"Ki-chan. Selanjutnya kita ke Studio X untuk wawancara. Kau sudah siap bukan?"Kise terbangun dari tidurnya saat mendengar teriakan Momoi managernya.
Sudah 10 tahun sejak hari itu. Tidak ada yang berbeda dari dirinya. Selain menjadi lebih dewasa dan semakin tampan.
Sebenarnya Kise bercita-cita menjadi Pilot. Hanya saja melihat kondisi psikisnya saat itu dia tidak mungkin bisa mengejar cita-citanya. Pekerjaan itu berhubungan dengan nyawa banyak orang. Terlalu berbahaya.
Jadi Kise memutuskan --dengan bantuan Momoi dan yang lainnya-- untuk melanjutkan karirnya sebagai model.
Soal (Name) entahlah. Kise ingin menyerah tentang gadis itu. Tapi tidak bisa. Terlalu sulit, perasaannya terlalu dalam. Lagipula (Name) memang selalu meninggalkannya.
"Mou~ Ki-chan! Kau belum bersiap juga. Kita tidak bisa terlambat lagi. Lihat ini kenapa kamarmu berantakan sekali sih."
Momoi memandang jengkel pada sahabat sekaligus artisnya. Momoi tak bisa meninggalkan Kise begitu saja. Setelah melihat Aomine dia juga mengerti bagaimana keadaan Kise. Lagipula seseorang menitipkan Kise padanya.
"Ehehe. Momoi-cchi kan tau sendiri bagaimana pekerjaanku. Aku tidak sempat membersihkannya 'ssu."
Kise hanya cengengesan menatap kearah Momoi yang mulai mengumpulkan baju kotornya.
"Makanya Ki-chan cepatlah menikah. Agar ada yang mengurusmu."
Momoi berjengit kaget saat Kise merangkul bahunya.
"Dari pada itu. Bagaimana hubunganmu dengan Aomine-cchi?"
Momoi menghentikan pekerjaannya sejenak.
"Ki-chan. Sudah kubilang kan kita tidak usah membahas ini lagi. Aku dan Dai-chan tidak punya hubungan seperti itu. Dia itu-- sama denganmu. Perasaannya terhadap (Name)-chan belum berubah. Jadi bagaimana mungkin aku bisa masuk. Dia hanya menganggapku teman masa kecilnya."
Melihat reaksi dari Momoi Kise mengerti. Mereka itu sama. Sama-sama mengejar orang yang hanya akan menganggap mereka teman.
Sedikit banyak. Kise mengerti bagaimana perasaan Momoi sekarang.
"Ah gomen 'ssu. Kalau begitu aku akan bersiap."
Kise melangkah ke kamar mandi. Meninggalkan Momoi yang sibuk membersihkan kamarnya.
***
"Minggu depan (Lastname)-group akan mengumumkan pewaris mereka, bersamaan dengan pernikahan putri tunggalnya."
"Momoi-cchi aku sudah siap 'ssu. Apa yang kau lihat."
Kise menatap televisi yang sudah diganti salurannya oleh Momoi.
"Etto... soal pernikahannya (Name)-chan. Apa Ki-chan sudah dengar?"
Momoi menatap Kise ragu. Menatap ekspresi pria itu. Takut-takut dia melakuka sesuatu yang berbahaya lagi.
"Ah sudah 'ssu. Aku sudah mendengarnya tadi pagi. Di televisi."
Melihat senyum dari Kise. Momoi sedikit tenang. Sepertinya dia memang sudah berubah.
Mereka lalu berjalan keluar dari Apartemen menuju lobby.
"Ngomong-ngomong soal pewaris keluarga (Name)-chan bukankah anak--"
Ucapan Momoi terputus saat melihat mobil mewah diiringi oleh beberapa mobil. Dan ada banyak orang berpakaian rapi yang berdiri di depan gedung Apartmen.
Seorang anak laki-laki kira-kira berusia 9 tahun lebih. Berambut pirang dan mata senada. Jika diperhatikan anak itu mirip dengan Kise.
Hanya bedanya dia bermata bulat. Sedangkan Kise tidak. Dan sikapnya yang terlihat elegan terlihat berbeda dengan Kise yang berisik dan pecicilan.
"Ada apa ini 'ssu."
Kise hanya menatap bingung saat anak itu berdiri angkuh di hadapannya.
"Ah ternyata selera kaa-san itu sangat buruk. Bagaimana bisa dia memilihnya untuk dinikahi?"
Kise mencengkram kepala anak itu jengkel. Hei mereka baru bertemu dan dia sudah menghinanya. Lagipula siapa yang akan menikah dengan ibunya?!
Kise bahkan tidak tau dia anak--
"Haru, bersikap yang sopan dengan ayahmu."
Kise melepaskan cengkramannya saat mendengar suara lembut itu. Suara yang dia rindukan. Orang yang sudah dia tunggu selama 10 tahun.
"(Name)-chan."
"Kise-kun lama tidak bertemu. Maaf membuatmu menunggu terlalu lama. Momoi-san juga."
(Name) tersenyum hangat padanya. Senyumnya tidak berubah.
"Apa yang kau lakukan disini (Name)-chan? Bukankah kau akan segera menikah? Dan anak ini?"
(Name) mengusap kepala Haru sayang.
"Menjemput mempelai pria Ku. Dan ini anakmu. Maaf aku tak mengatakan soal ini padamu hari itu. Karena kupikir aku bisa kembali lebih cepat dan mengatakannya padamu. Tapi ada banyak hal yang terjadi. Di hari yang sama saat aku meninggalkanmu."
---
"Seijuuro? Kau kembali?"
(Name) memeluknya. Memeluk Seijuuro yang dia rindukan. Sahabatnya.
"Iya aku sudah kembali."
(Name) menangis haru. Haizaki hanya menatapnya. Mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
"Aku senang melihatmu lagi Sei. Hari saat kau menghilang, saat Shougo meninggalkanku. Aku merasa sendirian."
Akashi mengusap punggungya. Ya dia mengerti. Gadis ini selalu kesepian. Sama sepertinya. Juga Haizaki sendiri.
"Maafkan aku. Aku lemah jadi tak bisa menahannya untuk tetap berada di tempatnya. Tapi sekarang aku sudah kembali. Untukmu."
Ayahnya mendatangi mereka. Ikut duduk. Bergabung bersama mereka.
"Jadi (Name). Kau yakin dengan keputusanmu?"
(Name) memandang kearah Akashu lalu ke Haizaki. Haizaki mengangguk.
"Ya ayah. Aku tak bisa meninggalkannya. Aku sudah berjanji. Bukankah ayah sendiri yang mengajariku untuk menepati janji."
Ayahnya tersenyum. Sedikit kecewa sebenarnya. Tapi dia tak bisa egois lagi. Anak tunggal mereka mengalami banyak hal buruk karena keegoisan dirinya.
"Tapi kau tau selalu ada bayaran untuk hal ini bukan. Dan juga untuk memperbaiki nama keluarga kita."
"Aku mengerti ayah. Aku siap menerima bayarannya. Apa pun itu."
"Ini tidak sama seperti saat kau SMP. Kau akan di isolasi selama 10 tahun. Selama itu kau harus belajar dan tidak akan menemui teman-temanmu di Jepang. Dan juga, anak yang ada di kandunganmu. Akan menyandang nama keluarga kita. Dia akan berada dirawat di keluarga ini sebagai pewaris sah. Kau siap?"
(Name) sedikit kaget saat ayahnya menyadari kehamilannya. Tapi dia mengerti, keluarga mereka memang seperti ini.
"Baik ayah. Tapi izinkan kami menemuinya."
---
Kise mengerti. Dia tau keadaan keluarga (Name) bagaimana. Mungkin itulah yang membuat Kise masih menunggu sampai saat ini.
Wawancara mereka di tunda karena Kise pergi bersama (Name) untuk memilih gaun pengantin.
-fin-
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi (Yandere!Kise x Reader)
FanfictionKatakan Kise bodoh karena berharap bisa mewujudkan cinta polos pada teman masa kecil yang bahkan tidak mengingatnya. Tapi apakah jatuh cinta itu sebuah kesalahan? Kuroko no Basket belongs to Fujimaki Tadatoshi Story by Hotaru Bi