Sore ini, tampak seorang cewek dengan surai hitam legam terikat dua tengah mengantre di sebuah kasir minimarket. Ia, Zheya, sedang disuruh Bunda membeli sikat gigi setelah lelah bermain bulutangkis dengan Ayah di halaman depan rumah.
Sebenarnya tadi tinggal babak final, tapi Zheya menolak. Ia sebal sendiri karena terus kalah dengan Ayah. Ayah curang, sudah tahu Zheya pendek ia tetap melempar kok tinggi-tinggi.
Alhasil, Zheya tidak dapat menerimanya dengan baik.
Melupakan kekesalannya, Zheya bergerak maju untuk menyodorkan satu bungkus sikat gigi berisi tiga buah lengkap dengan pasta gigi. Antrean sepanjang ini, dan Zheya hanya membeli dua benda itu.
Ia jadi malu sendiri.
"Mas, gak ada uang pas aja?" Si kasir menanyai seorang pria yang berdiri di sebelah Zheya.
Zheya lihat, pria itu tampak kelagapan. Mencari-cari solusi agar uangnya bisa pas tanpa kembalian. Hingga berakhir menatap Zheya yang masih setia melihatinya.
Jangan salahkan Zheya, cewek itu harus bergeser untuk membayar belanjaannya. Tidak ada alasan baginya untuk tidak melihat pria tadi.
Keduanya tersentak.
"Loh, Kak Darren?" Zheya berujar setelah beberapa kali mengerjapkan matanya tak percaya.
Iya, dia Darren. Pria yang ditemuinya di Lawang Sewu, dan kini sudah ada di Jakarta.
Uwah!
"Kak Darren ngapain disin—"
Dalam pikiran Darren selama melihat reaksi Zheya adalah; nasib para pengantre yang ada di belakang mereka.
Maka dari itu, Darren cepat-cepat meraih beberapa permen loli di depan Zheya dan memberinya ke kasir. Semoga saja, ia bisa gegas enyah dari sana.
"Kembaliannya duaratus rupiah ya, Mas." Ucap kasir memberi satu permen lagi dalam bentuk yang lebih kecil.
Seusai itu, Darren pergi dengan mempersilakan Zheya menggantikan tempatnya.
Tidak, Darren tidak meninggalkan minimarket. Ia hanya duduk di kursi depan sembari menunggu seseorang.
Ia menunggu Zheya untuk memberi semua permen itu padanya. Barangkali, cewek itu akan suka.
"Halo, Kak. Boleh duduk disini kan?" Zheya memang izin, tapi sebelum disetujui cewek itu malah sudah duduk di seberang kursi depan Darren.
"Kamu udah duduk,"
Zheya cengengesan. "Eh iya juga, hehe."
Dan tanpa babibu, Darren menyodorkan lima buah permen loli warna pelangi ke hadapan Zheya. Membuat cewek itu mengernyitkan dahi tipis-tipis.
"Apa ini, Kak?"
"Permen."
"Iya tau. Maksudnya buat?"
"Kamu."
Zheya berdecak. "Hah! Serius?!" Membuat Darren tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Form [butuh revisi]
Teen FictionKisah tentang Darrelyon Sterling, si air tanpa wadah yang mencari-cari bentuk cintanya.