pun jadi heran, apa yang mereka bicarakan? Gak normal kah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaa readersQ ❤

Salam sayang, Author ❤

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang