Lalat Perusuh

1.4K 143 174
                                    

Hari ini adalah hari rabu. Dan itu artinya hari di mana mata Algis mulai merabun. Jika kalian bertanya kenapa? Pasalnya hari ini adalah hari yang paling membuat algis tak bersemangat. Dengan perasaan tak senang, ia harus menerima kalau pagi ini akan ada mata pelajaran Fisika.

Bayangkan, menyukainya saja tidak? Lalu bagaimana ia bisa bersemangat. Yang ada paginya malah disambut dengan tatapan yang mulai meredup, dan mulut yang mulai menguap. Entah kenapa? Hal itu memang pasti akan terjadi pada seorang Algis Ganendra.

"Lu apasih Gis, nguap mulu. Bau tau gak!"

Algis tak menghiraukan Gilang, ia malah kembali menguap, kali ini malah terlihat lebih lebar. Membuat Gilang semakin kesal.

"Astagfirullah Gis, ditutup astaga! Segede itu nguapnya gak ditutup. Nanti kalo kita satu kelas kesedot lo semua gimana dong?" kali ini Adit yang bercelutuk.

"Lo kalo ngomong ngakal dikit geh Dit," sahut Algis malas.

"Ogah gue kesedot ke dalem mulutnya!" timpal Gilang.

Algis melirik Gilang sesaat, "Lo yang pertama gue sedot. Tugas lo bersihin cacing-cacing diperut gue." Algis beralih menatap Adit, "Baru lo, tugas lo bentangin tikar buat temen-temen sekelas."

"Sinting nih bocah," kata Gilang.

"Gus, Agus! Ada Bu Diana Gus," ujar Adit yang berusaha menyadarkan jiwa dan raga sosok Algis yang hampir saja melayang.

"Bodo, gue mau otw! Awas lo! Jangan ganggu dan jangan ikut,"

"Mau kemana lo peak?" Timpal Gilang.

"Otw mimpi dong," jawab Algis yang semakin mengantuk.

"Heh bocah semprul ini masih pagi! Lo mau pagi-pagi kena semprot Bu Diana lagi?" Ujar Gilang mengingatkan.

Adit mengangguk setuju, "Iya, udah gak ngerjain tugas terus sekarang malah mau tidur."

"Ck, lo sih kemarin ngumpul duluan. Gua udah terlanjur males kan jadinya."

"Kok nyalahin gue sih?"

"Ya emang lo! Masa nyokap gue."

"Lo di kasih tugas gak mau ngerjain, tapi kalo di hukum ngedumel. Kasian tai kupingnya Adit, mau keluar gak jadi karena dengerin celotehan lo."

Adit yang mendengar itupun, refleks menjitak Gilang kesal. "Lo kok jadi bawa nama gue?!"

"Malah enak dong, kan gue belum sarapan," Algis kembali meracau.

"Hah seriusan lo mau sarapan pake tai kuping gue Gis?" tanya Adit dengan tampang polos.

"Enak aja! Makan aja lo sendiri sono! Tai kuping punya Gilang juga tuh sekalian, hiiii," balas Algis seraya bergidik jijik.

Gilang tersenyum geli melihat Algis. Dia yang sudah tidak bernyawa sepenuhnya saja masih bisa ngebacot, apalagi kalau sadar sepenuhnya. "Orang mah sarapan pake nasi kek, roti kek, atau makanan lain kek. Nah ini, lo malah doyan banget sarapan ocehan,"

"Kak kek kak kek! Berisik lo Galuh! Gue kan limited edition, gak ada manusia yang gak bandel kaya gue." Kali ini sepertinya Algis memang bener-bener mengantuk, sampai-sampai Gilang yang dengan sengaja memancingnya untuk kembali berbicara pun hanya bisa menggelengkan kepala.

"Apa? Gak bandel? Kalo gak bandel ya harusnya nurut Bambang!"

Gilang kembali menahan tawa, ia sengaja memancing Algis untuk berbicara, agar laki-laki itu tak sempat tidur sampai Bu Diana masuk ke kelas.

"Ya gue emang gak bandel kok. Buktinya setiap kali di ocehin gue diem, duduk, kalem, dan dengerin."

"Iya, lo dengerin tapi pala lo disenderin ke meja, mata lo juga ikutan merem, dan nyawa lo udah berkelana kemana-mana."

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang