12.00, pemantauan.
Kapten Elang memimpin pergerakan di bagian depan. Dengan pistol standby di depan dadanya. "Ada yang mau kau katakan lagi? Aku tidak ingin diganggu, HT ini akan kumatikan."
Tim komunikasi 911 Indonesia membalas, "silahkan, Kapten."
12.01, penyergapan.
Elang menajamkan inderanya, nama Elang bukan semata-mata ia dapatkan begitu saja, nama itu diberikan karena matanya yang setajam burung tersebut. Tak heran dia menjadi Kapten Penyergapan Intelijen Indonesia di umurnya yang ke-28 tahun ini.
"Aku akan mendobrak pintu ini, kalian bersiaga," perintah Elang adalah hal mutlak yang harus diikuti selusin pasukan di belakangnya.
"Kapten, saya mendengar suara aneh dari bawah," kata Cheetah, spesialis bidang pendengaran dan penyelamatan.
"Tajamkan lagi pendengaranmu, sensor suhuku membaca ada orang di dalam sini." Elang menatapnya tajam.
"Sebentar, Kapten." Cheetah menutup matanya, lalu mendengar pergerakan di bawah sana. Satu... tiga... enam? Lelaki dengan luka gores di pelipis kanannya itu menghitung dengan teliti. "Ada enam orang, Kapten. Mungkin sisanya di balik pintu ini."
"Berpencar. Enam orang dengan Cheetah. Sisanya bersamaku."
Pasukan Alpha segera memecah barisannya, bagian Cheetah segera turun kebawah dengan tangga berkelok tajam di ruangan itu.
Elang mendobrak pintu itu. "Habisi semuanya."
Dorrr!
Elang membidik tepat di dada orang asing itu. Sedangkan Dean berkelahi jarak dekat karena pistolnya yang terlempar jauh.
Dorrr!
Suara tembakan kedua terdengar, bersamaan dengan pekikan keras dari si penjinak bom, Felix.
"Dean! Cepet obati dia! Aku yang akan mengurus mereka!" Elang segera membidik pelaku-pelaku di sekelilingnya.
"Baik, Kapten!"
"Sial!" Maki Elang ketika peluru di pistolnya habis. Namun bukan Elang namanya kalau kemampuannya terbatas. Ia punya seribu satu kelebihan, dan bela diri adalah kelebihannya yang terbaik.
Elang menekuk tangan orang asing didepannya, lalu menendang tulang kering lelaki itu. Menghujaninya dengan bogeman-bogeman kuat yang segera meninggalkan memar di wajah orang itu.
Sisa satu orang, dan ia langsung menendang titik vitalnya, orang itu langsung berteriak kesakitan.
"Aku akan turun kebawah. Kalian keluar sekarang."
12.16, pembebasan.
Elang menuruni satu demi satu tangga dengan pegangan yang sudah berkarat itu. Pasti tempat ini sudah lama tak terpakai. Para pelaku memilih tempat ini karena strategis dan jauh dari pemukiman.
Tidak ada suara sama sekali, Elang curiga. Pasti ada yang tidak beres. Ia sampai di bawah, ada tiga pintu, dan semuanya terkunci. Apa ini jebakan? Pikirnya. Elang menggunakan intuisinya yang tajam, dan ia memutuskan untuk membuka pintu tengah. Ia menggunakan keahliannya dalam bidang intel untuk membuka pintu itu, dengan kawat yang selalu ia bawa dalam bertugas. Klik! Pintu itu terbuka, dan ia langsung masuk ke dalam.
Elang benar, mereka disandera. Hanya ada tiga orang asing di ruangan itu, yang lainnya pasti sudah dilumpuhkan oleh tim Cheetah.
Frans, salah satu anggota timnya, melihat Elang. Lalu ia memanggil dengan berusaha bersuara dengan mulutnya yang terikat. Semua anggota tim langsung menatapnya.
Elang memberi kode untuk diam. Ia menarik pelatuk pistol Dean yang tadi diambilnya, lalu menghunusnya ke tiga orang asing itu. Satu orang kabur. Tapi tidak ia kejar.
"Apa ada yang terluka?" Tanyanya.
"Tidak, Kapten."
"Dimana para sandera?" Tanyanya lagi.
Steve yang menjawab. "Di belakang komputer itu."
"Turunkan pistol itu, atau orang ini kubunuh!"
Elang terkejut, namun ia segera menetralkan ekspresinya. Ia tidak ingin tindakannya berisiko, jadi ia menaruh pistol miliknya di tanah. Karena berjarak tidak jauh, ia langsung menarik sandera itu, lalu melindungi orang itu dibalik dadanya. "Tutup matamu."
Elang menggeram lirih. Peluru itu menghunus bahu kirinya. Sedangkan orang asing itu segera dilumpuhkan tim yang tersisa.
"Kapten, kau terluka." Cheetah mengambil kain kasa, dan ingin membalut luka Elang, namun ia menolaknya.
"Bebaskan para sandera."
Elang segera naik ke atas, lalu menghidupkan HT-nya kembali.
"Mission clear."
12.23, selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
23 MINUTES
ActionSejarah 23 menit operasi bawah tanah. 23 menit menegangkan yang melibatkan nyawa tak berdosa. This isn't your usual story, people.