Chapter 5

195 21 2
                                    

Dua hari telah berlalu dari kejadian mereka jumpa dengan Sakura. Dan besok adalah hari pertunangan Sasuke dengan Sakura akan diselenggarakan. Dua hari ini pun tidak ada reaksi yang berarti dari Sasuke, seolah Ia lupa dengan kata-katanya pada Naruto yang akan membatalkan pertunangannya itu.

Hari ini Naruto bolos sekolah. Ia lebih memilih tiduran dibawah pohon sakura yang ada didekat danau, daripada memutar otak untuk belajar dikelas. Dia tidak perduli jika Ibunya tau dan Ia pun tidak ingin melihat Sasuke yang dua hari ini seolah menjauhinya. Ia bimbang dengan perasaannya sekarang. Ia sudah yakin bahwa hubungannya tidak akan bertahan lama, tapi tetap saja Ia belum siap jika hubungannya berakhir dengan Sasuke sekarang. Bahkan mereka hanya baru beberapa hari menjalin hubungan dan dengan kejamnya, kenyataan tentang kekasihnya yang akan bertunangan, menghempaskan Ia pada kenyataan yang pahit.

Pening memikirkan hal tersebut, Naruto pun lebih memilih tidur daripada memikirkan masalahnya yang tak ada jalan keluarnya. Sebenarnya ada, tapi sepertinya Sasuke sudah berubah pikiran. Ia yakin Sasuke lebih memilih bertunangan dengan Sakura. Naruto tidak berharap banyak. Ia hanyalah orang baru yang memasuki kehidupan Sasuke. Ia pun tidak yakin bahwa Sasuke mencintainya dengan sungguh-sungguh.

.
.
.
Ruke-chan

Dilain tempat, terlihat sepasang manusia yang tengah berdiri dibelakang gedung sekolah. Sosok tersebut tak lain dan tak bukan ialah Sasuke dan Sakura. Sepertinya mereka terlibat pembicaraan serius satu sama lain. Terlihat dari kedua wajah mereka yang mengeras menatap lawan bicaranya.

"Kau kira semudah itu? Kau ingin membatalkan pertunangan kita?" Sakura menatap Sasuke dengan amarah yang terlihat berkobar dimatanya. Ia melangkah lebih dekat kearah Sasuke dan menatapnya dengan pandangan marah, "Satu hal yang akan ku katakan padamu. Itu. Tidak. Akan. Pernah. Terjadi." Desisnya dengan penekanan disetiap katanya.

Sasuke memandang remeh wanita tersebut. Ia memandang rendah wanita pembangkang yang ada dihadapannya ini.

"Kau kira aku perduli?" Ujar Sasuke. "Aku tidak perduli kau akan setuju atau tidak dengan perkataanku," ucap Sasuke dengan wajah datar. "Aku sudah menduga kau akan mengatakan tidak."

"Oh, kalau begitu baguslah kau mengerti." Balas Sakura cuek.

"Tapi aku lah yang akan membatalkan acara itu sendiri. Aku tak perduli dengan pendapatmu lagi." Ucap Sasuke dengan tegas. Tak ada keraguan dari matanya ketika Ia menyebutkan hal tersebut. Merasa pembicaraan mereka telah selesai, Sasuke melangkahkan kakinya dari tempat tersebut.

"Tunggu Sasuke." Langkah pemuda itupun terhenti.

"Jika kau berani macam-macam, aku akan mencelakai sipirang kesayanganmu itu," ujarnya dengan seringaian.
"Jika kau masih tetap keras kepala, aku akan membuat pemuda itu tersiksa sampai ajal menjemputnya," sambungnya, "Kau tau bukan aku bisa melakukan apapun yang aku mau, termasuk menghancurkan pemuda itu sekalipun," Sasuke kini membalikkan badannya untuk melihat wanita itu. "Aku akan menghancurkan hidupmu Sasuke. Tujuanku belum tercapai jadi jangan menghalangiku atau semua orang disekelilingmu akan kubuat menderita," ucapnya dengan penuh tekat. Sedangkan Sasuke diujung sana mulai terbakar emosi. "Jika aku tidak bisa melakukannya, jangan panggil aku Sakura!" Setelahnya Ia pergi meninggalkan Sasuke yang tengah mengepalkan tangannya dengan erat.

.
.
.
Ruke-chan

H

ari sudah sore ketika Naruto ingin menjumpai seseorang disebuah Caffè. Jalan dipenuhi oleh kendaraan yang saat itu dibawa oleh para pekerja yang ingin pulang ke peraduan masing-masing. Suara klakson berbunyi bersautan seolah sedang berlomba-lomba mana suara yang paling kuat diantara dari sekian banyak kendaraan. Pada suasana yang ramai tersebut, Naruto berjalan sambil memikirkan sesuatu yang mengganjal sedari Ia mendapat telpon dari seseorang.

This is about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang