Karena peristiwa tadi pagi, Zheya jadi kehilangan waktu luang untuk menggunakan kamera barunya. Dan karena itu pula, ia merengek terus-terusan pada Luvi untuk menemaninya ke Lawang Sewu.
Mulanya, Luvi tidak setuju. Namun yah, dia tidak tega juga risih lama-lama mendengar Zheya merengek seperti ini. Sehingga sepulang sekolah, Zheya bergegas masuk menyalami Bunda. "Halo, Bunda."
"Eh, kamu udah pulang?" Tanya Bunda yang ketika itu tengah menoton televisi. Matanya sedikit teralih pada jam dinding di atas benda kotak itu saat Zheya duduk di sisi sofa yang kosong. Pukul tiga.
"Iya," Kata Zheya dengan nada riangnya yang biasa. "Hari ini Bunda masak apa? Zheya laper. Oh ya, nanti Zheya ke Lawang Sewu sama Luvi ya, Bun?" Cerocos Zheya beranjak menuju dapur seraya tak abai dari dasinya yang ingin ia lepas.
"Kamu tanyanya satu-satu dong, Bunda bingung jawabnya gimana," Decak Bunda memandangi Zheya.
"Iya deh. Hari ini Bunda masak apa?"
"Kamu cek aja sendiri."
"Nanti Zheya mau ke Lawang Sewu sama Luvi. Boleh ya?" Zheya mengulang lagi pertanyaannya.
"Ngapain kesana?"
"Zheya mau nyoba kamera baru Om Beno-eh, Om Beno mana?"
"Om Beno udah pergi tadi."
"Hm, boleh ya, Bun?"
Bunda tampak berpikir sejenak, sedang Zheya kembali ke posisi semulanya. Ia berjongkok di depan kaki Bunda sambil meringis karena tampaknya luka yang ada di lututnya masih sangat nyeri.
"Eh, kamu kenapa kok gitu mukanya?" Tanya Bunda keheranan.
Zheya berdecak menyesali perbuatannya barusan. "Nggak apa-apa."
"Jangan boong, Bunda tau kamu lagi nggak jujur,"
Mendesah pelan, Zheya berdiri di depan Bunda. Ia menunjuk lututnya yang belum diperban sampai sekarang. Ya, tadi di sekolah ia hanya membersihkannya dengan air di botol minum.
"Ini kenapa, Zheya?" Bunda meneliti luka di lutut Zheya.
Zheya terdiam sejenak sebelum akhirnya mencoba menjelaskan apa yang tadi pagi telah terjadi. "Eumm, tadi pagi Zheya nabrak Kakak-Kakak."
Bunda terkejut. "Kok bisa? Kamu bawanya cepet-cepet sambil meleng lagi ya?"
"Eng-nggak kok. Zheya cuma nggak liat Kakak itu mau nyebrang."
"Itu namanya meleng, Zheya."
Zheya nyengir kuda. "Oh, sama aja ya, Bun? Haha,"
"Udah, jangan ngalihin topik gini. Jelasin kenapa,"
"Ya, itu tadi. Kakak-Kakaknya keserempet sedikit terus jatoh, terus Zheya nabrak beton di pinggir jalan terus jatoh juga."
"Terus Kakak-Kakaknya gimana?"
"Dia bilang dia nggak apa-apa, cuma bajunya yang jadi kotor. Dan ya! Dia ganteng banget, Bundaa," Jawab Zheya kini mengenyahkan sorot sendu dari binar matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Form [butuh revisi]
Teen FictionKisah tentang Darrelyon Sterling, si air tanpa wadah yang mencari-cari bentuk cintanya.