Perempuan Jadi-Jadian

1.3K 109 56
                                    

Algis membuka helm yang dikenakannya dan memarkirkan motornya di dalam bagasi rumah miliknya. Sebelum masuk ke dalam rumahnya ia berkaca di kaca spion, lalu mengacak rambutnya asal.

"Kapan sih gue jeleknya?" katanya yang sudah terkekeh pada diri sendiri.

Ck, Ck, Ck.

Algis mendongak, lalu menemukan seekor cicak yang kebetulan tengah menatapnya.

"Kenapa Cak? Lo terpesona juga sama gue?"

"Liat tuh perut lo buncit, udah gak perawan lagi kan lo? Males gue," kata Algis yang seolah berbicara pada seekor cicak betina.

Ck, Ck, Ck.

Cicak itu kembali berbunyi, tapi tatapannya masih tertuju ke arah Algis.

"Apasih lo ih, genitt!" katanya sekali lagi sebelum akhirnya memilih pergi dari sana dan masuk ke dalam rumah.

"Bun, anak Bunda yang paling ganteng pulang. Gak disambut nih?"

"Bunda," teriak Dirga sekali lagi, memecahkan keheningan rumah terbilang besar ini.

Hening.

"Pada kemana sih, kok sepi?" tanya Algis pada diri sendiri saat tidak ada jawaban satupun dari dalam rumah.

"Bi! Bunda kemana?" tanya Algis kemudian yang menghampiri Bibi yang tengah mencuci piring di dapur.

Bibi tersentak, hinggalah busa-busa bekas cucian piring jadi terhambur dan melayang di udara begitu saja.

"Dih Bibi ini malah bengong, Algis berasa ada di adegan korea loh Bi. Ada salju-saljunya gini," kata Algis yang terkekeh sendiri, sambil melihat busa-busa cucian piring Bibi.

"Bibi kaget Den, abisnya tiba-tiba nongol. Untung piringnya gak jatuh," ujar Bi Inah yang tengah mengelus dadanya pelan.

"Lah kalo jatuh ya ke bawah Bi dan Algis pastikan piringnya juga pecah Bi," sahut Algis tak penting.

"Lah iya itu makanya masih untung,"

"Yaudah Bi, kenapa gak sujud syukur kalo gitu?"

"Ah, Den Algis!" kata Bi Inah yang mulai kesal.

Algis tertawa.

"Kalo Den Algis gak lebay lagi, baru deh Bibi sujud syukur," lanjut Bi Inah kemudian, yang berhasil menghentikan tawa Algis.

Algis melongo, dalam hati ingin sekali mengumpat kasar kalau saja yang di hadapannya ini tidak lebih tua dari dirinya.

"Tau ah Bi!" Algis mendengus sebal, apalagi saat melihat ekspresi Bibi yang masih setia menertawainya. Sekarang Algis percaya, bahwa karma itu memang ada. 

"Bunda kemana Bi?"

"Nyonya pergi arisan Den, kenapa Den? Ada yang bisa Bibi bantu?"

"Oh arisan. Enggak kok Bi, makasih ya Bi."

"Siap Den,"

Algis menaiki tangga menuju tempat peristirahatannya. Setibanya Algis di kamar, ia langsung melemparkan badannya ke atas kasur miliknya.

Algis menghembuskan napas lelah, tiba-tiba saja ia jadi teringat pada seseorang. Algis tersenyum tipis, lalu menggeleng kecil.

"Tuh cewek dibuat pake apa ya bisa manis banget senyumnya," Algis kembali terkekeh saat mengingat senyum gadis yang irit bicara itu.

"Dari gula pasir kali ya? Itu baru gula pasir loh, belum kembang pasirnya. Busyeeett, bau dong kalo kembang pasir,"

Algis merubah posisi baringnya menjadi duduk, lalu meraih handphonenya yang berada di saku celananya.

"Coba gue cari nama instagram-nya ah, siapa tau langsung difollback kan. Foto profil gue kan udah ganteng maksimal, jadi gak mungkin dong kalo cuma dibiarin tanpa difollback," lagi lagi ia terkekeh akibat ulahnya sendiri.

"Alya," ujar Algis dan jari jemarinya pun ikut bergerak untuk menekan papan keyboard pada kolom pencarian.

"Nah ini dia!" katanya antusias saat menemukan yang sedari tadi ia cari.

"Lah? Kaga ada kirimannya sama sekali buset. Tapi followersnya udah sampe 543k?! Bangga gue sama calon pacar gue, walaupun irit bicara tapi pinter banget gunain sosmed sampe segini banyaknya yang follow dia."

Kali ini Algis tergelak tawa.

"Sabar ya, cepet atau lambat nanti ada muka gue dipostingan ini. Dan pastinya nama gue bakal terpampang di berandanya pake emot gembok di belakang nama gue. HAHA."

"ALGIS!!!"

Algis tersentak. Bahkan tersedak.

"Eh buset anak setan! Kaga bisa santai apa manggilnya! Main nyelonong pula,"

"Yaelah Gis, jadi gue harus ucap salam dulu gitu masuk kamar lo? Parah. Biasanya juga gue begini,"

"Wah kafir nih orang, ngucap salam dikata parah,"

"Iya iya, Assalamu'alaikum ukhti."

"Wanjir, gue dikatain ukhti. Gue kan laki coy, laki! Bukan perempuan!"

"Ya siapa tau lo perempuan jadi-jadian kan. WARIA, malam wanita siang pria," ujar perempuan itu yang kini ikut duduk di sebelah kanan Algis.

"Anjir, gak baik lo ngatain muslim gitu. Bisa kafir lo,"

"Tapi lebih kafiran lo, buktinya gue ngucapin salam lo gak jawab. Padahal salam kan hukumnya wajib dijawab," balas perempuan itu lagi membuat Algis mendelik sebal.

"Iye iye Wa'alaikumsalam! Bacot lo ish," kata Algis yang mulai kesal.

Perempuan itu langsung tergelak tawa, "Aurel dilawan!" katanya yang tersenyum bangga. "Eh btw, ngapain lo senyum-senyum kaya orang setres gitu sih tadi?

Algis menoleh, lalu menatap Aurel dengan senyum devilnya. "Kalo gue lagi jatuh cinta, lo percaya gak Rel?"

Untuk beberapa saat kemudian Aurel terdiam.

"Woy! Ditanya malah bengong,"

"Lo serius?" tanya Aurel memastikan.

"Series!" sahut Algis geram, "Ya iyalah serius. Kenapa? Aneh ya?"

"E-eh ya enggak sih, gue cuma gak nyangka aja ternyata si jomblo karatan selama 8 tahun ini akhirnya bisa jatuh cinta," kata Aurel yang tergelak tawa.

"Yaelah, kakek-kakek yang udah bau tanah aja bisa jatuh cinta Rel, masa gue yang masih muda nan tampan ini gak bisa sih. Yang bener aja lo Rel."

Aurel memutar bola matanya malas, "Tampan tapi kok gak laku-laku ya? Agak heran sih Aurel," cibirnya.

"Kampreet!" kata Algis yang di balas kekehan.

***

Hallo Guys, selamat berbuka puasa ya bagi yang menjalankan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo Guys, selamat berbuka puasa ya bagi yang menjalankan.

Jangan lupa juga dong vote dan komentar di part ini. Thank you ❤

Salam rusuh, Author ❤

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang