Challenge

1.1K 94 53
                                    

"Hey whatsapp my brother ketemu lagi sama gue, cowok terkece, terganteng, terhitz, siapa lagi kalo bukan Algis Ganendra Ardani," ujar Algis sembari menepuk pundak Adit dan Gilang secara bersamaan.

Sedangkan yang ditepuk pundaknya malah menggidikan bahunya acuh, membuat Algis kesal.

"Eh bangke ya lo berdua! Orang ganteng gini, jangan di anggurin dong. Laleran ntar!"

Adit menatap Algis malas, sebelum akhirnya mencibir kesal. "Lagian pagi-pagi udah rusuh aja," jawab Adit sarkas.

"Ngerusak mood gue aja kalo kata cewek-cewek jaman now," timpal Gilang yang mengangguk setuju dengan ucapan Adit barusan.

"Gue gak pernah denger tuh," sahut Algis. Laki-laki itu malah meloncat, dan duduk di depan kedua sahabatnya dengan penuh semangat.

"Iyalah, orang lu gak punya cewek."

Algis mendelik tak percaya, "Bilang apa lo barusan?" tanyanya yang mulai bereaksi.

"Kuping lo masih di tempat kan? Atau ketinggalan di rumah?"

Algis berdecak sebal, "Liat aja ya bentar lagi di samping gue bakalan ada cewek yang berdampingan sama gue, dan lo berdua gak usah iri!"

Adit dan Gilang saling pandang, "Bodoamat," katanya serempak. "Paling juga Mbok," lanjut Adit mengingat dimana Algis sering pergi bersama Mbok ke pasar untuk mengantar Mbok ke pasar beli sayur.

"Enak aja, selera gue bukan yang tua-tua gitu ya," jawab Algis tidak terima.

Gilang mengibaskan tangannya ke udara, "Halah udah diem lo berdua!"

"LO YANG DIEM!" sahut Algis dan Adit serempak yang dibalas tatapan cengo Gilang. Gilang meneguk tenggorokannya yang terasa kering, tiba-tiba saja ia jadi merasa haus.

"Jangan gigit dedek bang," celetuk Gilang sekali lagi.

Algis mengumpat kasar, sangat kasar. Sedangkan Adit sudah terkikik geli melihat raut pucat Gilang.

"Punya temen kok gini-gini banget ya Allah," kata Algis yang memijit pelipisnya frustasi.

Mendengar ucapan Algis barusan, refleks Adit langsung menatapnya sinis. "Lo gak usah jadi manusia yang sok paling menderita bisa? Kebalik. Kita yang menderita di sini. Punya temen kaya lo gak ada bener-benernya sama sekali,"

"Takdir lah! Gak ada gue, kalian gak akan punya temen yang ganteng pasti," kata Algis pede.

"Ngomong apaan sih lo taii," balas Gilang yang ikutan kesal. Algis tertawa. Gila memang, lagi-lagi Algis membuat Adit dan Gilang menggeleng kepala heran.

"Tau ah serah lo Gis!" kata Adit akhirnya. "Mending kita cus ke kelas deh sekarang yuk, soalnya gue udah cuci tangan pake kembang tujuh rupa jadi gak mau ngotorin cuma-cuma buat bersihin wc terlambat masuk kelas."

"Enakan juga telat, bisa kekantin sebelum jam istirahat," ucapan Algis kali ini membuat Adit mendengus.

"Lo aja sana, gue ogah. Enak tuh ikut pelajaran kimia, bisa tidur sepuas-puasnya," timpal Gilang yang setengah menyindir temannya yang hobinya tidur saat jam pelajaran apapun.

Algis tak menjawab, laki-laki itu memilih beranjak dari duduknya dan segera menuju ke dalam kelas. Di susul oleh Gilang dan Adit yang beriringan di sampingnya.

"Eh Lang gue ada challenge nih, lo mau gak?" tanya Adit tiba-tiba.

"Apaan tuh?"

"Ya lo mau gak?"

"Ya apa dulu tai,"

"Oke oke santai, challenge nya gampang. Lo harus baperin cewek yang mukanya keliatan judes banget," jelas Adit lagi. Mengalihkan perhatian Gilang bahkan Algis sekalipun.

"Ih beneran itu challenge nya gitu?" tanya Gilang.

"Iyalah beneran, mau gak?"

"Kalo gue bisa nyelesaiin challenge nya, gue dapet apa?" tanya Algis tiba-tiba.

Adit tersenyum miring, ia berhasil menarik perhatian Algis agar laki-laki itu menerima permainannya. "Berhubung gue lagi ada rezeki, cak elah rezeki. Pokoknya gue traktir deh lo makan sepuasnya di kantin selama 2 hari,"

"Tau aja lo kalo gue lagi dalam fase missqueen, oke gue terima challenge nya." Jawab Gilang.

"Cepet mana ceweknya, sini gue baperin sampe guling-guling dia," tambahnya.

"Bentar-bentar, gue cari dulu."

Adit menoleh, mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru sekolah.

"Eh tapi jangan yang jelek ya!" kata Algis cepat, "Ya minimal yang manis lah. Biar nanti kalo pas dia baper beneran kan gue gak rugi," katanya yang di balas jitakan.

Algis meringis.

"Itu tuh. Cewek yang lagi jalan bawa gitar, dia pake jaket yang rambutnya dikucir satu di belakang," tunjuk Adit asal.

"Eh-eh bentar, gila mukanya datar gitu, gak ada sangar-sangarnya," protes Gilang menatap Adit bingung. "Katanya yang sangar?" Lanjutnya.

"Justru yang datar biasanya itu tipikal cewek yang super cuek menurut buku yang gue baca sih, bukan lagi cuek tapi sensian juga jadi tau lah gimana sangarnya orang pendiem,"

"Oke dengan senang hati. Doain gue ya,"

"Good luck my brother!"

***

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang