"Lo kenapa gak bilang-bilang sih kalo mau pindah ke luar kota?" Teriak Nila.
"Ya kan gue udah ngomong nih sekarang!" Bela gue.
"Elo gak mikir mateng-mateng dulu apa Lel? Main check out tiket aja!" Ceramah Reynald. Gue cuma senyum-senyum gak jelas.
Gue cuma bisa senyum ngeliat temen-temen gue, ralat temen cowok gue care banget sama gue. Gue seneng sekaligus sedih bisa kenal sama mereka. Tapi tekat gue udah bulat kayak donat. Gue mau pergi dari sini!
"Udah muka lu pada gak usah kek melas-melas sedih begitu, geli gue liatnya!" Celetuk gue sambil ngakak.
"Gue gampar juga lo!" Balas Nila dan langsung meluk gue.
"Lu nangis ya Anjir!" Ucap gue.
"Aaaaa tau ah sedih gue babi!" Nila ngedumel plus nangis sesegukan.
"Nangis ya nangis tapi ingus lo, awas nempel!" Teriak gue, Reynald sama Reki jadi ngakak ngeliat gue sama Nila.
"Lel lu yakin mau pergi?" Tanya Reynald.
"Yakin lah, emang kenapa?"
"Gak apa-apa sih! Cuma gue gak yakin aja dengan keputusan elo!"
"Nald, gue disini juga udah sendirian kali. Ya santai ajalah, paling ketemu sama orang baru lagi." Jawab gue.
"Ya gue tau sih! Termasuk pacar baru kah?"
"Kalo itu gue gak yakin hehe"
"Gue sedih cuk!" Ujar Reki sambil memeluk kedua kakinya.
"Gak usah sedih lah kalian. Gue bisa kok! Gue bakal baik-baik aja. Tenang ajaa gue kan strooongggg!"
"Strong-strong udel mu!" Timpal Nila.
"Yaudah gue mau bekemas dulu. Kuy la ke kamar aja, sambil nonton tv. Belom mau pada pulang kan?"
"Belom sih, inisiatif mau anterin elu dulu ke stasiun!" Ucap Reynald.
"Iya kita anterin elu ke stasiun ya!" Timpal Nila.
"Uuu makasih cobat guyuunn!" Ucap gue sok unyu.
"Eh tapi aman gak ni motor diluar?" Tanya Reki.
"Masukin aja biar gak was-was!"
"Ok deh!"
********
"Tan, film tadi bagus banget!" Ucap Cici sambil modus ngegandeng tangan Natan.
"Gak ah, gak asik!" Balas Natan cuek.
"Ihh kok gitu sih!" Cici pura-pura manyun.
"Heheh maaf!" Ucap Natan.
Mereka berjalan keliling mall, melihat-lihat semua yang ada di dalamnya. Ada toko aksesoris yang menarik perhatian Natan. Seketika dia ngelamu dan inget gue pacarnya. Gue suka membeli barang-barang lucu dimana saja yang menarik perhatiannya.
"Hmm imut!" Ceplos Natan samar-samar.
"Hah siapa?" Tanya Cici. Cici menoleh ke pusat perhatian Natan. "Mau masuk?" Tanya Cici menyadarkan Natan.
"Hmm, gak usah. Ngapain?" Ucap Natan.
"Gue mau liat-liat" Ucap Cici dan tersenyum lebar.
Natan meng-iya kan ajakan Cici. Lalu mereka masuk ke toko aksesoris itu.
"Tan ini lucu gak?"
"Apaan itu, kok bentuknya gitu?"
"Ihh ini bros tau, lucu kan!" Ucap Cici sembari memasang bros dan memamerkan nya pada Natan.
"Oohh.." Natan beralih pandang pada gantungan tas kecil berwarna kuning. Warna kesukaan gue dan Natan mengambilnya.
"Ihh apaan sih Tan, kok kuning! Gue sukanya warna Pink loh!" Ucap Cici.
"Mmm gak. Gue suka warna kuning!" Jawab Natan.
"Ihh gue kira buat gue!" Cici ngedumel.
"Udah selesai kan? Pulang Yuk!"
"Nanti dong, masih sore juga. Beli ice cream dulu yuk!"
"Yaudah yuk!"
Natan dan Cici berjalan seirama menuju kedai ice cream. Tanpa sadar mereka bertemu seseorang yang juga mengantri untuk membeli ice cream.
"Eh Natan!" Sapa Teh Dina.
"Teh Dina, beli ice cream juga?" Tanya Natan.
"Iya nih, gak boleh lewat dong!"
"Wih asik nih!" Jawab Natan. "Sendirian Teh?" Tanya Natan.
"Enggak, sama abang Jonas tapi dia lagi ke toilet."
"Ohhh,"
"Mana Leli?" Celetuk teh Dina.
"Ada teh dirumah nya!"
"Lah lo kesini sama siap.." Belum sempat teh Dina menyelesaikan kalimatnya Cici pun datang dengan wajah pucat. Cici merasa takut melihat teh Dina karena atas apa yang di perbuatannya kepada teh Dina. "Oohhhh sama sih jalang!" Teriak teh Dina, seketika orang-orang yang mengantri di sekitar menoleh ke arah mereka.
"Teh Dina kok ngomong gitu!" Ucap Natan sedikit ngegas.
"Wah.. wah.. boleh juga ya lo ci! Kemaren Jonas sekarang Natan. Hahah"