Chapter 4

197 24 2
                                    

Hari ini adalah hari yang paling disukai oleh para pelajar dan pekerja kantoran. Hari yang selalu dijadikan ajang balas dendam setelah aktivitas yang melelahkan yang telah mereka jalani sebelumnya. Tidak terkecuali untuk dua pemuda yang masih terlelap dikasur empuknya, yang kini masih menjelajahi dunia mimpinya.

Sinar matahari mengintip malu-malu dari cela gorden yang tersingkap, membuat salah satu penghuni kamar tersebut terganggu dari acara mimpi indahnya. Ia mengucek kelopak mata yang sewarna tan, meregangkan badan sekaligus menguap tanpa menutup mulutnya. Setelahnya, iris shapire mengintip malu-malu dari celah kelopak matanya.

Pemuda tersebut Naruto, yang sekarang sedang beralih melihat kekasih ravennya yang masih tertidur dengan lelap, tidak terganggu sedikitpun dengan sinar matahari yang menerpanya. Ia memiringkan badannya, menghadap sang kekasih yang dari semalam tidur sambil memeluknya. Ia tersenyum kecil. Rasanya ini semua seperti mimpi. Ia tidak menyangka impiannya akan menjadi kenyataan.

Ia mulai mengelus surai raven itu dengan lembut, memancarkan rasa kasih sayangnya. Lalu beralih kearah pelipis, turun kepipi dan berakhir mengelus sudut bibirnya. Ia mencoba merasakan setiap inchi kulit kekasihnya, merekam segalanya diotaknya yang terbilang pas-pasan. Seolah Ia merasa akan kehilangan moment langkah seperti ini.

"Kau sudah bangun?" Tanya Sasuke yang merasakan kekasihnya mengelus sudut bibirnya. Ia memeluk sipirang makin erat, menelusupkan kepalanya diceruk leher Naruto. Naruto pun membalas pelukan itu takkalah eratnya, menyalurkan segala rasa cintanya pada Sasuke.

"Iya, barusan." Jawabnya singkat.

"Aku minta ciuman pagiku." Ucap Sasuke sambil menarik kepalanya dari ceruk leher Naruto. Ia menatap wajah kekasihnya lekat-lekat, melihat ekspresi apa yang akan dikeluarkan Naruto.

Wajah Naruto memerah. Ia belum pernah berciuman sebelumnya, kalau bisa dibilang, Sasukelah pacar pertamanya. Mendengar permintaan Sasuke yang secara terus terang membuat ia menjadi malu.

Sasuke yang melihat kekasihnya terdiam sambil tersipu, membuatnya semakin gemas ingin menciumnya. Iya mendekatkan wajahnya pada Naruto. Semakin dekat dan akhirnya kedua bibir tersebut menyatu.

Chup

Ciuman itu hanya sekilas, tapi sanggup membuat jantung Naruto berdetak seperti habis berlari marathon. Dengan malu-malu, dia mengangkat wajahnya melihat sang kekasih.

"-gi..."

Sasuke seperti mendengar suara Naruto, tapi Ia kurang jelas mendengarnya.

"Kau tadi bilang apa?"

Dengan malu-malu, Naruto mengulang perkataanya.

"Aku bilang... lagi."

Sasuke yang mendapatkan lampu hijau, tanpa membuang waktu langsung menawan bibir pink itu kembali. Kali ini, intensitas ciumannya lebih lama hingga organ tak bertulang turut serta dalam permainan mereka. Lidah Sasuke mulai menyapu deretan gigi rapi Naruto. Lalu beralih kelangit-langit mulutnya, mengecap ditempat itu untuk sementara, dan beralih kelidah Naruto yang pasif. Ia menghisap lidah tersebut dengan keras, hingga Naruto merasa melayang. Sasuke ternyata pencium yang handal.

"Enngghhhh.... Sas'ke." Desahan Naruto membuat Sasuke lebih bersemangat untuk terus melanjutakan ciumannya. Ia lebih memperdalam ciuman mereka, menarik tengkuk Naruto agar lebih mendekat. Posisinya kini telah berganti menindih Naruto. Sedangkan Naruto telah mengalungkan tangannya dileher Sasuke, pasrah atas permainan lidah yang dilakukan Sasuke. Baru kali ini Ia merasa mengawang, sehingga Ia seperti melihat bintang disekitarnya. Matanya mulai sayu, pandangannya sudah berkabut akan nafsu. Ia sangat menikmati permainan lidah Sasuke.

This is about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang