6

1.9K 266 7
                                    

"Rumah"

Kise pulang dengan ekspresi lesu. Terlalu lelah karena kegiatan hari ini terlalu padat.

Dia harus latihan basket dan ada pemotretan satu jam setelah latihan. Senyum cerah dan suara berisiknya menghilang. Sudah dibilang kan. Kise terlalu lelah.

Tempat ini selalu gelap. Tak ada siapa pun. Ah kalau sekarang ada. (Name). Gadis itu paling masih tidur di kamarnya.

Karena dia melarangnya keluar.

Kise mendengar suara khas dari dapurnya. Suara nyanyian dari orang yang dia sukai.

"(Name)-chan? Apa yang kau lakukan."

(Name) menoleh takut. Saking takutnya dia sampai tidak sengaja menjatuhkan sendok sayurnya.

"Ma-maaf aku keluar. Ku-kupikir tidak baik ji-jika Kise-kun terlalu sering memakan makanan dari luar. Ja-jadi aku memasak untukmu."

Gadis itu mencicit ketakutan. Tapi masih berusaha tersenyum hangat. Luka gores dipipinya yang mulai mengering membuat Kise mendekat dan menciumnya.

"Aku tidak akan marah. Aku malah samgat senang karena (Name)-chan memasak untukku 'ssu. (Name)-chan memang istri yang baik."

Kise tersenyum cerah dan memeluk (Name) yang memerah.

"A-aku bukan istrimu Kise-kun."

Kise tak menjawab. Dia hanya tersenyum. Memeluknya erat.

***

(Name) mengerjapkan matanya. Menatap lampu meja Kise yang masih menyala.

Tidak ada Kise yang tidur disebelahnya. Seperti biasa.

Memang aneh. Tapi mendapati seseorang yang tertidur lelap disampingnya saat dia bangun. Seperti mengingatkannya pada kebiasaan lama.

"Apa yang sedang kau lakukan Kise-kun? Ini sudah larut."

Kise menoleh. Menatap (Name) yang sedang mengusap matanya. Manis sekali.

"Aku masih mengerjakan tugas sekolahku 'ssu. Sebenarnya aku tidak ingin mengerjakannya. Tapi aku terlalu banyak absen. Jadi untuk mengganti nilaiku. Aku harus mengerjakan semua tugas ini."

Kise tertawa kaku. Pipinya sedikit memerah saat (Name) berdiri disampingnya. Membaca soal dari tugas sekolahnya. Terlalu dekat.

"Bukan begini cara mengerjakannya Kise-kun. Kau harus menyelesaikan bagian ini lebih dulu. Lalu yang inin baru bisa menjawab soalnya."

Kise hanya menatap. Seandainya dari dulu gadis ini tinggal bersamanya. Mungkin semua terasa berbeda.

---

Sudah menjadi rutinitas  baru buat (Name). Menunggu Kise pulang sekolah dan memasak, membersihkan tempat ini.

"(Name)-chan~ ikut denganku."

Aura yang dikeluarkan Kise sedikit berbeda dari biasanya. Biasanya Kise akan tersenyum cerah dan memeluknya. Tapi hari ini. Kise langsung menariknya kasar. Ke kamarnya.

"Aku sebenarnya tidak ingin melakukan ini pada (Name)-chan. Tapi mereka akan memisahkanmu dariku nanti."

Kise mendorong (Name) masuk ke dalam lemarinya. Memasang rantai pada kedua tangan dan kakinya. Dan memyumpal mulutnya.

"Naa~ (Name)-chan. Jadilah anak baik hari ini okey."

Kise tersenyum mengerikan lagi dan menutup pintu lemari. Terdengar suara kunci dari luar.

Lemari ini jadi terasa pengap dan gelap. Agak sulit bernapas karena mulutnya yang di tutup.

"Oi Kise. Apa yang kau lakukan didalam, kami akan masuk sekarang."

Samar-samar (Name) mendengar kegaduhan dari arah ruang tamu. Sepertinya beberapa orang datang mengunjunginya.

"Mou senpai~ Kenapa acaranya malah di tempatku 'ssu. Kita kan bisa ke tempat lain."

"Haaahh?! Jadi maksudmu kau tidak suka kami disini. Kau ini keterlaluan sekali."

"Benar, benar. Kau ini keterlaluan sekali Kise. Kita disini kan untuk merayakan pesta perpisahan dengan kami anak kelas--  Aaah Kasamatsu gomennasai!!"

"Moriyamaaa!!! Apa yang kau lakukan! Lihat apa yang sudah kau lakukan. Kau seragamku basah. Oi Kise aku pinjam bajumu, si bodoh ini menumpahkan jus."

"Kau bisa langsung ke kamarku saja senpai."

Suara langkah kaki samar dan semakin mendekat.

Langkah itu terdengar mengelilingi seisi kamar.

Dan berhenti tepat di depan lemari tempat (Name) di kurung. Pintu lemari bergerak. Seperti ditarik. Dia berusaha membuka lemarinya.

(Name) bimbang. Dia takut Kise akan melakukan sesuatu padanya. Terjebak di tempat ini juga tidak terlalu buruk. Dibanding rumah besar yang kosong itu. Ditempat ini jauh terlihat hidup. Kise memang terkadang melukainya. Tapi Kise selalu memberikan senyum lebar saat dia terbangun dari tidurnya. Memeluknya dengan perasaan hangat, walau terkadang membuatnya sulit bernapas.

Yang paling penting Kise adalah teman pertama yang dia punya tanpa embel-embel nama besar keluarganya.

Tapi (Name) juga ingin keluar dari tempat ini. Jadi dia sedikit menggerakkan tangannya yang terikat rantai.

"Kasamatsu-senpai? Apa yang kau lakukan disana 'ssu."

Jantung (Name) seakan melompat keluar. Itu suara Kise. Bagaimana jika dia mendengar suaranya tadi?!

"Mencari pakaianmu. Sudah kubilang kan? Moriyama menumpahkan jus."

"Ah souka. Lemari itu tak bisa dibuka senpai. Aku menghilangkan kuncinyanya seminggu yang lalu 'ssu"

***

Kise kembali ke kamarnya. Teman-temannya sudah pulang beberapa saat lalu. dia membuka lemari dan mendapati (Name) tertidur dalam keadaan masih terikat rantai. Dia melepaskan rantai dan mengangkat gadis itu keatas tempat tidurnya.

"Aku mencintaimu (Name)-chan. Terlalu cinta sampai jadi benci."


-

--

"Kurasa dia memang disana. Aku sudah memastikannya. Terakhir kali kami mampir kesana, tempat itu sekarang jadi sedikit lebih hidup. Tapi tolong jangan lakukan hal yang berbahaya Akashi."

Akashi tersenyum lembut mendengar seseorang dari seberang. Kemudian mematikan panggilan.

"Kau memang tak pernah berubah (Name). Tapi itulah yang membuatmu manjadi mempelai yang sempurna."

🌸🌸🌸

Obsesi (Yandere!Kise x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang